Baca dan Amalkanlah Selalu Isi al-Quran
Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari al-Quran dan mengajarkannya kepada orang lain (HR al-Bukhari).
Sejatinya setiap Muslim adalah pengemban al-Quran. Mengemban al-Quran
sama dengan mengemban dakwah. Sebab, al-Quran turun kepada Baginda Nabi
saw. memang untuk didakwahkan. Allah SWT. berfirman:
نَزَلَ بِهِ ٱلرُّوحُ ٱلْأَمِينُ ﴿١٩٣﴾ عَلَىٰ قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ ٱلْمُنذِرِينَ ﴿١٩٤﴾
Al-Quran itu dibawa turun oleh Ruh al-Amin (Jibril) ke dalam
hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang
yang memberi peringatan (TQS asy-Syu’ara [26]:193-194).
Karena itu, sudah selayaknya setiap Muslim senantiasa berinteraksi
dengan al-Quran, ‘bersahabat’ dengan al-Quran, bahkan selalu merasa
sangat bergantung pada al-Quran. Sebagaimana seorang prajurit di medang
perang sangat bergantung pada senjatanya, demikian pula seharusnya
pengemban dakwah; selalu bergantung pada al-Quran. Apa jadinya prajurit
berperang tanpa senjata? Apa jadinya pengemban dakwah ‘berlaga’ di medan
dakwah tanpa al-Quran di hati dan pikirannya?
Banyak sekali hadis Nabi saw. yang menekankan tentang perlunya setiap
Muslim, apalagi pengemban dakwah, untuk selalu membaca, mengkaji,
memahami, menghapal dan mengamalkan al-Quran. Bahkan sering Baginda Nabi
saw. mengutamakan sebagian Sahabat atas Sahabat lainnya karena
keunggulan sebagian mereka atas sebagian yang lain dalam hal penguasaan
dan pengamalan mereka terhadap al-Quran.
Dalam sejarah, ketika Nabi saw. hendak mengirim seorang utusan ke
suatu wilayah, misalnya, beliau biasanya memilih Sahabat yang paling
banyak hapalan al-Qurannya. Ketika hendak mengubur para syuhada Perang
Uhud, Nabi saw. pun memerintahkan untuk mendahulukan Sahabat yang paling
banyak hapalannya. Begitu pula dalam hal kepemimpinan shalat berjamaah.
Nabi saw. bersabda:
يَؤُمُّ الْقَوْمَ أَقْرَؤُهُمْ لِكِتَابِ اللَّهِ
Hendaklah yang memimpin suatu kaum adalah orang seorang yang paling banyak membaca/menghapal/mengamalkan Kitabullah (HR Muslim, at-Tirmidzi, an-Nasa’i, Abu Dawud dan Ibn Majah).
*****
Rasul saw. bersabda:
إِنَّ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهِ
Sesungguhnya sebaik-baik ucapakan adalah Kitabullah… (HR Ahmad).
Karena itu, wajar jika membaca, mengkaji, menghapal dan mengamalkan
al-Quran merupakan ibadah yang paling utama. Dalam hal ini, Khabbab bin
al-Art, seorang Sahabat Nabi saw., pernah berkata kepada seseorang,
“Ketahuilah sesungguhnya tidak ada cara yang lebih mudah untuk
mendekatkan diri kepada-Nya dengan sesuatu yang Dia cintai melebihi
firman-firman-Nya (yakni al-Quran).”
Aktivitas membaca, mengkaji, menghapal dan mengamalkan al-Quran
sesungguhnya juga merupakan tanda bukti cinta seorang Muslim kepada
Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah saw. bersabda, “Siapa saja yang mencintai Allah dan Rasul-Nya, hendaknya ia membaca Al-Quran.” (HR as-Suyuthi).
Abdullah bin Mas’ud, yang amat gemar membaca al-Quran, juga pernah berkata, “Siapa saja yang mencintai al-Quran, berarti ia mencintai Allah dan Rasul-Nya.”
Dengan kata lain, kecintaan pada al-Quran merupakan bukti atas
kecintaan kita kepada Allah dan Rasul-Nya. Begitu pula sebaliknya.
*****
Nabi saw. bersabda, sebagaimana dituturkan oleh Utsman bin Affan ra.:
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari al-Quran dan mengajarkannya kepada orang lain (HR al-Bukhari).
Al-Hafiz Ibnu Katsir dalam kitabnya, Fadhâ’il al-Qur’ân (hlm. 126-127), “Maksud dari sabda Rasulullah saw., ‘Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari al-Quran dan mengajarkan kepada orang lain,’
adalah bahwa mereka itu orang-orang Mukmin yang selalu mengikuti dan
meneladani para rasul. Mereka telah menyempurnakan diri sendiri dan
menyempurnakan orang lain.”
Terkait dengan hadis ini, Imam Abu Abdurrahman as-Sulami tak pernah
berhenti mengajarkan al-Quran selama empat puluh tahun di Masjid Agung
Kufah karena ia begitu memahami makna hadis ini.
Pada kesempatan lain, Rasulullah saw. pernah bersabda, sebagaimana dituturkan oleh Abu Hurairah ra.:
مَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ
اللهِ تَعَالَى يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ
إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ
وَحَفَّتْهُمْ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمْ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ
Tidaklah suatu kaum berkumpul di suatu rumah Allah, membaca kitab
Allah dan mempelajarinya, melainkan akan diturunkan kepada mereka
ketenangan; mereka akan diliputi oleh rahmat, dikelilingi oleh malaikat
dan akan disebut-sebut Allah di hadapan orang-orang yang ada di sisi-Nya
(para malaikat) (HR Abu Dawud, Ahmad dan ad-Darimi).
Abu Umamah ra. juga pernah mendengar Rasulullah saw., bersabda:
اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي شَافِعًا ِلأَصْحَابِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Bacalah oleh kamu al-Quran, sesungguhnya (al-Quran) itu datang pada Hari Kiamat menjadi syafaat bagi pembacanya (HR Muslim).
Dengan semua keutamaan itu, wajarlah jika para Sahabat berlomba-lomba
membaca, mempelajari dan mengamalkan kandungan al-Quran. Dalam hal
membaca, misalnya, ada yang mengkhatamkan al-Quran dalam sehari semalam,
bahkan ada yang khatam dua kali dalam sehari semalam. Dalam sebuah
hadis sahih, Rasulullah saw. menyuruh Abdullah bin Umar agar
mengkhatamkan al-Quran seminggu sekali. Begitu pula para Sahabat seperti
Usman bin ‘Affan, Zaid bin Tsabit, Ibnu Mas’ud dan Ubay bin Ka’ab;
telah menjadi wiridnya untuk mengkhatamkan al-Quran pada setiap hari
Jumat. Namun demikian, paling tidak, hendaknya setiap Muslim bisa
mengkhatamkan al-Quran sebulan sekali. (HR Ahmad).
Itulah standar yang diberikan oleh Rasulullah saw. dalam membaca
al-Quran. Bagaimana dengan kita? Mudah-mudah kita mengamalkan standar
yang paling minimal dalam hal mengkhatamkan al-Quran: sebulan sekali.
Jika saat ini mungkin terasa berat dan sulit sekali, terutama karena
faktor kemalasan, hendaklah kita segera sadar, bahwa hati kita mungkin
sedang dipenuhi dengan kotoran. Sebab, sebagaimana kata Utsman bin Affan
ra. “Jika hatimu bersih, niscaya ia tidak akan pernah kenyang dari firman-firman Tuhannya (al-Quran).”
Perkataan Utsman ini bermakna, bahwa kecintaan dan interaksi kita
dengan al-Quran merupakan ukuran kebersihan hati kita. Jika suatu ketika
kita merasa berat untuk membaca al-Quran, sangat boleh jadi itu adalah
pertanda bahwa hati kita kotor. Untuk membersihkannya, paksakanlah untuk
membaca al-Quran, insya Allah ayat-ayat al-Quran yang kita baca pun
akan membersihkan kotoran-kotoran tersebut.
Wa mâ tawfîqî illâ billâh. [abi]
Posting Komentar untuk "Baca dan Amalkanlah Selalu Isi al-Quran"