Penistaan Agama Terjadi Lagi, Sistem Sekuler Biang Keladi
Gambar Ilustrasi |
Oleh: Sherly Agustina, M.Ag. (Penulis dan Pemerhati Kebijakan Publik)
Penistaan agama khususnya terhadap Islam, terus berulang. Apakah para penista tersebut tidak memiliki naluri beragama? Sehingga agama sering menjadi bahan mainan dan lelucon salah satunya demi cuan. Lalu, apa sebenarnya penyebab sering terjadi penistaan agama?
Terjadi lagi penistaan agama, kali ini pelakunya WNA yang viral di media sosial meludahi imam masjid Al-Muhajir, Kecamatan Buahbatu, Kota Bandung. Diketahui, bule tersebut WNA asal Australia yang sedang menginap di salah satu hotel depan masjid tersebut. Kini, bule asal Australia itu telah ditangkap dan ditetapkan sebagai tersangka. Adapun motif bule melakukan aksi tersebut masih didalami oleh pihak polisi (detikNews.com, 30-4-2023).
Selain kasus penistaan oleh bule, viral salah satu selebgram Indonesia melakukan penistaan agama. Lina Mukherjee ditetapkan sebagai tersangka penistaan agama karena mengucapkan bismillah saat menyantap olahan babi. Lina terancam hukuman enam tahun pidana penjara dan denda Rp1 miliar, setelah penyidik Subdirektorat V Siber Kepolisian Daerah Sumatera Selatan mendapatkan kecukupan barang bukti yang didukung keterangan beberapa orang saksi dan ahli (CNNIndonesia.com, 29-4-2023).
Sekuler-Liberal Biang Keladi
Selama sistem sekuler-liebral dipakai di negeri, tak heran jika penistaan agama (Islam) terus berulang. Pasalnya, sistem sekuler menginginkan bahwa agama dipisahkan dari kehidupan dan bernegara. Gampangnya, jangan bawa-bawa agama dalam aktivitas keseharian karena agama cukup di ranah privat, di rumah dan masjid. Ditambah ide kebebasan atau liberalisme yang diadopsi memberi ruang kebebasan beragama, berbicara dan bertingkah laku.
Manusia jadi bebas melakukan apa saja sesuka hati, tak peduli ucapan dan perbuatannya termasuk dalam penistaan agama seperti yang dilakukan oleh selebgram di atas. Lucunya, hanya demi cuan sebagai muslim rela melakukan hal tersebut dan mengganggapnya biasa. Jika tak ada yang melaporkan, perbuatan tersebut akan banyak diikuti oleh orang lain dan dianggap biasa bukan sebagai sebuah penistaan terhadap agama.
Padahal jelas dia paham, bahwa babi dalam aturan Islam haram hukumnya. Lalu, mengapa dia makan dan merekamnya hingga tersebar luas di sosial media dengan kebanggaan? Kemungkaran begitu mudah dipertontonkan dalam sistem sekuler-liberal. Oleh karenanya, jika ingin memberantas tuntas pelaku penistaan harus dibuang dari akarnya yaitu sistem sekularisme-liberalisme.
Konsep Islam yang Unik
Dalam Islam, negara bertanggung jawab menjaga akidah rakyatnya dari pemikiran-pemikiran kufur yang merusak. Negara juga bertanggung jawab dalam menjaga kemuliaan Islam. Oleh karena itu, negara tidak akan membiarkan baik ucapan maupun perbuatan yang menghina atau melecehkan Islam. Karena pelecehan atau penghinaan terhadap Islam sebuah tindakan kriminal yang akan mendapatkan sanksi hukum dari negara bagi pelakunya.
Khilafah membentuk rakyat untuk memiliki kepribadian Islam, agar cara berpikir dan bersikap hanya sesuai Islam saja bukan yang lain. Maka, akan terjaga lisan dan perbuatannya dari sesuatu yang subhat apalagi haram. Makan dan minum yang halal saja bukan yang haram, jauh dari sensasi mempermainkan syariat agar viral demi cuan karena negara dalam Islam sangat mensejahterakan rakyatnya. Suasana yang ada penuh dengan keimanan dan ketakwaan, berlomba dalam kebaikan bukan kemungkaran.
Islam pun sangat menjunjung tinggi toleransi, membiarkan warga negara yang nonmuslim berakidah dan beribadah sesuai agamanya. Karena keamanan dan keselamatan kafir dzimmy dijamin, maka mereka tak akan berani melecehkan Islam, ulama, pejabat, dan kaum muslim secara umum. Suasana yang terjalin penuh dengan keharmonisan dan toleransi yang luar biasa. Tak akan terjadi peristiwa nonmuslim meludahi atau menghina imam masjid.
Jejak Toleransi dalam Khilafah Islam
T.W. Arnold, dalam bukunya, The Preaching of Islam menuliskan, "Sekalipun jumlah orang Yunani lebih banyak dari jumlah orang Turki di berbagai provinsi Khilafah yang ada di bagian Eropa, toleransi keagamaan diberikan kepada mereka. Perlindungan jiwa dan harta yang mereka dapatkan membuat mereka mengakui kepemimpinan Sultan atas seluruh umat Kristen.”
Kemudian Arnold menuliskan, “Perlakuan terhadap warga Kristen oleh Pemerintahan Ottoman, selama kurang lebih dua abad setelah penaklukan Yunani, telah memberikan contoh toleransi keyakinan yang sebelumnya tidak dikenal di daratan Eropa. Kaum Protestan Silecia pun sangat menghormati pemerintah Turki dan bersedia membayar kemerdekaan mereka dengan tunduk pada hukum Islam. Kaum Cossack yang merupakan penganut kepercayaan kuno dan selalu ditindas oleh Gereja Rusia menghirup suasana toleransi dengan kaum Kristen di bawah pemerintahan Sultan.”
Islam sangat menghormati nonmuslim, mereka diperlakukan dengan baik oleh Islam. Maka, mereka pun menghormati Islam dan kaum Muslim berikut aturan dalam Islam yang mengatur kehidupan umum mereka. Hanya dalam Islam suasana harmonis terwujud antara muslim dan nonmuslim, jauh dari penistaan agama. Allahualam Bishawab.
Posting Komentar untuk "Penistaan Agama Terjadi Lagi, Sistem Sekuler Biang Keladi"