Pembakaran Kitab Suci Al-Quran Kembali Terulang, Apa yang Terjadi di Swedia?
Oleh: Gesang Ginanjar Raharjo
Dunia kembali digemparkan oleh sosok pimpinan partai sayap kanan Swedia, Rasmus Paludan yang telah dengan sadar dan bencinya dia terhadap Islam membakar kitab suci Alquran pada 22 Januari 2023 kemarin. Dia melakukan demonstrasi anti-Islam didepan kedutaan besar Turki di Stockholm, Swedia dan endingnya dia membakar kitab suci umat Islam tersebut.
Akar Masalah
Kita tahu perang Rusia dan Ukraina ini memiliki dampak yang sangat besar bagi negara-negara Eropa, tak terkecuali negara-negara Skandinavia seperti Swedia, menurut kantor berita France 24 selama 200 tahun terakhir Swedia adalah negara yang tidak memihak militer dari kubu manapun, namun pada 18 Mei 2022 kemarin negara ini untuk pertama kalinya mengajukan proposal untuk bergabung dengan NATO, akhirnya Swedia memilih mau berpihak kepada siapa.
Sebenarnya yang mengajukan proposal ink tidak hanya Swedia namun Finlandia juga mengajukan proposal yang sama. Namun sayangnya keinginan Swedia dan Finlandia untuk bergabung dengan NATO ini mendapat penolakan dari salah salah satu anggota NATO, ya siapa lagi kalau bukan Turki.
Alasan Turki Menolak Swedia dan Finlandia Gabung dengan NATO
Masih menurut France24, alasan Turki menolak kedua negara Skandinavia ini adalah karena dua negara ini telah melindungi kelompok teroris Kurdi, mungkin yang belum tahu kelompok Kurdi adalah salah satu etnis di Turki yang mayoritas masyarakatnya ingin memerdekakan diri dari wilayah Turki. Dari tahun 1970 hingga sekarang Turki masih sering terlibat bentrok dengan kelompok militan Kurdi ini, nah salah satu organisasi politik yang dibentuk oleh kelompok Kurdi ini adalah Kurdistan Workers Party atau PKK mereka ini mendapatkan perlindungan dari Swedia dan Finlandia, dan karena inilah Turki menolak kedua negara ini untuk bergabung dengan NATO.
Turki mau menerima keanggotaan kedua negara ini jika mereka mau memenuhi beberapa permintaan yang diajukan oleh Turki, diantara permintaan tersebut adalah, pertama, pihak Turki meminta pihak Swedia untuk menyerahkan para tokoh PKK yang menjadi buronan dan lari ke Swedia agar diserahkan ke Turki dan diadili di sana. Kedua, Turki meminta kedua negara ini untuk mencabut ekspor senjata ke Turki yang telah diberlakukan sejak tahun 2019 kemarin.
Permintaan-permintaan Turki ini kemudian langsung di respon oleh berbagai pihak di Swedia, yang intinya menolak keras seluruh permintaan Turki karena Turki dianggap telah merendahkan kedaulatan Swedia sebagai sebuah negara. Terlebih Swedia adalah negara yang menganut demokrasi yang menjunjung tinggi keterbukaan, kebebasan bersuara dan berpendapat. Dari sinilah Swedia berpandangan bahwa permintaan Turki tadi bisa menodai kebebasan serta keterbukaan di negara Swedia. Permintaan Turki ini juga dianggap semakin menjadi-jadi ketika Turki meminta agar memecat salah satu menteri di Swedia karena menteri ini pernah hadir dalam acara yang diselenggarakan oleh PKK sekitar 10 tahun yang lalu.
Nah walaupun permintaan Turki tersebut mendapat penolakan dari Swedia namun ketegangan Turki-Swedia ini mendapatkan respon dari berbagai pihak, entah itu dari kelompok sayap kiri atau kelompok sayap kanan di Swedia, semuanya protes. Menurut Reuters kelompok sayap kiri yang merupakan pendukung kelompok Kurdi di Swedia mereka menolak keras Swedia bergabung ke NATO, mereka beralasan jika Swedia gabung dengan NATO maka kelompok Kurdi yang ada di Swedia keamanannya tidak akan terjamin lagi, terlebih melihat segala permintaan Turki tadi yang meminta agar Swedia mengembalikan tokoh-tokoh Kurdi ke Turki dan diadili disana, ya tentu takutlah mereka dan menolak keras Swedia gabung dengan NATO.
Sedangkan kelompok sayap kanan Swedia yang dipimpin oleh Rasmus Paludan si pembakar Al-Quran tadi mereka menganggap tindakan Turki sebagai ancaman bagi kedaulatan Swedia, mereka meminta Swedia untuk terus memperjuangkan keinginannya untuk gabung dengan NATO, selain memprotes Turki yang dianggap semaunya sendiri. Sayap kanan ini bersikeras agar Swedia tetep berusaha gabung dengan NATO tanpa memperdulikan segala macam permintaan Turki tadi. Jadi inilah perbedaan antara kedua kelompok sayap di Swedia ini.
Sebenarnya pada tahun lalu Turki sempat berubah pikiran, Turki mau menerima Swedia dan Finlandia untuk bergabung dengan NATO alasannya kedua negara ini mau menerima beberapa permintaan yang diajukan oleh Turki termasuk pertimbangan untuk mengekstradisi tokoh-tokoh Kurdi yang ada di kedua negara ini. Meskipun ada kelompok-kelompok yang masih berdemo dan memprotes permintaan Turki tersebut hingga akhirnya berujung pembakaran kitab suci Alquran yang yang dilakukan oleh Rasmus Paludan kemarin, nah dari sinilah Turki kembali berubah pikiran dan menolak lagi Swedia.
Siapa Rasmus Paludan Aktor Pembakar Al-Quran?
Seperti yang penulis jelaskan diatas dan menurut BBC Rasmus Paludan adalah pimpinan partai ekstrim sayap kanan Swedia, dia memiliki darah Denmark-Swedia, dia juga pendiri partai ekstrim sayap kanan Swedia, Stram Kurs atau kalau kita terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia artinya adalah Garis Keras, dari sini sudah jelas wadah politik partai ini menjurus ke arah ekstrim.
Dia dan partainya sering menyuarakan isu-isu yang sensitif, seperti anti-imigran hingga isu anti-Islam. Dia menganggap para imigran khususnya yang berasal dari luar Eropa hanya akan menjadi beban bagi negaranya. Dia menjadi sorotan belakangan ini gara-gara kejadian pada 22 Januari 2023 kemarin, dia bersama pendukungnya berdemonstrasi didepan kedutaan besar Turki di Stockholm yang pada akhirnya dia melakukan aksi kontroversial dengan membakar kitab suci Alquran. Dan tidak lama setelah aksi kontroversial itu terjadilah demonstrasi besar-besaran di negara-negara muslim tidak terkecuali di Turki.
Turki meminta agar Rasmus Paludan ditangkap dan diadili oleh pemerintah Swedia. Respon dari berbagai pihak di Swedia-pun juga bermacam-macam, Tobias Billstrom, Menteri Luar Negeri Swedia mengatakan bahwa: "Swedia memang menerapkan kebebasan berekspresi mutlak, namun kasus pembakaran Alquran ini tidak sesuai dengan pandangan saya maupun kami pemerintah Swedia, ini merupakan bentuk provokasi Islamophobia yang sangat jahat." intinya semua pihak kecuali Rasmus Paludan dan kelompoknya menganggap perbuatan itu sangat provokatif dan salah. Demonstrasi menentang Paludan-pun juga terjadi di Swedia entah itu dari kelompok sayap kiri Pro Kurdi maupun kelompok Pro-Turki.
Namun sayangnya walaupun banyak pihak yang menentang aksi Paludan tadi pemerintah Swedia tidak segera menangkapnya, Swedia beralasan bahwa apa yang dilakukan Paludan hanyalah mengkritik sebuah agama, dan sekali lagi Swedia beralasan negaranya adalah negara yang menjunjung kebebasan berekspresi dan berpendapat. Kebebasan di Swedia bisa dibilang sangatlah ekstrim padahal kalau kita lihat apa yang telah dilakukan oleh Paludan bukanlah sebuah kritikan namun sudah menjurus kearah anti-Islam dan tentu bisa dipidanakan.
Sebenarnya apa yang dilakukan oleh Paludan ini bukanlah kali pertama, sebelumnya dia pernah melakukan pembakaran Alquran, bahkan pembakaran kitab suci ini sudah menjadi ikon bagi dirinya. Seperti yang diberitakan oleh Reuters pada tahun 2019 dia melakukan aksi demo yang kemudian membakar Alquran. Nah, yang membuat tambah marah kaum muslimin pada saat itu Paludan membungkus Al-Quran dengan daging babi yang kemudian dibakar. Dari aksinya ini dia mendapatkan 14 dakwaan termasuk dakwaan rasisme dan pencemaran nama baik.
Namun walaupun dia sudah mendapatkan 14 dakwaan pada tahun 2019, dia tetap melakukan aksi-aksi kontroversial seperti aksi anti-Islam dan anti imigran hingga pada tahun 2020 dia kemudian di deportasi dari Prancis dan Belgia karena berusaha menyebarkan kebencian dan berencana melakukan pembakaran Alquran di Brussels. Dia juga sempat dilarang masuk ke negara-negara lain seperti Jerman dan Swedia.
Hingga akhirnya pada 2022 kemarin dia diperbolehkan kembali masuk ke Swedia, namun ya lagi-lagi dia menggelar aksi pembakaran kitab suci Alquran di kawasan yang dihuni oleh komunitas muslim, aksi ini juga sempat ramai dan yang menambah kaum muslimin disana gregetan karena aksi ini justru di lindungi oleh pihak kepolisian Swedia. Dan aksi dia yang terakhir yang paling baru ya pada 22 Januari kemarin saat demo anti Turki di Stockholm.
Kenapa Paludan tidak Ditangkap?
Kenapa Paludan tidak ditangkap itu karena konstitusi dan hukum yang berlaku di negara Swedia, seperti yang penulis sampaikan sebelumnya bahwa Swedia adalah negara yang menganut kebebasan berpendapat dan bersuara yang sangat ekstrim, karena itulah gak ada larangan bagi siapapun untuk mengkritik padangan tertentu atau agama tertentu, makanya walaupun aksi Paludan ini mendapatkan kecaman dari berbagai pihak bahkan dari para menteri Swedia ya dia tetap bebas dari hukum, karena ya itu tadi. Dari sini apa sampean masih berharap dari sistem demokrasi yang diterapkan hampir di seluruh negara saat ini? Sistem yang justru melindungi para pembenci Islam, atau apa ada solusi lain yang bisa menyelesaikan persoalan ini? Tentunya sebagai kaum muslim kita tahu jawabannya, yakni kembali kepada sistem Islam. [] Wallahu'alam
Malang, 28 Januari 2023
Posting Komentar untuk "Pembakaran Kitab Suci Al-Quran Kembali Terulang, Apa yang Terjadi di Swedia?"