Marak Bunuh Diri Pada Anak, Problem Serius Generasi Dalam Sistem Kapitalisme

Oleh: Hamsia (pegiat opini)

Health atau kesehatan mental beberapa tahun terakhir ini sedang menjadi tren, ia menjadi isu yang banyak berseliweran di kalangan anak muda. Anak muda di zaman sekarang banyak mengedewakan gadget dalam kesehariannya. Walaupun gawai memiliki sisi positif, tetapi selalu ada sisi negatifnya. Apalagi di tangan anak-anak yang mentalnya belum stabil dan ternyata dengan fondasi yang kuat, gawai bisa menjadi barang yang berbahaya.

Seperti kasus terbaru yang menghebohkan publik. Dilansir, JawaPos.com, kasus bunuh diri yang dilakukan AKA (10), salah satu siswa SD di Pekalongan, Jawa Tengah, kini menjadi sorotan publik dan pemerintah setempat. AKA diketahui mengakhiri hidupnya dengan gantung diri di kamar, pada Rabu (22/11) lalu.

Penyebabnya adalah karena ia merasa kecewa, usai ditegur oleh orang tuanya yang terus menerus bermain HP. Menelusuri perkara ini, Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikda Dindikbud) Kabupaten Pekalongan, Ipung Sunaryo, mendatangi kediaman korban dan keluarga pada Kamis (23/11).

Maraknya kasus bunuh diri bukan kali ini saja terjadi, KPAI mencatat bahwa selama bulan Januari hingga November 2023, terdapat 37 aduan kasus mengenai anak mengakhiri hidupnya. Kasus tersebut terjadi pada usia rawan, yakni kelas 5-6 SD, kelas 1 atau 2 SMP, dan kelas 1 dan 2 SMA. Kasus anak mengakhiri hidup menjadi penyebab kematian terbesar ketiga setelah kecelakaan di jalan raya dan karena penyakit. (kpai.go.id, 29/11/2023)

Sungguh jumlah yang tak sedikit, kasus ini harus menjadi perhatian mengingat usia anak yang sangat belia. Apalagi bunuh diri saat ini sudah menjadi fenomena di tengah masyarakat. Ada banyak hal yang perlu diperhatikan, diantaranya apa yang menjadi penyebab bunuh diri, sumber anak mengetahui cara bunuh diri, dan juga kondisi mental anak.

Pembentukan karakter anak-anak generasi yang kuat dan tangguh tentu menjadi tanggungjawab banyak pihak diantaranya keluarga, masyarakat, dan negara. Hanya saja dalam sistem sekuler-kapitalisme telah mengeliminasi ketiga peran tersebut. 

Sistem kapitalisme mencetak tren orang tua bekerja termasuk ibu menggejala di masyarakat, pasalnya keluarga dipandang ideal ketika bisa memenuhi gaya hidup ala kapitalis. Alhasil pendidikan anak yang seharusnya membentuk kepribadian mulia di rumah tidak sejalan sebagaimana mestinya. 

Ironisnya, keluarga sebagai lingkup terdekat bagi anak seharusnya menjadi tempat yang kondusif untuk mendidik mereka. Orang tua tidak hanya membesarkan anak-anaknya, tetapi juga memberikan pengarahan dan pendidikan. Orang tua juga berperan dalam menjaga tumbuh kembang mental anak ke arah yang sehat dan kuat. Ayah dan ibu saling bekerja sama membekali anak-anak dengan pendidikan yang benar sebelum mereka terjun ke dunia luar.

Kondisi tersebut makin diperparah dengan abainya pemerintah dalam masalah ini. Kurangnya perhatian pemerintah pada sistem pendidikan yang berkualitas jelas memengaruhi kondisi tumbuh kembang anak. Dengan sistem pendidikan yang tidak jelas timbullah kesemerawutan pada proses berfikir dan bersikap anak. Sistem pendidikan yang sekuler telah menghasilkan generasi bermental rapuh dan mudah hancur tatkala mendapat masalah.

Di sisi lain, masyarakat yang terbentuk hari ini adalah masyarakat sekuler kapitalis. Masyarakat sekuler kapitalis identik dengan sifat individualisnya mereka cenderung membiarkan kebiasaan-kebiasaan buruk yang banyak dilakukan oleh anak saat ini. Seperti mengakses konten-konten yang tidak mengedukasi, anak tumbuh menjadi individu yang liberal dan materialis.

Peran terbesar yang mempengaruhi tren bunuh diri pada anak adalah negara. sebab, negara adalah pihak yang mengatur jalannya sistem pendidikan negeri ini, dan mengatur media yang diakses oleh masyarakatnya.

Kurikulum pendidikan sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan sungguh telah menjauhkan generasi dari pemahaman terhadap aturan Allah Swt, hasilnya generasi terdidik dengan cara pandang kapitalisme sekularisme. Adapun media sangat berperan dalam mempengaruhi dan mendorong seorang anak melakukan tindakan bunuh diri.

Dalam beberapa kasus ada beberapa anak melihat cara-cara bunuh diri di internet sebelum menerapkannya di kehidupan nyata. Hal ini menunjukkan gagalnya negara melakukan kontrol dan pengawasan media dalam menyebarkan informasi dan tontonan. Tidak ada tindakan tegas dari negara dalam melarang tayangan liberal, hedon, hingga mempertontonkan kemaksiatan. Tentu semua ini sangat berperan dalam pembentukan kesehatan mental anak.

Kondisi ini sangat berbeda dengan pembentukan generasi dalam sistem pemerintahan Islam yakni Khilafah. Khilafah akan menjadikan aturan Islam satu-satunya sumber aturan dalam mengatur individu, masyarakat, maupun negara. Ketiga pilar ini wajib memperhatikan tumbuh kembang anak dan menjaga mental anak. 

Tak boleh ada satu pun pilar yang mengabaikan pembentukan generasi berkualitas sebab generasi adalah estafet peradaban. Keluarga akan menjalankan perannya dengan baik yaitu mengasuh, menyayangi, dan mendidik anak sesuai dengan akidah Islam. Sehingga anak tak akan kurang kasih sayang, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang takwa. 

Masyarakat menjalankan fungsi kontrol sosial yaitu dengan amar ma’ruf nahi mungkar. Sehingga suasana di lingkungan masyarakat akan diwarnai nasehat yang baik. Selain itu khilafah akan menerapkan sistem pendidikan Islam berasaskan akidah Islam. Tujuan dari kurikulum pendidikannya dibangun atas asa tersebut sehingga remaja akan dicetak akan berkepribadian Islam, menguasai tsaqofah Islam, dan mumpuni dalam Iptek. 

Negara juga akan mengelola media sosial sehingga informasi yang beredar di masyarakat adalah perkara dakwah dan kebaikan. Informasi tentang bunuh diri dan sesuatu yang melanggar syariat tidak akan dibiarkan tayang. Dengan begitu, mindset generasi akan selalu tersuasanakan dalam kondisi takwa. Generasi akan paham jati dirinya sebagai hamba ia akan beramal sesuai dengan syariat, karena paham segala hal yang ia lakukan di dunia akan dipertanggung jawabkan. Mereka akan tumbuh menjadi individu yang bersyukur akan kehidupan yang diberikan oleh Allah, sehingga tidak terbesit untuk melakukan aktivitas bunuh diri. Apalagi bunuh diri merupakan dosa besar yang diganjar siksa oleh Allah swt.

Dengan demikian hanya khilafah yang mampu membentuk generasi bermental kuat dan takwa atas dorongan yang shahih yakni akidah Islam. Wallahu a’lam bis shawwab. [] 

Posting Komentar untuk "Marak Bunuh Diri Pada Anak, Problem Serius Generasi Dalam Sistem Kapitalisme"