Khutbah Idul Fitri 1434 H: Songsong Kemenangan, Tegakkan Khilafah
Assalamu ‘alaikum wr. wb.
اَللهُ أَكْبَرُ… اَللهُ أَكْبَرُ… اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْدُ
اَلْحَمْدُلِلّهِ الْعَزِيْزِ الْقَهَّارِ، 
نَسْتَعِيْنُهُ وَ نَسْتَهْدِيْهِ، وَ نُؤْمِنُ بِهِ وَ نَتَوَكَّلُ 
عَلَيْهِ وَ نَشْكُرُهُ وَ لاَ نَكْفُرُهُ وَ نَخْلَعُ وَ نَتْرُكُ مَنْ 
يَفْجُرُهُ.
أَشْهَدَ أَنَّ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ
لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، اَلْمُتَوَحِّدُ فِيْ الْجَلاَلِ بَكَمَالِ الْجَلاَلِ تَعْظِيْمًا وَ تَقْدِيْرًا،
وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى سَيِّدِ 
الْمُرْسَلِيْنَ، وَإِمَامِ الْمُتَّقِيْنَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ 
الطَّيِّبِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ،
يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اِتَّقُوْا 
اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَ مَنْ يَتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَ 
يَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ، فَاتَّقُوْا اللهَ يَا عِبَادَ 
اللهِ.
وَ قَالَ اللهُ تَعَالَى: ] وَعَدَ
 اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ 
لَيَسْتَخْلِفَنَّهُم فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن 
قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ 
وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْناً يَعْبُدُونَنِي لَا 
يُشْرِكُونَ بِي شَيْئاً وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ 
الْفَاسِقُونَ [ 
اَمَّا بَعْدُ
اَللهُ أَكْبَرُ… اَللهُ أَكْبَرُ… اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْدُ
Ma’ashiral muslimin rahimakumullah,
Alhamdulillâhi Rabbi al-âlamîn, segala puji marilah kita 
panjatkan ke hadhirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam 
semoga senantiasa dilimpahkan kepada sayyidu al-anbiyâ wa al-mursalîn,
 Rasulullah Muhammad Saw, beserta keluarga, para shahabatnya, dan 
seluruh umatnya yang senantiasa menaati risalahnya, serta berjuang tak 
kenal lelah untuk menerapkan dan menyebarluaskannya ke seluruh pelosok 
dunia hingga akhir zaman.
Hari ini, umat Islam di seluruh penjuru dunia bersama-sama 
menggemakan pujian atas kebesaran Allah SWT. Takbir, tahmid, dan tahlil 
menggema di seluruh dunia. Lebih dari 1,5 milyar kaum muslimin di 
seluruh dunia mengagungkan asma Allah SWT. Inilah hari kemenangan kita, 
setelah sebulan lamanya berpuasa.
Ma’ashiral muslimin rahimakumullah,
Ibadah puasa Ramadhan telah usai. Harapannya, lahir berjuta-juta umat
 Islam yang semakin meningkat ketakwaannya kepada Allah SWT, sesuai 
firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah 183:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُتِبَ 
عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ 
لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ ﴿١٨٣﴾
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa 
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.
Pada akhir ayat tersebut dijelaskan bahwa hikmah diwajibkannya puasa 
tidak lain adalah agar mereka yang menjalaninya menjadi orang-orang yang
 bertakwa.
Apakah takwa itu? Kata taqwa berasal dari kata waqâ,
 yang berarti melindungi. Yaitu, untuk melindungi diri dari murka dan 
azab Allah SWT. Caranya dengan menjalankan perintah Allah SWT dan 
menjauhi segala larangan-Nya. Itulah pengertian taqwa.
Pertanyaan sekarang: apakah kita benar-benar telah menjadi orang yang
 bertakwa? Untuk mengetahuinya, mari kita lihat bagaimana sikap dan 
ketaatan kita terhadap berbagai perintah dan larangan Allah SWT.
Misalnya, ketika Allah SWT memerintahkan kita berpuasa, alhamdulillah, kita telah mampu menaati dan mengamalkan kewajiban tersebut.
Selanjutnya, bagaimana sikap dan ketaatan kita terhadap perintah 
Allah SWT yang lain, seperti kewajiban yang telah tertuang dalam QS. 
Al-Baqarah 178:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِصَاصُ فِي الْقَتْلَى ﴿١٧٨﴾
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh,..”
Sekali lagi, bagaimana sikap kita terhadap hal itu? Apakah kita siap 
untuk menaatinya? Atau, justru mengabaikannya dan tidak peduli terhadap 
kewajiban tersebut? Padahal hikmah dari diwajibkannya menjalankan qishaas tersebut juga sama dengan pengamalan puasa, yaitu agar kita menjadi orang yang bertakwa.
وَلَكُمْ فِي الْقِصَاصِ حَيَاةٌ يَاْ أُولِيْ الأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ ﴿١٧٩﴾
“Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa” (QS Al Baqarah: 179).
Kaum Muslim rahimakummullah…
Ketika Allah SWT mengharamkan riba, apakah kita sudah benar-benar meninggalkannya? Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Baqarah 275:
وَأَحَلَّ اللّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا ﴿٢٧٥﴾
“…padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”.
Bunga yang sekarang ini dikenakan pada setiap transaksi utang-piutang itu sesungguhnya salah satu bentuk riba, sebagaimana sabda Rasul SAW:
كُلُّ قَرْضٍ جَرَّ مَنْفَعَةً فَهُوَ رِبَا (بغية الحارث – ج 1 / ص 142)
 “Setiap utang-piutang yang menghasilkan manfaat adalah riba”.
Sekali lagi, apakah kita benar-benar telah meninggalkan larangan 
Allah SWT itu? Terlebih lagi, seruan Allah SWT untuk meninggalkan riba, juga dikaitkan langsung dengan aspek keimanan dan ketakwaan kita. Hal itu ditegaskan Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah 278-279:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ 
اللّهَ وَذَرُواْ مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبَا إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ ﴿٢٧٨﴾ 
فَإِن لَّمْ تَفْعَلُواْ فَأْذَنُواْ بِحَرْبٍ مِّنَ اللّهِ وَرَسُولِهِ 
﴿٢٧٩﴾
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba, jika kamu orang-orang yang beriman” (278). “Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu,..” (279).
Selain menyinggung keimanan dan ketakwaan, ayat itu memberikan 
ancaman yang tegas, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangi orang-orang
 yang tidak mau meninggalkan riba.
اَللهُ أَكْبَرُ… اَللهُ أَكْبَرُ… اَللهُ أَكْبَرُ وَ لِلّهِ الْحَمْدُ
Ma’asyiral Muslimin rahimakummullah…
Itulah sedikit contoh perintah dan larangan dari Allah SWT. Saat ini 
kita menyaksikan masih banyak perintah Allah SWT yang belum diamalkan 
dan berbagai larangan Allah yang masih dilanggar, terutama syariah Islam
 yang berkaitan dengan pengaturan kehidupan bermasyarakat dan bernegara,
 baik dalam bidang pemerintahan, ekonomi, sosial, hukum pidana, 
pendidikan, politik luar negeri dsb.
Belum diamalkannya syariah Islam secara kaffah dalam 
kehidupan kita inilah yang menyebabkan kehidupan kaum muslimin saat ini 
terpuruk, terjajah, hancur dan tertindas. Saudara-saudara kita di 
Palestina, Suriah, Iraq, Afghanistan, Xinjiang, Chechnya, Rohingya, 
Thailand Selatan, Filipina Selatan dsb, mereka dijajah, disiksa, 
dibantai dan banyak yang diusir dari negerinya, tanpa ada yang 
melindungi dan membelanya.
Di Indonesia, rakyat semakin miskin dan melarat, harga-harga 
kebutuhan pokok yang terus membumbung tinggi, pendidikan mahal tapi 
kualitasnya rendah, kekayaan alam kita dikeruk dan dikuras habis oleh 
korporasi-korporasi asing, layanan kesehatan makin mahal, pergaulan 
pemuda dan pemudinya semakin rusak, korupsi kian merajalela, kerusakan 
lingkungan yang semakin parah, dan sebagainya.
Pangkal keterpurukan ini adalah karena umat Islam telah banyak 
menyimpang dari aturan Allah SWT atau berpaling dari Al-Qur’an. Keadaan 
itu telah diterangkan oleh Allah SWT dalam QS. Thaha 124:
وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكاً وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى ﴿١٢٤﴾
 “Siapa saja yang berpaling dari peringatan-Ku maka sesungguhnya 
baginya kehidupan yang sempit dan Kami akan mengumpulkan dia pada Hari 
Kiamat nanti dalam keadaan buta…”.
Menurut Imam Ibnu Katsir makna “berpaling dari peringatan-Ku” adalah: menyalahi perintah-Ku dan apa yang Aku turunkan kepada Rasul-Ku, melupakannya dan mengambil petunjuk dari selainnya (Tafsir al-Quran al-‘Azhim, V/323).
Sedangkan penghidupan yang sempit tidak lain adalah kehidupan yang 
semakin miskin, melarat, sengsara, menderita, terjajah, teraniaya, 
tertindas dan sebagainya, sebagaimana yang kita saksikan dan rasakan 
sekarang ini di dunia Islam.
Rasulullah SAW menggambarkan bahwa setiap penyimpangan terhadap syariah Islam akan menyebabkan turunnya azab dari Allah SWT.
إِذَا ظَهَرَ الزِّنَا وَالرِّبَا فِي قَرْيَةٍ ، فَقَدْ أَحَلُّوا بِأَنْفُسِهِمْ عَذابِ اللهِ
“Apabila zina dan riba telah merajalela di suatu negeri, berarti 
penduduk negeri tersebut telah meminta Allah untuk menurunkan azab bagi 
mereka” (HR. Al-Hakim).
اَللهُ أَكْبَرُ… اَللهُ أَكْبَرُ… اَللهُ أَكْبَرُ وَ لِلّهِ الْحَمْدُ 
Ma’asyiral Muslimin rahimakummullah…
Ramadhan telah berakhir. Kini kita memasuki Hari Raya Idul Fitri. 
Marilah Hari Raya ini kita jadikan sebagai momentum untuk membuktikan 
diri, bahwa kita adalah umat yang layak dan berhak untuk disebut sebagai
 umat yang bertakwa di hadapan Allah SWT. Yakni, umat yang siap 
melakukan perjuangan besar sehingga terwujud perubahan dunia.
Yaitu, perjuangan untuk mengubah keadaan dunia yang sebelumnya jauh 
dari aturan Islam, berubah menuju keadaan yang tunduk dan patuh pada 
aturan Allah SWT. Inilah perubahan besar dunia menuju diterapkannya 
syariah Islam secara kaffah, sebagaimana yang diinginkan oleh Allah SWT. Bukankah Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah: 208?
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ ادْخُلُواْ فِي
 السِّلْمِ كَآفَّةً وَلاَ تَتَّبِعُواْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ 
لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ ﴿٢٠٨﴾
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam 
secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syetan. 
Sesungguhnya syetan itu musuh yang nyata bagimu”.
Ma’asyiral Muslimin rahimakummullah…
Yang menjadi pertanyaan berikutnya adalah, bagaimana caranya agar syariah Islam itu dapat diamalkan secara kaffah?
Tidak ada jalan lain kecuali harus ada institusi yang mewadahinya. 
Itulah Daulah Khilafah Islamiyah. Daulah Khilafah Islamiyah inilah yang 
akan menerapkan syariah Islam secara kaffah, secara menyeluruh, dalam semua aspek kehidupan baik individu, masyarakat, dan negara.
Perubahan besar dunia menuju tegaknya Khilafah Islamiyah ini memang 
tidak mudah, dan tidak ringan. Maka, momentum berakhirnya puasa Ramadhan
 ini, yang insya Allah telah melahirkan kembali jutaan umat 
Islam yang telah memiliki kadar keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT 
yang tinggi, besar, dan kuat, menjadi modal bagi terbitnya fajar 
kemenangan Islam di muka bumi ini, yaitu tegaknya kembali Daulah 
Khilafah Islamiyah. Inilah janji Allah SWT:
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ 
وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُم فِي الْأَرْضِ كَمَا 
اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ 
الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ 
أَمْناً يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئاً وَمَن كَفَرَ بَعْدَ 
ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ ﴿٥٥﴾
“Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan beramal
 salih di antara kalian, bahwa Dia benar-benar akan menjadikan mereka 
berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum 
mereka berkuasa; Dia benar-benar akan meneguhkan bagi mereka agama yang 
telah Dia ridhai untuk mereka; dan Dia benar-benar akan menukar keadaan 
mereka —sesudah mereka berada dalam ketakutan— menjadi aman sentosa. 
Mereka tetap menyembah Aku tanpa mempersekutukan Aku dengan sesuatu pun.
 Siapa saja yang kafir sesudah janji itu, mereka itulah orang-orang yang
 fasik”. (QS. An-Nuur: 55)
Marilah kita songsong fajar kemenangan Islam, yang ditandai dengan 
tegaknya kembali Daulah Khilafah Islamiyah di atas muka bumi ini.
اَللهُ أَكْبَرُ… اَللهُ أَكْبَرُ… اَللهُ أَكْبَرُ وَ لِلّهِ الْحَمْدُ
Ma’asyiral Muslimin rahimakummullah:
Akhirnya, marilah kita berdoa kepada Allah SWT.
أَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ
نَسْأَلُكَ اَللَّهُمَّ اَنْ تَجْعَلَ 
الْقُرْآنَ الْكَرِيْمَ رَبِيْعَ قُلُوْبِنَا، وَ نُوْرَ صُدُوْرِنَا، وَ 
جَلاَءَ اَحْزَانِنَا، وَ ذِهَابَ هُمُوْمِنَا وَ غُمُوْمِنَا، وَ 
قَائِدَنَا وَ سَائِقَنَا اِلَى رِضْوَانِكَ، اِلَى رِضْوَانِكَ وَ 
جَنَّاتِكَ جَنَّاتٍ نَعِيْمٍ.
اَللَّهُمَّ اجْعَلِ الْقُرْآنَ شَفِيْعَنَا، وَ حُجَّةً لَنَا لاَ حُجَّةً عَلَيْنَا.
أَللَّهُمَّ اغْفِرْلَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا،
اَللَّهُمَّ ارْحَمْ اُمَّةَ سَيِّدِنَا 
مُحَمَّدٍ رَحْمَةً عَامَّةً تُنْجِيْهِمْ بِهَا من النَّارَ 
وَتُدْخِلُهُمْ بِهَا الْجَنَّةَ
 اَللَّهُمَّ اجْعَلْناَ فِي ضَمَانِكَ 
وَأَمَانِكَ وَبِرِّكَ وَاِحْسَانِكَ وَاحْرُسْنَا بِعَيْنِكَ الَّتِيْ لاَ
 تَناَمُ وَاحْفِظْناَ بِرُكْنِكَ الَّذِيْ لاَ يُرَامُ.
اَللَّهُمَّ يَامُنْـزِلَ الْكِتَابِ وَمُهْزِمَ
 اْلأَحْزَابِ اِهْزِمِ اْليَهُوْدَ وَاَعْوَانَهُمْ وَصَلِيْبِيِّيْنَ 
وَاَنْصَارَهُمْ وَرَأْسِمَالِيِّيْنَ وَاِخْوَانَهُمْ 
وَاِشْتِرَاكِيِّيْنَ وَشُيُوْعِيِّيْنَ وَاَشْيَاعَهُمْ
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ دَوْلَةَ 
الْخِلاَفَةِ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ تُعِزُّ بِهَا اْلإِسْلاَمَ 
وَاَهْلَهُ وَتُذِلُّ بِهَا الْكُفْرَ وَاَهْلَهُ، وَ اجْعَلْناَ مِنَ 
الْعَامِلِيْنَ الْمُخْلِصِيْنَ لِإِقَامَتِهَا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَسُبْحَانَ رَبُّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا 
يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ 
الْعَالَمِيْنَ، كُلُ عَامٍ وَ أَنْتُمْ بِخَيْرٍ.
Wassalamu ‘alaikum wr. wb.
 

Posting Komentar untuk "Khutbah Idul Fitri 1434 H: Songsong Kemenangan, Tegakkan Khilafah"