Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

HARI-HARI YANG KELAM (Renungan Atas Penghianatan Revolusi Syam yang Diberkati)


Saat ini, di hari-hari ini bagi kaum Muslimin yang memiliki mata hati politik mengalami hari yang kelabu dan kelam. Saat kembali terjadi pengkhianatan atas Revolusi Syam yang diberkahi.

Tanggal 29 Januari 2016, dimulainya penyimpangan arah revolusi Syam, dengan kehadiran delegasi oposisi Suriah "pilihan" Amerika di konferensi Jenewa, Swiss.

Berdasarkan Resolusi PBB 2254 (konferensi Wina), dan kesepakatan konferensi Riyadh bulan lalu. Departemen Luar Negeri AS, Rabu malam membawa delegasi oposisi Suriah pilihan mereka, untuk menghadiri "pembicaraan damai" di Jenewa, Swiss.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry menyatakan bahwa negosiasi ini untuk membentuk pemerintahan bersama dan bekerja untuk pemilu yang memenuhi syarat.

Kehadiran delegasi ini jelas merupakan bentuk pengkhianatan atas perjuangan ikhlas kaum muslimin di bumi Syam. Dan menjual darah kaum muslimin Suriah kepada tukang jagal Amerika Serikat. 

Sesungguhnya persoalan revolusi Suriah berbeda dengan "Arab Spring" pada umumnya, yang hanya sekedar menginginkan jatuhnya rezim. 

Sejak lima tahun yang lalu, masyarakat muslim Suriah tidak sekedar menginginkan perubahan rezim kanibal Basyar Assad, namun mereka menginginkan perubahan sistem. 

Perubahan dari sistem masyarakat diktator Basyar Assad Syiah, ke sistem Islam Khilafah Islamiyah.

Para mujahidin sedari awal berjuang semata hanya untuk Allah, mereka mentabanniy Dustur (mengadopsi Undang-undang), dan pemikiran-pemikiran Khilafah Islamiyah sebagai keinginan bentuk peradaban. 

Delegasi yang hadir itu seharusnya merenung akan darah yang telah mengalir di bumi Syam. Lebih dari 6,5 juta anak menderita. Lebih dari 300.000 telah Syahid, lebih dari 10 juta nasibnya terlunta lunta untuk mengungsi, dan lebih dari 100 masjid telah hancur. 

Tidakkah delegasi itu menangis ketika TV Kuwait menayangkan pengorbanan seorang anak kecil yang matanya sebelah buta dan tangannya terputus.

Wartawan bertanya kepada dia, "Apakah engkau bersedih?" Ia menjawab; "Tidak, Aku tidak bersedih, subhanallah, Maha Suci Allah..aku masih ada satu mata lagi yang akan melihat kemenangan Islam, yang kuinginkan hanya do'a darimu". Sang Wartawan pun akhirnya ikut menangis.

Kita juga tidak lupa akan gadis Suriah, saat dia tertimpa bangunan, wartawan ingin mengambil gambarnya. Dia berkata, "Jangan engkau ambil gambarku, karena aku tidak sedang memakai jilbab".

Peristiwa anak kecil yang buta, dan wanita yang tertimpa reruntuhan bangunan, adalah bukti bahwa muslim Suriah menginginkan Islam sebagai akhir perubahan. Masyarakat Islam dengan naungan Khilafah Islamiyah. Bukan masyarakat bentukan Amerika Serikat atas koordinasi PBB. 

Dengan masyarakat bentukan Amerika Serikat, Basyar Assad akan tetap eksis, walau pun mungkin dia pergi ke Iran. Dan Suriah tadak akan berubah. Bahkan akan lebih parah.

Seharunya kaum muslimin tidak mengulangi apa yang terjadi di Palestina tahun 1947, ketika saat itu persoalan diserahkan kepada PBB. 

Seharusnya kita juga mengambil pelajaran saat Timor Timur di Indonesia, persoalannya diserahkan ke PBB, provinsi itu kemudian langsung lepas dari Indonesia. 

Kita juga tidak lupa akan Sudan Selatan, di Darfur, pemusahan bagian Barat dan Selatan, semuanya hancur saat ditangani politisi pengkhianat yang menyerahkan persoalan ke PBB.

Wahai kaum muslim....

Rasul saw. mengingatkan kita untuk tidak jatuh di lubang yang sama dua kali.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يُلْدَغُ الْمُؤْمِنُ مِنْ جُحْرٍ وَاحِدٍ مَرَّتَيْنِ

Dari Abu Hurairah dari nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah orang mu`min tesengat dua kali dari lubang yang sama." (HR. Muslim).[Luthfi Hidayat] [VM]

Posting Komentar untuk "HARI-HARI YANG KELAM (Renungan Atas Penghianatan Revolusi Syam yang Diberkati)"

close