Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Rahasia Perbedaan Pemikiran


"... أن الدماغ واحد وأن تفاوت الأفكار التي تنتج وإختلافها تابع لتفاوت المحسوسات والمعلومات السابقة وإختلافها. وأنه لا توجد في دماغ قابيلة لا توجد في الآخر بل جميع الأدمغة فيها قابيلة الفكر في كل شيء متى توفر الواقع المحسوس والحواس والمعلومات السابقة للدماغ، وإنما تتفاوت الأدمغة في قوة الربط، وفي قوة الإحساس، كما تتفاوت العيون في قوة الإبصار وضعفه، ولذلك يمكن إعطاء كل فرد أية معلومات، وفيه قابلية لهضمها." 

من كتاب الشخصية الإسلامية - الجزء الأول
للشيخ والعالم الجليل تقي الدين النبهاني مؤسس حزب التحرير رحمه الله

Sesungguhnya otak itu satu. Terjadinya ragam pemikiran yang dihasilkan, dan perbedaan hasil pemikiran yang mengikutinya, dikarenakan perbedaan dalam mengindera fakta dan perbedaan informasi sebelumnya.

Realitas otak sesungguhnya tidak ada potensi perbedaan ataupun potensi yang lainnya. Bahkan pada semua otak manusia memiliki potensi untuk berfikir yang sama atas segala sesuatu, saat tersedia realitas yang terindera, adanya penca indera, dan informasi sebelumnya yang tersimpan dalam otak seseorang. 

Yang menjadi perbedaan pada otak adalah sekedar perbedaan kekuatan mengkaitkan (fakta dengan maklumat sebelumnya), dan juga perbedaan kemampuan mengindera (suatu fakta). Ini perbedaan yang tidak berpotensi pada perbedaan pemikiran. 

Sebagaimana perbedaan kekuatan mata seseorang, karena adanya perbedaan kekuatan dan kelemahan dalam melihat. 

Karena itu sangat memungkinkan untuk memberikan kepada setiap individu suatu informasi, yang padanya terdapat potensi untuk mencernaya (secara berlainan)”. (Syekh Taqiyuddin An Nabhaniy, asy Syakhsiyatu al Islamiyah juz 1) 

Persoalan ini penting untuk dicermati secara mendalam. Karena perbedaan pemikiran inilah yang menjadikan sikap dan respon yang berbeda atas seseorang atau suatu rangkaian peristiwa. Lebih khusus persoalan politik yang memerlukan ketajaman analisa.

Sehingga akar perbedaan analisa atas sebuah fakta atau kejadian, komentar atas sebuah kejadian politik, terletak pada perbedaan informasi sebelumnya yang melatarbelakangi fakta tersebut, dan perbedaan penginderaan atas berbagai fakta politik. 

Contoh yang menarik adalah sikap politik seorang muslim atas Arab Saudi dan Turki. Perbedaan pemikiran, perbedaan kesimpulan analisa, yang berujung pada perbedaan sikap, pro atau kontra adalah dikarenakan dua hal tadi. 

Pertama, perbedaan informasi yang melatarbelakangi sistem politik negara Turki dan Arab. Bagi seorang muslim yang memiliki sudut pandang syari’at Islam atas sistem kenegaraan, melihat bahwa sitem pemerintahan Saudi adalah kerajaan dan sistem pemerintahan Turki adalah sekuler. Kedua sistem pemerintahan ini tidak sesuai dengan sistem pemerintahan dalam pandangan Islam. Arab dan Turki bukan model Negara Islam.

Tentu akan berbeda dengan seseorang yang tidak faham bentuk sistem pemerintahan dalam Islam. Dia berfikir bahwa Turki dan Arab Saudi adalah model Negara Islam yang paling baik yang sekarang ada. Inilah letak perbedaan yang paling mendasar. 

Kedua, perbedaan dalam mengindera beragam fakta yang terjadi. Peristiwa-peristiwa politik yang dicermati oleh mereka yang pro kepada Saudi dan Turki seringkali fakta-fakta yang membenarkan atas informasi awal dan persepsi awal atas Saudi dan Turki. 

Kegiatan shalat berjama’ah di Turki dan Arab Saudi, kedermawanan Arab dan Turki dalam membantu kaum muslimin, adalah fakta yang seringkali diindera oleh mereka yang pro pada Arab dan Turki. 

Berbeda dengan mereka yang memiliki informasi awal bahwa Arab dan Turki bukanlah model Negara yang menerapkan sistem Ialam, fakta-fakta politik yang dicermati adalah apa yang menjadi pemahaman atas kegiatan Negara Sekular dan Karajaan. 

Arab Saudi saat ini semakin liberal (ke arah sistem Kapitalis), yang di tahum 2015 APBN nya defisit 8,9 trilyun dollar AS, perusahaan minyak Aramco (Perusahaan minyak terbesar di dunia milik pemerintah Saudi) yang sudah masuk pasar bebas, pernyataan Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel al-Jubeir –ketika ditemui di sebuah hotel—bahwa perlu bagi Arab Saudi untuk menseriusi prinsip-prinsip ekonomi Adam Smith. Ini semua adalah indikator bahwa sistem pemerintahan Arab mengarah pada liberalisasi. Bukan negara Islam, walaupun penduduknya Muslim. 

Demikian pula dengan Turki, sikap Erdogan yang memulihkan hubungan baik dengan Yahudi, keinginan terus-menerus Turki menjadi anggota Uni Eropa, rela menyediakan pangkalan udaranya untuk Inggris membom Suriah, adalah rangkaian fakta yang akan menjadi perhatian khusus bagi mereka yang memahami Turki adalah Negara Sekuler penjaga dan pewaris Negara Mutafa Kemal --laknatullah alaihi--

Karena itu, penting bagi seorang muslim harus secara cermat dan jujur untuk menjadikan maklumat dasar dalam berfikir sesuai dengan pandangan Islam. Sehingga otomatis dia akan mengindera beragam fakta yang terjadi selaras dengan pandangan awal tersebut. [Luthfi Hidayat] [VM]

Posting Komentar untuk "Rahasia Perbedaan Pemikiran"

close