Sistem Kapitalis Lahirkan Ibu-Ibu Tak Punya Hati


Oleh: Yuli Ummu Raihan (Ibu Peduli Negeri) 

Predikat seorang ibu semakin hari semakin buruk karena faktanya banyak ibu-ibu tak punya hati yang melakukan kejahatan dan kemaksiatan.

Ibu-ibu tak punya hati bahkan mati rasa terus bermunculan menghiasai pemberitaan hari ini. Salah satunya seorang ibu berinisial E di Sumenep Madura tidak punya hati menjual anak perempuannya berusia 13 tahun kepada J (41) seorang oknum kepala sekolah hanya demi sebuah vespa matic dan sejumlah uang. (SuaraSurabaya.net, 2/9/2024).

Ada juga kasus terbaru yang heboh dan sempat dibahas di kanal YouTube Curhat Bang milik Deni Sumargo pada 31 Agustus 2024 lalu dan telah ditonton lebih dari 3 juta kali.

Adalah Nizam bocah 6 tahun yang meregang nyawa di tangan ibu tirinya setelah dibiarkan kehujanan tanpa diberi makan dan minum semalaman di halaman belakang rumahnya di Kelurahan Parit Tokaya, Kecamatan Pontianak Selatan pada Selasa 20 Agustus 2024.

Berdasarkan hasil autopsi penyebab kematian diduga akibat trauma tumpul di bagian kepala. Terdapat keretakan di ubun-ubun kiri sehingga terjadi pendarahan dan pembengkakan pada otak. Kondisinya ditemukan terbungkus dalam sebuah karung dan sudah membengkak dengan bola mata hampir keluar.

Motif pembunuhan ini diduga pelaku yang juga ibu tiri korban merasa cemburu karena ayah korban lebih perhatian kepada korban dibanding adeknya.

Kasus demi kasus kejahatan dan pembunuhan yang dilakukan oleh ibu kandung maupun ibu tiri membuktikan bahwa fitrah ibu tidak lagi terjaga.

Akar Masalah 

Banyak faktor penyebab seorang ibu tega melakukan hal keji terhadap buah hatinya di antaranya beban mental / psikologis, masalah rumah tangga/ tidak harmonis, ekonomi, dan lainnya.

Kewarasan seorang ibu tidak terjaga karena kita hidup dalam sistem kapitalis yang berasaskan sekuler yaitu pemisahan agama dari kehidupan. Ketika agama tidak dijadikan pondasi, maka kondisi ini akan terus terjadi.

Ibu yang bahagia akan menularkan kebahagiaan ke seluruh anggota keluarganya.Tapi sayang, hari ini banyak ibu-ibu yang tidak bahagia, bukan berarti tidak bersyukur, namun kondisi yang membuat mereka tidak bahagia.

Ibu harus menjalankan tugasnya sebagai madrasah pertama untuk anaknya, pengatur rumah tangga. Tugas ini saja sudah sangat berat, apalagi ditambah harus ikut membantu suami mencari nafkah bahkan menjadi tulang punggung keluarga.

Beban berat ini semakin menyiksa tatkala tidak mendapatkan dukungan dan apresiasi khususnya dari orang terdekat yaitu suami.  

Hal ini yang menjadikan mental ibu tidak baik-baik saja. Berkeluh kesah salah, dipendam pun jadi masalah. Akhirnya anak jadi korbannya.

Kasus demi kasus kekerasan, kejahatan hingga pembunuhan disiarkan secara vulgar, bahkan sampai kronologi, modus, bahkan reka ulang adegan dipertontonkan. Hal ini terus terekam di memori sehingga menjadi semacam informasi dan tuntunan. Sehingga ketika seseorang berada dalam kondisi serupa ia akan melakukan hal yang sama. Sakit hati dan kecewa, lalu melakukan kejahatan yang sama. Tontonan menjadi tuntutan.

Perilaku ibu-ibu tidak punya hati ini jelas salah, tapi semua ini ada pemicunya yaitu sistem hidup yang diterapkan saat ini.

Pandangan Islam

Dalam Islam peran seorang wanita khususnya seorang ibu sangatlah dihargai. Sebagai seorang ibu, baik kandung maupun tiri, pasti memiliki naluri dan fitrah keibuan yaitu rasa sayang pada anaknya. Tidak ada ibu yang rela menyakiti anaknya, apalagi sampai menghilangkan nyawanya. 

Agar fitrah dan naluri ini terjaga, Islam memiliki aturan sempurna yaitu dengan adalah pengaturan kehidupan sosial terutama hubungan suami istri.

Islam telah mengatur bahwa hubungan suami dan istri itu bagaikan sahabat, bukan atasan atau bawahan apalagi musuh. Islam juga mengatur hak dan kewajiban suami istri agar melahirkan sakinah (ketenangan). Ketika sakinah itu terwujud maka keharmonisan akan tercipta mawadah warahmah mengikuti.

Suami tidak hanya bertanggungjawab atas nafkah lahir (materi) tapi juga nafkah batin yaitu menjaga Kewarasan istri. Ia harus memastikan istrinya terpenuhi kebutuhannya, dibantu mengerjakan tugas rumah tangga, bisa dengan menyediakan pembantu atau ikut serta melakukan tugas rumah tangga. Tidak membiarkan istri sendirian mengerjakan semuanya. 

Menjaga Kewarasan istri juga bisa dengan memberikan perhatian, pujian, pemakluman ketika istri belum bisa melakukannya tugasnya dengan baik. 

Islam juga menjadikan rumah itu tidak hanya sebagai tempat tinggal, tempat berteduh, namun sebagai tempat penyaluran kasih sayang. 

Islam juga mengatur tentang naluri kasih sayang termasuk rasa cemburu. Ada cemburu yang dibolehkan seperti suami yang cemburu ketika istrinya tampil cantik selain untuknya. Istri yang cemburu terhadap suami yang tidak menjaga pandangan. Bukan cemburu yang membabi buta tanpa alasan yang dibenarkan syar'i.

Islam juga memiliki sistem ekonomi yang menjamin terpenuhinya semua kebutuhan pokok masyarakat. Tidak bisa dipungkiri salah satu faktor penyebab terjadinya kejahatan dan kemaksiatan adalah karena faktor ekonomi. 

Islam juga memiliki sistem sanksi yang tegas tanpa tebang pilih. Semua orang sama di mata hukum. Sanksi dalam Islam bisa jadi penebus dosa dan pemberi efek jera sehingga mampu meminimalisir tindakan kejahatan.

Islam juga memiliki sistem penerangan yang mana informasi senantiasa dikontrol agar tidak menimbulkan mudharat bagi rakyat. Tayangan atau konten yang dapat memicu terjadinya kejahatan akan dilarang. Digantikan dengan tontonan yang mendidik dan positif. Ada lembaga khusus yang mengatur dan mengontrolnya. Semua bervisi untuk menjaga akidah umat.

Penerapan syariat Islam secara kafah akan menjaga suasana keimanan, menjaga fitrah dan naluri sehingga dapat mencegah ibu-ibu tidak punya hati terus terjadi. Wallahua'lam bishawab. [vm]

Posting Komentar untuk "Sistem Kapitalis Lahirkan Ibu-Ibu Tak Punya Hati"