Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

[Wawancara] Asimilasi: Tantangan Terbesar Kami

 Wawancara dengan : Abdullah M
Aktivis Hizbut Tahrir ‪‎Australia‬

Bagaimana perkembangan Hizbut Tahrir dan seruan Khilafah di Australia?
>> Alhamdulillah, seperti juga di banyak negara lain, tidak hanya di Australia, Hizb yang menyeru umat untuk melanjutkan kembali kehidupan Islam melalui penegakkan Khilafah mendapat sambutan yang baik sekali di kalangan kaum Muslim di Australia.

Bagaimana sikap Pemerintah?
>> Kedua pemerintahan (Pemerintahan Liberal dan Pemerintahan Partai Buruh) mengambil sikap yang sama dalam memerangi Islam. Pemerintahan Liberal memilih kata-kata pedas dalam media. Mereka selalu menyerang Hizb di media. Mereka membicarakan Hizb di parlemen. Hal ini menjadikan Hizbut Tahrir dalam sorotan. Mereka mulai melakukan wawancara di semua saluran televisi, semua stasiun radio sehingga hal ini memberikan kemajuan dakwah.
Orang-orang semakin mendengar apa yang kami katakan, kami kerjakan dan banyak yang memberikan dukungan. Mereka menganggap kita seperti salah satu kelompok tentara yang berpegang tegung dengan tali Allah SWT.

Bagaimana dengan Pemerintahan Partai Buruh?
>> Pemerintahan Partai Buruh melihat kesalahan yang dibuat oleh Pemerintahan Liberal dengan mengatakan serangan mereka terhadap Hizb membuat kita semakin populer. Jadi, mereka mengambil sikap yang berbeda. Mereka tidak mau berbicara mengenai kita. Bahkan ketika Pemerintahan Liberal menyerang Hizb, Pemerintah Partai Buruh segera menutup seluruh perbincangan tentang Hizb sehingga kita tidak menjadi sorotan lagi.
Namun, alhamdulilLah, kerja dakwah kita mendapat kemajuan. Saat ini, dimana pun ada isu ini, media tidak ingin mendekati kelompok lain karena yang lain selalu memberikan sikap kontroversial.

Contoh kasus?
>> Ketika kaum kafir menyerang kehormatan Nabi Muhammad saw., kaum Muslim berdemonstrasi di Sydney menentang penghinaan terhadap Rasulullah saw. Namun, Pemerintah dan media massa menganggap kaum Muslim selalu mengambil tindak kekerasan.
Terkait demo tersebut, media pun mewawancarai berbagai organisasi Islam. Organisasi-organisasi tersebut bereaksi dengan memberikan sikap yang apologetik. Mereka mengatakan, “Maafkan kami. Itu tidaklah pantas dilakukan.”
Jadi, ketika ada isu-isu lain media tidak mewawancarai mereka lagi karena itu bukanlah yang mereka inginkan. Media ingin suatu debat yang kuat. Jadi ketika ada isu, mereka bertanya kepada Hizbut Tahrir. Kita berbicara menjadi corong, menjadi juru bicara untuk komunitas Muslim. Media tahu bahwa jika mereka ingin respon yang bagus tentang apa yang dikatakan oleh Islam, mereka akan datang kepada kita. AlhamdulilLah.

Jadi, sikap Hizb bisa dianggap mewakili suara umat Muslim?
>> Ya, benar. Saya kira juga demikian. Sebenarnya ini bukan secara resmi mewakili sikap Muslim Australia. Di Australia, terdapat Dewan Imam yang secara resmi dibentuk oleh Pemerintah. Pemerintah juga membagi kaum Muslim menjadi Muslim moderat dan Muslim ekstrem.
Karena apa yang kita katakan adalah kebenaran, maka secara alami komunitas Muslim mengharapkan kami berbicara. Mereka ingin mendengarkan apa yang kita katakan. Mereka telah kehilangan harapan kepada badan-badan yang didirikan oleh Pemerintah. Mereka tahu, jika itu datang dari Pemerintah, maka Pemerintah akan memaksakan agendanya.
Sekarang, seluruh komunitas ingin kami merespon semua isu. Kami melakukan semua ini melalui saluran media, mengunggah video, menyebarkan leaflet, press rilis sebagai buletin Jumat. Kita juga melakukan halqah. Kita melakukan hal yang sama di seluruh dunia.

Bagaimana mengenai isu asimilasi? Apakah Pemerintah Australia mengikuti pola Inggris?
>> Ini adalah salah satu tekanan yang paling besar bagi kaum Muslim di Australia. Apalagi Pemerintah memberikan dana besar bagi Dewan Imam yang terdiri dari ratusan orang yang bertujuan untuk memaksa asimilasi. Mereka melakukan konferensi yang berkaitan dengan komunitas Muslim. Mereka juga melakukan program deradikalisasi. Banyak orang yang ikut program ini yang bertujuan menetralisasi kaum Muslim.
Itu juga yang terjadi di luar negeri seperti di Pakistan, dll. Mereka ingin: Jadilah Muslim. Urus saja dirimu sendiri. Shalat dan berpuasalah, tetapi jangan mengadopsi ide-ide akan persatuan umat. Jangan membicarakan pemahaman tentang syariah. Terapkan saja syariah di rumahmu. Dirikan Khilafah di rumahmu, jangan diluar. Seperti itulah isu asimilasi. Inilah salah satu tantangan terbesar.

Mengapa tidak dituruti?
>> Kita tahu bahwa asimilasi adalah haram, karena nilai-nilai yang benar adalah yang datang dari al-Quran dan as-Sunnah. Asimilasi membuat kita melupakan identitas kita. Kita adalah kaum Muslim yang merupakan satu umat, umat global sesuai dengan firman Allah SWT (yang artinya): “Sesungguhnya umat ini adalah umat yang satu. Aku adalah Tuhanmu. Karena itu bertakwalah kepada-Ku.”
Jadi, kita memperingatkan kaum Muslim di Australia akan bahaya asimilasi ini. Ini adalah hal yang palsu dan salah.
Mereka ingin menjadikan isu yang terjadi di dunia Muslim bukan sebagai isu kita bersama. Hal paling mungkin yang bisa kita lakukan adalah memberikan bantuan uang dan berdoa.SubhanalLah, Pemerintah Australia membuat UU yang melarang untuk memberikan bantuan uang untuk Suriah. Siapapun yang melanggar akan dihukum sebagai tindakan kriminal. Siapapun yang melanggar dengan keluar negeri dan memberikan uang juga dianggap melakukan tindakan kriminal, yang akan dikenakan hukuman selama lebih dari 20 tahun.

Dua puluh tahun penjara?
>> Ya. Mereka ingin melokalisasi isu Suriah. Mereka ingin melokalisasi Muslim Australia: Pakai saja bantuan uangmu di dalam negeri Australia. Kita memperingatkan kaum Muslim akan bahaya undang-undang ini. AlhamdulilLah, banyak kaum Muslim yang sadar akan hal ini.

Apakah ada pesan-pesan yang ingin Anda sampaikan kepada kaum Muslim Indonesia?
>> Ya. Muslim Australia menghormati apa yang dilakukan oleh Muslim Indonesia. Ketika kami melihat konferensi seperti kemarin, ini akan menjadi inspirasi bagi Muslim Australia untuk melihat bagaimana ratusan ribu orang menyerukan dan beraktivitas untuk menegakkan Khilafah.
Kami menyeru Muslim Indonesia untuk terus bergerak, terus berjuang, terlibat dalam dakwah. Kami sangat berharap bahwa insya Allah Khilafah akan segera berdiri di dunia Muslim, dan Indonesia menjadi bagiannya, atau Khilafah akan berdiri di Indonesia. Insya Allah kami menunggu Muslim Indonesia untuk mengirimkan kapal-kapal perangnya dan membebaskan kami di Australia dan Australia akan menjadi wilayah bagian Khilafah di Indonesia dan kita akan hidup bersama, insya Allah.
Jadi, terus bergerak, kami mendukung Anda dan selalu bersama Anda karena sekali lagi, kita adalah umat yang satu. [krsk/visimuslim.com]

Posting Komentar untuk "[Wawancara] Asimilasi: Tantangan Terbesar Kami"

close