Hamas Siap Dialog dengan AS, Optimisme di Tengah Tantangan Diplomatik

 



Ramallah, Visi Muslim- Musa Abu Marzuq, salah satu tokoh senior Hamas, mengungkapkan kesediaannya untuk memulai dialog dengan Amerika Serikat dalam upaya memperluas hubungan internasional sekaligus memperbaiki citra Hamas di dunia internasional. Pernyataan tersebut dilaporkan oleh Al Jazeera Arabic pada Selasa (21/1).

Dalam wawancaranya dengan The New York Times pada Minggu (21/1), Abu Marzuq (74) menyatakan, “Kami terbuka untuk berdialog dengan Amerika dan mencari kesepahaman terkait berbagai isu.” Ia juga menyebutkan bahwa Hamas siap menerima kunjungan utusan pemerintahan Presiden Donald Trump ke Gaza dan bahkan menjamin keamanan utusan tersebut jika diperlukan.

Menurut Abu Marzuq, dialog dengan Amerika dapat menjadi langkah penting untuk membantu pemerintah AS memahami aspirasi rakyat Palestina. Ia berharap hal ini dapat mendorong kebijakan luar negeri AS yang lebih seimbang dan tidak condong pada satu pihak tertentu.

Sementara itu, NBC News melaporkan bahwa Steven Witkoff, utusan Timur Tengah Trump, tengah mempertimbangkan kunjungan ke Gaza untuk menjaga keberlanjutan kesepakatan gencatan senjata yang baru-baru ini tercapai. Laporan tersebut mengutip pejabat dalam tim transisi Trump yang memiliki informasi terkait proses tersebut.

Namun, tidak jelas apakah pernyataan Abu Marzuq mencerminkan pandangan seluruh pimpinan Hamas. Hingga kini, belum ada komentar resmi dari tokoh-tokoh militer senior Hamas seperti Mohammad al-Sinwar atau Izz al-Din al-Haddad terkait rencana dialog dengan Amerika.

Abu Marzuq juga memuji peran Presiden Donald Trump dalam keberhasilan kesepakatan gencatan senjata yang baru saja dicapai. Ia menyebut Trump sebagai "pemimpin yang serius" yang memiliki komitmen kuat untuk menyelesaikan konflik di Gaza.

“Tanpa peran Presiden Trump dan tekanan yang ia berikan untuk mengakhiri perang, kesepakatan ini tidak akan mungkin terjadi,” kata Abu Marzuq. Ia menambahkan bahwa pengiriman utusan seperti Witkoff menjadi kunci dalam mencapai kesepakatan tersebut.

Namun, meski menyambut dialog, Hamas kemungkinan harus membuat konsesi tertentu untuk memastikan bantuan internasional mengalir ke Gaza. Hamas telah menyatakan kesediaannya untuk menyerahkan kendali administratif atas Gaza, tetapi menegaskan tidak akan membubarkan sayap militernya.

Di sisi lain, meskipun kesepakatan gencatan senjata mencakup penghentian permanen operasi militer, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu beberapa kali menyatakan kemungkinan melanjutkan serangan militer ke Gaza setelah Hamas membebaskan sebagian tahanan Israel.

Amerika Serikat, yang sejak 1997 memasukkan Hamas ke dalam daftar organisasi teroris, tetap memandang kelompok tersebut dengan skeptis. Status ini juga diadopsi oleh beberapa negara Barat lainnya, meskipun dalam beberapa tahun terakhir Hamas telah berupaya memperbaiki hubungannya dengan komunitas internasional.

Pada 2017, Hamas mengeluarkan dokumen politik baru yang menunjukkan sikap lebih moderat dibandingkan piagam awalnya. Dalam dokumen tersebut, Hamas menyatakan kesediaan menerima solusi berupa negara Palestina di perbatasan 1967 sebagai kompromi nasional, meskipun tetap menolak mengakui keberadaan Israel.

Para pengamat menilai langkah Hamas ini sebagai upaya untuk mendapatkan pengakuan internasional dan dukungan politik, terutama di tengah tekanan yang semakin besar dari Israel dan negara-negara Barat.

Namun, upaya ini masih menghadapi tantangan besar, termasuk ketidakpercayaan mendalam dari Amerika dan sekutunya. Banyak yang meragukan apakah dialog yang diusulkan oleh Abu Marzuq dapat menghasilkan perubahan signifikan dalam hubungan Hamas dengan AS.

Meski demikian, pernyataan Abu Marzuq membuka peluang baru dalam diplomasi Timur Tengah. Jika dialog dengan Amerika benar-benar terwujud, hal ini dapat menjadi momen penting dalam mengubah dinamika politik di kawasan tersebut.

Keberhasilan dialog juga bergantung pada kesediaan kedua belah pihak untuk mendekati isu-isu sensitif dengan cara yang konstruktif. Hamas dan Amerika kini berada di persimpangan jalan, dan keputusan yang diambil akan menentukan arah hubungan mereka di masa depan. [] Nilufar Babayiğit 

Posting Komentar untuk "Hamas Siap Dialog dengan AS, Optimisme di Tengah Tantangan Diplomatik"