Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Degradasi Moral Generasi Masih Menggurita


Oleh: Umi Nafilah
(Alumni S1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jember, 
Aktivis Perempuan)

Bukan hal yang tabu lagi generasi saat ini memiliki banyak tingkah yang mengkhawatirkan. Sifatnya yang labil dan ingin mencoba-coba menjadikan banyak generasi butuh diarahkan dalam beraktivitas, karena jika tidak, akan menjadikan aktivitasnya sia-sia dan tidak benar. Fenomena alay adalah salah satu aktivitas sia-sia dan fenomena ini semakin tak terkendali, hal ini tercermin dari tren-tren yang dilakukan oleh para remaja diantaranya tren foto ‘cium ketek pacar’ yang sempat menjadi trending topik dengan tagar #ciumketekpacar dengan cepat menyebar dan mendapat like di sosial media instagram. Anehnya tidak sedikit remaja yang mengikuti tren ini, dengan alasan membuktikan kesetiaan kepada sang pacar.

Selain itu mencuatnya tagar #tukeranbajupacar yang banyak diposting oleh netizen remaja juga dalam waktu singkat banyak yang ikut tren tersebut, mereka membandingkan antara foto sebelumnya yang menggunakan bajunya sendiri kemudian foto satunya dengan gaya yang sama namun menggunakan baju yang telah ditukar dengan pacarnya. Tidak hanya itu, remaja lagi-lagi membuat heboh dengan munculnya akun ‘Pegasus Geng’ yang banyak menampilkan foto para remaja tanpa pakaian dengan pose-pose aneh, dan herannya mereka banyak mendapatkan ribuan followers dalam waktu singkat. 

Fenomena alay ini bahkan bergeser kebablasan pada pelecehan agama. Beberapa waktu lalu ada seorang facebooker bernama Rudi Hartanto mengunggah 12 foto tentang 5 orang remaja yang diketahui berasal dari Metro, Lampung, tengah melecehkan beberapa Syariat Islam di sebuah Masjid. Firman Abadi yang merupakan salah satu diantara lima remaja tersebut, ia telah berfoto bersama teman-temannya menirukan gerakan Sholat. Dua dari lima remaja itu tidak mengenakan baju alias membuka aurat. Tidak hanya itu, ada juga yang berpose menjadi seorang khotib yang tengah melakukan khutbah di mimbar masjid, namun penampilannya bertopi ala anak gaul. Lebih parah lagi, ada dua remaja hanya mengenakan celana dalam dengan menenteng kotak amal masjid. 

Sebuah pengeksisan diri yang kebablasan untuk mendapatkan perhatian telah menjadi virus generasi. Fenomena Ini disebabkan para remaja saat ini kebanyakan mengikuti tren tanpa tahu manfaat yang akan di perolehnya. Bahkan para remaja cenderung menjadi generasi ‘bebek’ yang ngikut akan tren-tren tak bermoral. Hal ini tercermin dari tren-tren di atas yang banyak dilakukan oleh para remaja. Rusaknya moral para remaja saat ini adalah tren global yang diaruskan untuk menjauhkan generasi muslim dari identitasnya, juga mengalihkan remaja dari membekali diri dengan ilmu dan keunggulan untuk masa depannya. Sayangnya negara saat ini abai terhadap fungsi tersebut.

Alay ibarat virus penyakit, jika tidak diobati atau obatnya tidak manjur maka virus tersebut akan menyebar dengan cepat. Ini merupakan masalah sistemik yang harus diselesaikan. Ada 2 hal yang perlu dievaluasi, diantaranya adalah evaluasi pola asuh orangtua dan evaluasi mendasar pada kurikulum pendidikan. Pola asuh orang tua atau keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam proses pembentukan generasi yang baik, mengingat keluarga adalah pondasi utama dalam membangun karakter pribadi generasi serta media pertama dan utama pembelajaran bagi generasi sebelum mengenal lingkungan dan sekolah. Namun, proses pembentukan generasi yang baik tidak bisa dibebankan pada satu pihak saja tapi harus ada hubungan sistemik dan integral antar komponen-komponen yang terkait, permasalahan tidak bisa diselesaikan secara parsial. Selama ini upaya perwujudan generasi yang baik atau mulia lebih banyak diserahkan pada keluarga sebagai wadah utama pendidikan anak, serta keikutsertaan masyarakat untuk menyediakan lingkungan yang mendukung proses tersebut. Namun masih ada satu komponen yang bertanggung jawab yang tak kalah besar pengaruhnya dalam proses pembentukan generasi yang baik dan berkualitas yakni Negara.

Ada tiga alasan negara perlu terlibat diantaranya 1) negara adalah institusi yang menerapkan hukum, 2) negara terbebani tanggung jawab pemeliharaan urusan masyarakat, dan 3) negara pemilik kekuatan perubahan secara sistemik. Sehingga dalam proses pembentukan generasi yang baik, negara harus mengupayakan dengan menerapkan aturan yang terbaik yakni aturan yang berasal dari Allah, Dzat Pencipta dan Pengatur alam seisinya. Negara seharusnya membangun satu sistem pendidikan yang mampu untuk membentuk pribadi yang memiliki karakter Islam serta menguasai tsaqafah islam dan ilmu/teknologi. Generasi yang demikian akan mampu diwujudkan oleh sistem kurikulum pendidikan yang berasaskan aqidah Islam, yaitu Sistem kurikulum pendidikan Islam.  Sehingga akan terwujud menjadi generasi yang siap menjadi pemimpin dunia, bukan generasi alay, atau pembebek lagi, bahkan bukan sekedar pengikut di dunia internasional. Namun, menjadi generasi yang akan membangun bangsa ini lebih maju dari bangsa lain dan membawa umat manusia pada kebahagiaan di bawah naungan aturan dari Sang Maha Pencipta. [VM] 

Posting Komentar untuk "Degradasi Moral Generasi Masih Menggurita"

close