Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hagia Sophia, Saksi Bisu Kejayaan 2 Peradaban di Turki: Romawi & Islam

Hagia Sophia merupakan bangunan megah yang sudah berdiri selama berabad-abad di kota Istanbul, Turki. Secara bahasa, Hagia Sophia berarti kebijaksanaan yang suci. Dalam bahasa latin disebut Sancta Sophia, atau Aya Sophia dalam bahasa Turki.

Sebelum diubah fungsi menjadi museum oleh penguasa Turki modern, Mustafa Kemal Attaturk, Hagia Sophia selama berabad-abad menjadi saksi bisu kejayaan dua peradaban dunia yang sangat berpengaruh, yakni Romawi dan Islam.

Hagia Sophia dibangun pada abad ke-6 Masehi di masa Kerajaan Bizantium Romawi. Saat itu Istanbul bernama Konstantinopel. Selama berabad-abad, kerajaan Romawi di Bizantium menjadi pusat peradaban dunia. Hagia Sophia menjadi gereja ortodoks kebanggaan kaum nasrani yang menjadi penduduk Konstantinopel.

Setelah kejatuhan Konstantinopel ke tangan Khilafah Turki Ustmani pada tahun 1453 Masehi, bukan hanya nama kota Konstantinopel yang diubah menjadi Islambul, kemudian menjadi Istanbul. Tapi juga fungsi Hagia Sophia diubah oleh Sultan Muhammad Al Fatih, atau dikenal dengan Sultan Muhammad II menjadi masjid.

Saat itu, begitu kota Konstantinopel jatuh pada hari Selasa 27 Mei 1453, Sultan Muhammad Al Fatih langsung turun dari kudanya dan bersujud syukur kepada Allah, lalu pergi ke Gereja Hagia Sophia dan memerintahkan mengubahnya menjadi masjid. Selang 3 hari setelah hari itu, yaitu di hari Jumat, umat Muslim sudah memulai menggunakannya untuk melaksanakan salat Jumat.

Meski diubah fungsi menjadi masjid, interior gereja dalam Hagia Sophia banyak yang tidak berubah. Sultan Al Fatih hanya memberi sedikit modifikasi pada bangunan Hagia Sophia, seperti menambahkan bangunan menara di bagian Selatan. Pada masa Khilafah Salim II (1566-1574), ditambah lagi 2 menara dan mengganti simbol salib pada puncak kubah dengan bulan sabit. Sementara patung, salib dan lukisan bercirikan Nasrani dalam bangunan ditutupi dengan cat. Sejak saat itu hingga jatuhnya Khilafah Turki Ustmani pada tahun 1924, atau sekitar 500 tahun, Hagia Sophia menjadi masjid.

Namun setelah Khilafah Turki Ustmani jatuh, penguasa Turki modern, Mustafa Kemal Attaturk mencopot fungsi dan status Hagia Sophia sebagai masjid dan mengubahnya menjadi museum. Dimulailah proyek "Pembongkaran Hagia Sophia" di bawah program sekularisasi Attaturk. Beberapa bagian dinding dan langit-langit dikerok dari cat-cat kaligrafi hingga ditemukan kembali lukisan-lukisan sakral Kristen.

Di dalam Hagia Sophia terdapat surat-surat dari khilafah Utsmaniyah yang berfungsi untuk menjamin, melindungi, dan memakmurkan warganya ataupun orang asing pembawa suaka. Terdapat sekitar 10.000 sampel surat yang ditujukan maupun yang dikeluarkan kepada khalifah.

Surat tertua ialah surat sertifikat tanah untuk para pengungsi Yahudi pada tahun 1519 yang lari dari inkuisisi Spanyol pasca jatuhnya pemerintahan Islam, Bani Umayyah di Andalusia.

Ada juga surat ucapan terima kasih dari pemerintah Amerika Serikat atas bantuan pangan yang dikirim khalifah Turki Ustmani pasca Revolusi Amerika abad ke-18, surat jaminan perlindungan kepada Raja Swedia yang diusir tentara Rusia pada 7 Agustus 1709, surat yang memberi izin dan ongkos kepada 30 keluarga Yunani yang beremigrasi ke Rusia pada tanggal 13 Rabiul Akhir 1282 H (5 September 1865) dan belakangan mereka kembali ke pangkuan khilafah, serta dokuemn peraturan bebas cukai barang bawaan orang-orang Rusia yang mencari suaka ke wilayah khilafah pasca Revolusi Bolshevik tanggal 25 Desember 1920 M.

Beberapa waktu lalu, pemerintah Turki di bawah Perdana Menteri Erdogan berencana mengembalikan kembali fungsu Hagia Sophia sebagai masjid. Usulan tersebut datang dari banyak kalangan masyarakat di Turki, dan saat ini draft usulannya tengah dibahas parlemen.

Namun demikian, kalangan dari Kristen Ortodoks Bartholomew I menolak rencana pemerintah Turki. Mereka meminta agar Hagia Sophia tetap sebagai Museum. [detik/visimuslim.com]

Posting Komentar untuk " Hagia Sophia, Saksi Bisu Kejayaan 2 Peradaban di Turki: Romawi & Islam"

close