Berlapis-Lapis Makar AS di Suriah Tak Akan Mampu Menghentikan Laju Kebangkitan Umat


Oleh : Umar Syarifudin
Syabab Hizbut Tahrir Indonesia (Praktisi Politik)

Dalam perkembangan mutakhir, Rusia telah mengajukan permintaan untuk bergabung dengan koalisi pimpinan Amerika Serikat di Suriah, Jumat (20/5). Hal ini dikemukakan oleh Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu. Rusia mengatakan pada AS dan koalisi pimpinannya, bahwa mereka akan memulai serangan udara gabungan pada 25 Mei. Serangan menargetkan Nusra Front dan kelompok pemberontak lain yang tidak ikut dalam gencatan senjata. 

Serangan juga bisa menargetkan konvoi bersenjata, termasuk mereka yang menyeberang ke Suriah dari Turki. Shoigu mengatakan, pengajuan ini telah dikoordinasikan dengan pemerintah Suriah. Pakar militer AS di Amman, Yordania juga mengetahuinya karena terlibat diskusi. Rusia mengembalikan hak unilateral untuk menghantam pemberontak yang tidak ikut gencatan senjata. 

Federica Mogherini, Ketua Politik Luar Negeri Uni Eropa dalam sebuah pernyataannya pernah menyinggung masalah disintegrasi Suriah dan menjelaskan bahwa segala bentuk solusi di negara itu tidak lain adalah Suriah yang bersatu, sekuler dan plural. Yang dimaksud Mogherini adalah resolusi 2254 Dewan Keamanan PBB. Menurutnyanya, resolusi tersebut sama dengan peta jalan untuk masa transisi yang mencakup proses politik untuk pemerintah baru bersama dengan revisi undang-undang dasar dan pelaksanaan pemilu April lalu, serta pembentukan sebuah negara sekuler dan plural yang bersatu.

Dan seperti sudah bisa diduga sebelumnya, partai berkuasa saat ini di Suriah, Baath, yang dipimpin oleh Bashar al-Assad memenangi pemilu Parlemen di negara tersebut. Partai Baath mendapatkan lebih dari separuh suara dalam pemilu itu. Melansir Al Arabiya pada (18/4), partai Baath dan sekutunya yang berjalan dengan nama koalisi Persatuan Nasional memenangkan 200 dari 250 kursi yang tersedia di Parlemen Suriah. Dan kemenangan al Assad berarti Rezim Suria ingin menambah kejahatan pembunuhan terhadap rakyatnya dengan kejahatan didukung kekuatan penuh Amerika dan sekutunya.

Mencermati pertarungan yang dominan di Suriah adalah pertarungan peradaban politis yang berputar antara dua blok. Blok Amerika yang diikuti oleh Rusia, Eropa, para anteknya dan Blok umat yang berpusat pada warga Suriah. Blok pertama berusaha serius untuk menghalangi tegaknya Khilafah Islamiyah di bumi Syam. Blok kedua berusaha sungguh-sungguh untuk menegakkan al-Khilafah di bumi Syam. Jika kita telaah seputar intrik dan konspirasi barat Amerika di Suriah, diantaranya adalah:

Pertama, Merekayasa representasi politik untuk pihak pro-revolusioner yang tidak merepresentasikan visi Islam yaitu aktivitas representasi politik palsu dengan memberikan konsesi atas nama orang-orang revolusioner dan menjual agenda mereka sesuai keinginan AS. Ini merupakan pegkhianatan sekaligus pengkhianatan terhadap darah para syuhada’ dan pengorbanan orang-orang mukhlis. Ini sebagai kejahatan dengan berusaha memberikan label islami terhadap entitas politik yang tidak syar’i.

Kedua, mempercanggih koalisi sekuler dengan beberapa person dan gerakan yang diasosiasikan pada Islam, sementara fisiknya sekuler.. Barat membuat regulasi dengan rotasi pemerintahan pada pemerintahan sekuler mendatang dengan person-person dan gerakan-gerakan sekuler. Ketiga, Mendorong media-media mainstream secara masif dalam mendukung ide demokrasi dan negara sekuler-liberal, serta memerangi dan black campaign terhadap proyek al-Khilafah al-Islami. Sasaran mereka adalah mempengaruhi rakyat agar mendukung proyek busuk. Juga memasarkan ide penerapan syariah secara gradual dan sistem pemerintahan sekuler kafir dengan beragam argumentasi rancu dan dusta. 

Keempat, Merekayasa Dewan dan Institusi militer yang merepresentasikan revolusi, termasuk dengan sebutan pemerintahan transisi dan kepala staf. Tugas institusi-institusi ini adalah memonitor seluruh aksi militer para revolusioner, mengontrol dan mengarahkannya. Fokusnya adalah pembelian loyalitas diantara para komandan brigade dan resimen kombatan dan para perwira desersi agar dengannya bisa dibentuk sel militer rezim sekuler mendatang yang wajib menjaga pemerintahan mendatang dari orang-orang mukhlis.

Kelima, mengikat dari para komandan revolusioner dengan negara-negara Barat secara langsung, atau melalui antek-anteknya dari negara-negara tetangga. Dengan dana-dana politis, para komandan itu diubah menjadi alat yang digunakan demi kepentingan negara-negara itu secara langsung. Tujuannya untuk menghalangi aksi militer yang menguntungkan kepentingan revolusi dan orang-orang revolusioner.Mereka didorong bekerja menjaga entitas buatannya dan wilayah yang mereka kuasai. Hal itu membuat mereka lebih dekat kepada para pemimpin perang daripada komandan revolusi.

Keenam, merekayasa perkumpulan militer untuk merealisasi kepentingan-kepentingan sesaat seperti menolak musuh bersama misalnya, dan tujuan-tujuan dekat yang tidak berguna untuk sampai ke tujuan hakiki revolusi. Ketujuh, menyibukkan kebanyakan brigade dan resimen dalam peperangan sampingan, bukan menyasar langsung ibu kota dan menyerang rezim dengan serangan pamungkas untuk menjatuhkannya dan menghentikan perang yang berkecamuk.

Kedelapan, mobilisasi politik dan media untuk menciptakan persaingan memperebutkan kekuasaan. Semua itu untuk menciptakan keretakan besar diantara berbagai kekuatan yang bisa menyebabkan bencana besar yang menimpa revolusi, yaitu perang saudara diantara orang-orang revolusioner yang menelan korban nyawa, melemahkan front, melelahkan orang-orang mukhlis dan membuat rezim bisa bernafas lega dan tertawa atas jatuhnya ratusan nyawa dalam peperangan internal yang tidak ada keuntungannya bagi Islam dan kaum Muslimin, akan tetapi keuntungan semuanya untuk rezim jahat dan Barat kafir di belakangnya.

Dalam konteks sosial, ada upaya untuk mengikat dewan-dewan lokal di daerah-daerah bebas dengan koalisi dan pihak luar melalui berbagai bentuk dukungan dan bantuan. Hal ini dieksploitasi secara politik untuk mendukung proyek negara sipil demokratis. 

Saat ini, seluruh umat Islam di Suriah yang hidup di bawah tirani Assad boneka Amerika Serikat. Maka umat Islam tidak boleh tinggal diam dan berpangku tangan atas kejahatan yang telah dilakukan oleh agressor Barat yang amoral yang mengakibatkan kesengsaraan. Amerika dan sekutunya merasa bahwa kecintaan dan euforia kaum Muslim di Suriah dan di seluruh dunia kepada Islam makin meningkat dan sentimen Islami juga tumbuh makin kuat. Akan tetapi, apakah intrik persuasif, tindakan represif dan pembunuhan akan bisa mengubah keyakinan dan kemarahan masyarakat? Tentu saja tidak. 

Penjajahan yang terjadi di Suriah dan negeri-negeri muslim lainnya bisa jadi bisa membuat sebagian dari kaum muslim diam sesaat. Akan tetapi di hati mereka akan terus bergolak tekad untuk mengubah kezaliman dan orang-orang yang zalim. Tekad itu pun akan meluas hingga menyebar di seluruh negeri kaum Muslim. 

Dan penulis melihat syabab Hizbut Tahrir diantara banyak gerakan Islam yang mukhlis terus bersabar dengan kesabaran yang indah menentang kezaliman orang-orang zalim. Mereka terus berada dalam parade para pejuang orang-orang mukmin yang yakin akan pertolongan Allah SWT. Jadi janganlah umat Islam diam atas arogansi dan penindasan barat yang ingin terus memperpanjang estafet pemerintahan tiran yang terus menindas umat.

Penting untuk disadari, kekuatan itu milik Allah, kemuliaan adalah milik Allah dan pertolongan ada di tangan Allah yang Dia berikan kepada siapa yang Dia kehendaki. Maka siapa saja yang menginginkan kekuatan, kemuliaan dan kemenangan, hendaknya ia memintanya dari pemiliknya yaitu Allah SWT, bukan dari siapapun selain Dia. Bukan dari Barat ataupun Timur. Apa yang dikehendaki Allah, niscaya terjadi dan apa yang tidak Dia kehendaki niscaya tidak akan terjadi. Jika Allah berkehendak menolong dan memuliakan kita dengan tegaknya al-Khilafah melalui kedua tangan kita, maka siapapun dari manusia tidak akan bisa menolaknya baik Barat maupun Timur.

Islam adalah satu-satunya yang mampu mengeluarkan masyarakat secara hakiki di Suriah dari kondisi-kondisi bencana yang dominan dan menyelematkan mereka dengan akidah dan syariah yang akan mewujudkan kebenaran dan menyebarkan keadilan bukan hanya untuk rakyat Suriah saja tetapi juga untuk bangsa-bangsa seluruh dunia. Maka ini menuntut kaum Muslim untuk memikirkan agama mereka dan berjuang serius agar jalan keluar dan perubahan terjadi berdasarkan agama kaum Muslim.

Akhirnya, kepada militer di negeri-negeri Islam hendaknya jangan diam di barak-barak. Rakyat dan para pejuang telah mengorbankan darah mereka demi Islam. Daripada hanya mengelap senapan-senapan di barak, bersegeralah membantu umat Islam di negeri-negeri yang ditindas, tumbangkan musuh-musuh Islam dengan kekuatan. [VM]

Posting Komentar untuk "Berlapis-Lapis Makar AS di Suriah Tak Akan Mampu Menghentikan Laju Kebangkitan Umat"