Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kemunculan BRICS Antitesa dari Kapitalisme Global AS

(From left) President of Brazil Lula da Silva, President of China Xi Jinping, President of South Africa Cyril Ramaphosa, Prime Minister of India Narendra Modi and Foreign Minister of Russia Sergey Lavrov, in a family photograph during the BRICS Leaders Retreat Meeting, at Johannesburg, in South Africa on August 22, 2023.

VisiMuslim - Kemunculan organisasi ekonomi Brazil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan (BRICS) yang menggelar konferensi tingkat tinggi (KTT) di Johannesburg, Afrika Selatan, pada 22-24 Agustus 2023 dinilai sebagai antitesa dari kapitalisme global Amerika Serikat.

“Kemunculan BRICS adalah antitesa dari keberadaan hegemoni global Amerika Serikat dan sekutunya,” tutur Pengamat Hubungan Internasional Budi Mulyana kepada Mediaumat.id, Rabu (23/8/2023).

Menurutnya, BRICS berusaha muncul sebagai alternatif pelaku ekonomi global yang selama ini dikuasai Amerika Serikat dengan perangkatnya, IMF, World Bank dan standarisasi mata uang dolar AS untuk transaksi perdagangan dunia.

“Namun tentunya tidak semudah membalikan telapak tangan untuk dapat menghadapi hegemoni Amerika Serikat. Terlebih BRICS tidak memberikan alternatif sistemik yang komprehensif. Namun hanya memberikan alternatif taktikal pragmatis,” ungkapnya.

Maka, untuk bisa mengonsolidasi dalam menantang hegemoni Amerika Serikat, kata Budi, masih banyak PR yang harus dilakukan.

Kapitalisme global yang dipimpin Amerika Serikat, menurutnya, walau seakan menjadi satu-satunya pilihan bagi masyarakat dunia, hakikatnya adalah sistem rusak dan merusak.

“Wajar bila kemudian muncul upaya untuk memberikan alternatif lain, salah satunya adalah kemunculan BRICS,” ujarnya.

Namun demikian, lanjut Budi, untuk melawan hegemoni Amerika Serikat, tidak cukup hanya dengan pragmatisme. Harus ada langkah sistematis dan konseptual, yang memang betul-betul menjadi lawan bagi kapitalisme globalnya Amerika Serikat.

“Bagi umat Islam, menjadikan Islam yang secara nyata memiliki konsepsi yang komprehensif, semestinya menjadi agenda untuk melawan kapitalisme globalnya Amerika Serikat. Dan perlu upaya serius untuk mewujudkannya dengan menghadirkan negara kuat berpengaruh yang bisa vis a vis berhadapan dengan Amerika Serikat dan sekutunya,” sarannya.

Kehadiran Jokowi

Budi menilai, hadirnya Presiden Jokowi di BRICS ini berusaha untuk mewujudkan kepentingan nasional.

“Dengan politik bebas aktifnya, Indonesia berusaha mengambil peran dalam mewujudkan kepentingan nasionalnya di level global. Terlebih dengan potensi yang dimilikinya, Indonesia menjadi incaran untuk dapat memperkuat aktor-aktor internasional yang memiliki agenda global. Termasuk dalam rivalitas Amerika Serikat dengan BRICS,” ungkapnya.

Ia menegaskan, kehadiran Presiden Jokowi adalah dalam kerangka tersebut. Walau tentunya bila Indonesia kemudian bergabung dengan BRICS akan menghadirkan risiko yang besar.

“Karena selama ini, Indonesia adalah ‘goodboy’-nya Amerika Serikat dalam menopang terwujudnya kepentingan-kepentingan Amerika Serikat di kancah global,” pungkasnya.[] Achmad Mu’it

Sumber : MU

Posting Komentar untuk "Kemunculan BRICS Antitesa dari Kapitalisme Global AS"

close