Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Indonesia Menuju Kebangkrutan?


Beberapa waktu terakhir ini nilai tukar rupiah terhadap dolar semakin anjlok, dan tidak ada tanda-tanda akan stabil bahkan terakhir sampai di tiitik Rp14.160 /US $(3/08/2015) (www.bi.go.id). Ini merupakan titik terendah selama hampir 17 tahun dan Keadaan ini tentu sangat berdampak buruk bagi perekonomian indonesia, ini terbukti dengan kenaikan beberpa bahan pokok dan komuditas lainya sepeti daging dan khususnya komoditas impor. Dan kalau dibiarkan tanpa ada solusi yang nyata ekonomi negeri ini bisa terancama krisis seperti yang terjadi pada tahun 1998 silam. Ini seperti yang di ungkapkan mantan Menteri Keuangan Fuad Bawazier “Jatuhnya kurs rupiah dan ketidak-kompakan kabinet bisa jadi akan berakibat pada lengsernya Jokowi, sama seperti lengsernya HM. Soeharto pada tahun 1998 yaitu karena ambruknya kurs rupiah dan tidak kompaknya kabinet Tribunnews.com, Minggu (23/8/2015). 

Sebaliknya sikap pemerintah justru tenang dan tidak mengambil sikap yang berarti untuk memulihkan kondisi perekonomian yang semakin memburuk. Analis Ekonomi Politik dari Asosiasi Ekonomi-Politik Indonesia (AEPI) Kusfiardi mengatakan, semakin terpuruknya rupiah belakangan ini menunjukan bahwa pemerintah tidak mampu menjaga atau menstabilkan nilai rupiah. "Kelihatan tidak ada daya sudah pemerintah dan otoritas moneter," ungkap Kusfiardi di Jakarta, Senin (9/3/2015). Kodisi ini kalau dibiarkan terus menerus tanpa solusi yang nyata dan tepat maka akan memperparah perekonomian.Apabila nilai tukar semakin jauh dari asumsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2015, maka akan mempengaruhi keuangan negara. Dan pengaruhnya juga terasa pada industri nasional yang bahan bakunya bergantung pada impor. Kemudian, barang konsumsi yang juga impor seperti bahan pangan.

Di sisi lain Perekonomian Indonesia yang sedang carut marut mulai berakibat pada pemutusan hubungan kerja (PHK) oleh beberapa perusahaan. Salah satu alasan perusahaan melakukan PHK kepada sejumlah tenaga kerjaadalah untuk menekan biaya operasional karena perusahaan mengalami penurunan bisnis. bahkan Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) Andi Gani Nenawea pada Selasa (1/9/2015) kemarin .mengatakan “Ada potensi PHK 100.000 tenaga kerja,”.

Selasa (1/09/2015) para Buruh mulai bereaksi, Ratusan buruh dari berbagai daerah menyerbu istana negara di Jakarta. ini merupakan buntut dari ancaman PHK besar-besaran seiring dengan menurunnya daya beli buruh dan anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Tak hanya  di jakarta di kota-kota besar lainya pun para buruh juga melakukan aksi yang sama. Sementara itu Mahasiswa juga melakukan hal yang sama mereka menilai pemerintahan Jokowi-JK gagal megemban amanah rakyat, ini terbukti dengan nilai tukar rupiah terhadap dolar yang semakin anjlok, yang di ikuti dengan kenaikan berbagai komuditas. Selain itu juga berdampak pada PHK besar- besaran oleh perusahaan, bahkan mereka menginginkan Presiden Jokowi untuk turun dari jabatan.

Salah Arah Pemerintahan

Rezim bersikap tenang mencoba untuk melihat peluang. Tak ingin kekuasaan terus digoyang karena menimbulkan ketidakstabilan hidup di masyarakat. Bisa-bisa kekacauan yang dibuat elit penguasa, berakibat buruk dengan pergerakan rakyat yang kian tak terkendali. Bisa diamati bahwa semenjak pemerintahan terbentuk, kepentingan di balik jabatan begitu kuat. Aroma satir dan saling menyetir presiden begitu kasat mata, yang meski awal terlihat lembut dan biasa. 

Kondisi kegaduhan elit penguasa menunjukan tidak ada kendali berarti dari presiden. Memang kurang bijak, jika menyalahkan salah arah pemerintahan ini pada orang semata. Sistem politik demokrasi dan ekonomi kapitalisme liberal juga turut serta menciptakan kondisi seperti saat ini. Di belakang meja kerja presiden terhadap orang-orang yang bermental asing(membebek pada kapitalis), aseng(taipan China), dan asong (komprador). Kolaborasi ketiganya seolah menjadikan Presiden sebagai boneka. Resufle mentri sebenarnya tiada arti. Toh, untuk mengatasi krisis ekonomi dan kepercayaan pasar bukan menjadi standarnya.

Kalaulah sistem yang ada saat ini dipertahankan. Indonesia dapat saja menuju kebangkrutan. Bahkan pada beberapa tahun sebelumnya, Indonesia sudah mendapat gelar negara gagal. Bukan hal yang mustahil Indonesia menuju kebangkrutan dengan melihat beberapa indikasi. Politik yang kompromistis, penuh konsensi, dan halusinasi. Ekonomi yang masih bersandar pada ribawi, pasar saham, dan hutang luar negeri. Hukum yang tak pasti karena bersandar pada UU yang lemah. Serta kehidupan sosial yang kian parah dan menjadikan masyarakat mengidap penyakit akut serta larut dalam matrealisme. Belum lagi persoalan lainnya yang kian memperparah negeri ini.

Jika dalam kehidupan ini beberapa elemen rakyat pun menawarkan perubahan. Pergantian presiden pun menyeruak dengan menurunkan Prabowo. Hembusan untuk kembali ke akar bangsa ini berupa UUD 1945 kian kencang. Bahkan aksi nyata turun jalan dengan ribuan massa siap dilaksanakan. Karena itu, perlu ada perlu ada upaya dan formulasi yang apik untuk melakukan perubahan sistemis keluar dari kebangkrutan Indonesia. 

Kudeta atau People Power dalam perubahan?

Kudeta atau people Power merupakan salah satu cara dalam meraih perubahan dan kekuasaan, bahkan mungkin cara ini merupakan yang paling mudah untuk dilakukan. Sebab, seperti diketahui, rakyat kapanpun bisa mengambil kembali legitimasi yang sudah diberikan kepadanya. Dan itu sudah terjadi di berbagai negara.

Kita ambil contoh Revolusi Arab yang juga dikenal sebagai Arab Spring adalah gerakan protes besar-besaran yang mulai terjadi di berbagai Negara Arab pada akhir tahun 2010. Pemicunya adalah, kezhaliman penguasa, krisis ekonomi, kehidupan yang susah dan pemilu yang dianggap tidak bersih. Gerakan ini telah berhasil menggulingkan empat rezim pemerintahan yaitu di Tunisia, Mesir, Libya dan Yaman.  Dan di Indonesia pun pernah terjadi ketika penggulingan rezim Soeharto pada tahun 1998.

Kalau kita tarik sejarah ke belakang ini seperti Tergulingnya rezim pemerintahan Presiden Soeharto yang dipicu oleh demo besar mahasiswa dan rakyat pada Mei 1998 yang menuntut reformasi dan perubahan di Indonesia. Karena sebelumnya Indonesia dihantam krisis moneter sejak Juli 1997 yang belakangan hal ini menjadi salah satu faktor pemicu terus membesarnya gerakan rakyat untuk meminta perubahan hingga akhirnya lahirlah orde reformasi yang ditandainya dengan mundurnya Presiden Soeharto. 

Kemungkinan hal yang sama akan terjadi jika rakyat sudah mulai merasakan ketidakadilan dan kesengsaraan yang terus menerus. Dan kalau kita mengaca pada runtuhnya Rezim Soeharto yang dipaksa turun oleh demonstran Mahasiswa kala itu, mungkin People Power manjadi salah satu cara yang ampuh untuk bisa menumbangkan rezim yang ada yang di anggap gagal mengemban amanah rakyat. Sebaliknya ada yang perlu digaris bawahi cara People Power bukanlah jalan yang menjadi solusi tuntas untuk mengantarkan pada kesejahteraan yang di inginkan. apa yang terjadi setelah Reformasi ? apa keinginan rakyat bisa terpenuhi ?

Hasilnya tidak jauh beda, meskipun sudah 18 tahun reformasi, mayoritas rakyat tetap saja hidup di bawah garis kemiskinan, sementaara itu korupsi manjadi hal yang tidak asing dalam kehidupan para politisi, ekonomi yang semakin liberal, politik yang semakin kacau, kehidupan sosial dan remaja semakin hedonis dan tak terkendali dan seabrek permasalahan yang ada.

Lalu motode apa yang ampuh dan bisa membawa perubahan yang hakiki? Sejatinya perubahan tidaklah didapat secar instan, butuh waktu dan ada proses yang harus dilalui untuk mewujudkan perubahan yang hakiki, artinya tidak cukup sekedar perubahan dengan mengganti rezim yang berkuasa dengan kudeta, namun harus ada solusi yang ditawarkan. Cukuplah tragedi 1998 menjadi pelajaran bagi kita bahwa perubahan secara instan tanpa ada solusi yang nyata tidak akan menghasilkan perubahan yang berarti. Ketika ada fakta yang ada di negeri ini yang begitu pilu, begitu banyak permasalahan menimpa di saat ituah rakyat di sadarkan dan di edukasi bahwa sistem yang ada merupakan sistem yang bobrok lalu masayarakakat sadar dan akan berfikir solusi apa yang bisa menggantikanya. Yang harus dilaukukan adalah memperlihatkan kepada masyarakat tentang fakta yang ada lalu mengedukasinya dengan pemahaman yang benar. 

Oleh karena itu, kondisi kritis saat ini harus disadari oleh ssemua pihak. Mulai dari kalangan politisi, militer, intelktual, kalangan pergerakan, dan seluruh elem bangsa. Seyongnya ada satu rumusan untuk penyelamatan Indonesia menuju lebih baik. Kini pilihanya tinggal satu, maukah umat ini menggunakan cara Islam dalam melakukan perubahan? Wallahu a’lam bisshowwab. [Ari Farouq (Mahasiswa Ekonomi Islam STIS SBI SURABAYA)] [www.visimuslim.com]

Posting Komentar untuk "Indonesia Menuju Kebangkrutan?"

close