Siaga Depresi Menjelang Pilkada


Sesumbar yang diberitakan media sosial maupun cetak ,pemerintah sepakat menggelar pilkada serentak tahun 2015 pada bulan september mendatang, namun diluar dugaan animo peserta politik rupanya menurun dari tahun sebelumnya, adanya pengusung tunggal, seperti  sepinya parpol mendaftarkan calon yang akan diusung seperti Bengkalis, Jogyakarta,  Kabupaten Tasikmalaya, Kota Surabaya, Kabupaten Blitar, Kabupaten Pacitan, Kota Mataram, Kota Samarinda, serta Kabupaten Timor Tengah Utara. Sembilan daerah itu terancam batal menggelar pilkada lantaran peraturan KPU mensyaratkan pilkada harus diikuti sekurangnya dua pasang calon.

Belajar Kegagalan Pilkada 2009

selama ini Pilkada diklaim sebagai bagian pesta rakyat, anehnya membutuhkan ongkos yang tidak sedikit, baik dari pelaksanaannya yang konon menjadi rebutan tender pengusaha tinta hingga kertas yang tak jarang prakteknya mendatangkan keuntungan disinyalir basah korupsi, hingga para calon pemimpin yang wajib mengeluarkan dana kampanye yang tidak sedikit, tahun sebelumnya memang calon tunggal pilkada tidak ada, namun setelah melihat pilkada sebelumnya yang tak sedikit sial menelan kekecewaan, padahal mahar  kampanye yang dikeluarkan tidaklah sedikit, inilah wajah demokrasi yang membutuhkan ongkos besar hal senada juga dipaparkan oleh  Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Zuhro menilai kurangnya peminat dalam Pilkada Serentak 2015, "Ada beberapa sebab mengapa sepi peminat dalam Pilkada ini, yakni peraturannya baru yaitu UU nomor 8 tahun 2015, lalu mahar politiknya mahal," . Selain mahar, depresi  akibat dari kegagalan pilkada siap menyerang, tentu bukan cerita baru caleg stress, kondisi darurat seperti ini tentu menjadi ancaman hampir semua rumah sakit jiwa (RSJ) di Indonesia, berstatus siaga penuh menjelang pelaksanaan pemilu 9 April 2014 yang lalu. Pasalnya, sebagian besar Caleg mencapai angka 180.000— dipastikan gagal. Berdasarkan data Pemilu sebelumnya, banyak Caleg gagal yang stres berat dan dikategorikan sebagai gila. 

Topeng Demokrasi

Selama menjelang Pilkada partai menerima rekrutmen secara terbuka, tanpa adanya kaderisasi yang memadai, asalkan ada uang siapa pun bisa menjadi calon, mereka hanya terfokus energi yang terkuras, strategi taktik untuk memenangkan pilkada, dalam balutan demokrasi politik bersandar pada kekuasaan dan fasilitas yang kelak akan diraih sehingga rasa ingin menduduki tampuk kekuasaan besar, politik sekarang bukan lagi bagiamana seharusnya mengurusi umat, padahal aktivitas politik bukanlah semata mengantarkan seseorang pada kekuasaan, tapi berperan aktif melakukan pencerdasaan di tengah masyarakat yang kini mengalami kemorosotan, sebagaimana yang dicontohkan oleh Rosullullah Saw melakukan aktivitas politiknya berdakwah menyeru dan melakukan perbaikan dan tak kalah pentingnya peran partai adalah memberikan muhasabah terhadap pengusaha. Wallahu’alam  [Anastasia (Alumni Pendidikan Bahasa Jerman UPI Bandung)] [www.visimuslim.com]

Posting Komentar untuk "Siaga Depresi Menjelang Pilkada"