Jadilah Anshor Allah, Pembela Islam Sejati
Oleh : Dhana Rosaeri
(Pengamat Politik)
Keagungan ajaran Islam menjadi nyata di masa Nabi dan ke-Khilafahan yakni setelah Islam dijadikan sebagai pedoman dalam Tata Negara. Dan salah satu peristiwa penting cahaya Islam yang menjadi Peradaban Besar yang menandingi kebesaran Peradaban Romawi dan Persia pada saat itu adalah Peristiwa Hijrahnya Rasulullah Saw ke Madinah. Dari Madinah-lah, peradaban Islam dibangun hingga mampu menyinari dunia. Dan komponen penting dalam Peristiwa Hijrahnya Nabi Muhammad dan sekelompok sahabat ke Yasrib (Madinah) adalah adanya PENOLONG (ANSHOR). Untuk itulah bagian terpenting dalam perjuangan meraih Kepemimpinan Islam dalam sebuah Negara adalah Thalabun Nushroh (mencari pertolongan). Dan Kaum Anshor adalah kelompok yang secara historis tercatat dalam al-Qur’an dan tinta emas peradaban Islam, dan kembalinya peradaban Islam yang agung dalam bentuk Khilafah ‘ala Minhajin Nubuwwah secara empiris telah diperjuangkan oleh para pembela Islam dan akan ditolong oleh kelompok Anshor. Adakah kelompok Anshor saat ini yang membela Islam sejati???
Tanpa adanya Anshor dan Ahlu Nushroh, maka dakwah Islam yang membutuhkan kekuatan penolong dan pelindung akan menjadi relatif susah. Sedangkan Anshor berasal dari kata Nashoro – Yanshuru yang berarti menolong atau pertolongan, maka kata Anshor mengandung makna orang yang menolong, yaitu mereka yang siap menerima, membela, memberi perlindungan dan kekuasaan kepada orang-orang yang berhijrah dengan tanpa mengharapkan imbalan selain balasan pahala dan surga dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Negeri Darurat Tanpa Cahaya Islam
Di tengah kemelut Politik Nasional dan Dunia dewasa ini, Kapitalisme yang demikian ringkih, apalagi Komunis yang kehilangan taring, namun keduanya masih bercokol dan makin menunjukkan kerusakan dan bahayanya terhadap kehidupan umat Islam yang berada di dalam negeri-negeri Islam. Kejahatan Seksual, LGBT, Korupsi, dan Kriminalitas lain yang terus mengalami eskalasi peningkatan dan menjadikan kondisi serba Darurat bahkan menjadi Kejahatan Luar Biasa (Extra Ordinary Crime), menunjukkan kita semua butuh Syari’ah Islam sebagai rujukan sistem kehidupan. Maka, kehadiran cahaya Islam sebagai energi penyejuk yang terbukti membawa rahmat selama 13 abad, sungguh menjadi cita-cita dan dambaan bagi semua orang Islam termasuk Non Muslim.
Perhatikanlah pendapat dari Sejarahwan Besar Inggris, Peraih hadiah Nobel Sir George Bernard Shaw (The Genuine Islam,’ Vol. 1, No. 8, 1936.). Jika ada agama yang berpeluang menguasai Inggris bahkan Eropa – beberapa ratus tahun dari sekarang, Islam-lah agama tersebut.
”Saya senantiasa menghormati agama Muhammad karena potensi yang dimilikinya. Ini adalah satu-satunya agama yang bagi saya memiliki kemampuan menyatukan dan merubah peradaban. Saya sudah mempelajari Muhammad sesosok pribadi agung yang jauh dari kesan seorang anti-kristus, dia harus dipanggil ’SANG PENYELAMAT KEMANUSIAAN’.
Saya yakin, apabila orang semacam Muhammad memegang kekuasaan tunggal di dunia modern ini, dia akan berhasil mengatasi segala permasalahan sedemikian hingga membawa kedamaian dan kebahagiaan yang dibutuhkan dunia:
Ramalanku, keyakinan yang dibawanya akan diterima Eropa di masa datang dan memang ia telah mulai diterima Eropa saat ini. Dia adalah manusia teragung yang pernah menginjakkan kakinya di bumi ini.
Dia membawa sebuah agama, mendirikan sebuah bangsa, meletakkan dasar-dasar moral, memulai sekian banyak gerakan pembaruan sosial dan politik, mendirikan sebuah masyarakat yang kuat dan dinamis untuk melaksanakan dan mewakili seluruh ajarannya, dan ia juga telah merevolusi pikiran serta perilaku manusia untuk seluruh masa yang akan d atang.
Dia adalah Muhammad (SAW). Dia lahir di Arab tahun 570 masehi, memulai misi mengajarkan agama kebenaran, Islam (penyerahan diri pada Tuhan) pada usia 40 dan meninggalkan dunia ini pada usia 63.
Sepanjang masa kenabiannya yang pendek (23 tahun) dia telah merubah Jazirah Arab dari paganisme dan pemuja makhluk menjadi para pemuja Tuhan yang Esa, dari peperangan dan perpecahan antar suku menjadi bangsa yang bersatu, dari kaum pemabuk dan pengacau menjadi kaum pemikir dan penyabar, dari kaum tak berhukum dan anarkis menjadi kaum yang teratur, dari kebobrokan kekeagungan moral. Sejarah manusia tidak pernah mengenal tranformasi sebuah masyarakat atau tempat sedahsyat ini dan bayangkan ini terjadi dalam kurun waktu hanya sedikit di atas DUA DEKADE.”
Ufuk Senja Demokrasi, Terbitlah Fajar Khilafah
Kegagalan Sistem Demokrasi di Indonesia, diantaranya adalah melahirkan korupsi, dan kongkalikong antara pengusaha dan penguasa (korporatokrasi). Pembuatan Undang-Undang yang dilahirkan dari parlemen, hasil kesepakatan manusia atas nama rakyat, sejatinya adalah pembohongan publik yang nyata sekaligus menentang hukum Allah. Legalisasi Miras, UU Migas, UU Kelistrikan dan sebagainya merupakan sumber kegagalan pengaturan negara ini ketika tak berlandasakan hukum Islam dalam pembuatannya. Belum lagi menyangkut urusan Hukum, misalnya dalam kasus pembunuhan dan pemerkosaan, Islam memberikan hukuman setimpal yakni dalam bentuk Qishas dan Takzir, ancamannya hukuman Mati. Hukuman mempunyai fungsi Jawabir (penebus dosa) dan Zawajir (efek jera), sedangkan sistem hukum warisan kolonial hari ini tak berfungsi Menebus Dosa, dan tak memberikan Efek Jera. Sehingga, kriminalitas merajalela dan menjadikan kondisi serba darurat.
Bagi seorang muslim, Allah adalah ahkamul hakimin alias sebaik-baik pemberi ketetapan hukum. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Bukankah Allah adalah sebaik-baik pemberi ketetapan hukum?” (QS. At-Tiin: 8).
Oleh sebab itu ciri orang yang beriman adalah yang patuh kepada ketetapan (baca: hukum) Allah dan Rasul-Nya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Tidaklah pantas bagi seorang lelaki yang beriman, demikian pula perempuan yang beriman, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu perkara lantas masih ada bagi mereka pilihan yang lain dalam urusan mereka. Barangsiapa yang durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya sungguh dia telah tersesat dengan kesesatan yang amat nyata.” (QS. Al-Ahzab: 36)
Imam Ibnu Katsir rahimahullah menafsirkan ayat di atas, “Ayat ini bersifat umum mencakup segala permasalahan. Yaitu apabila Allah dan Rasul-Nya telah memutuskan hukum atas suatu perkara, maka tidak boleh bagi seorang pun untuk menyelisihinya dan tidak ada lagi alternatif lain bagi siapapun dalam hal ini, tidak ada lagi pendapat atau ucapan -yang benar- selain itu.” (lihat Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim [6/423] cet. Dar Thaibah)
Pada Desember 2004, The National Intelligence Council – Dewan Intelijen Nasional CIA memprediksi bahwa di tahun 2020 sebuah Khilafah baru akan muncul di kancah dunia. Temuan itu dipublikasikan dalam laporan 123-halaman berjudul “Mapping The Global Future – Memetakan Masa Depan Global”. Tujuan laporan itu adalah untuk mempersiapkan pemerintahan Bush selanjutnya untuk tantangan-tantangan yang ada di depan dengan memproyeksikan tren-tren yang mungkin menjadi ancaman bagi kepentingan AS. Laporan itu disajikan kepada presiden AS, para anggota Kongres, para anggota kabinet dan para pejabat kunci yang terlibat dalam pembuatan keputusan.
Apa yang menyolok tentang laporan itu adalah bahwa itu penuh referensi tentang Islam politik dan beragam tantangan yang dimilikinya bagi kepentingan-kepentingan AS di masa depan dekat. Bahkan juga terdapat skenario fiksional menggambarkan munculnya negara Khilafah di 2020 dan dampaknya pada situasi internasional. Untuk itulah mereka menyiapkan berbagai rencana jahat untuk mencegah Khilafah itu berdiri di muka bumi.
Jadilah Anshor Allah Bukan Anshor Demokrasi
Agama Allah tidak bisa tegak begitu saja tanpa adanya usaha, karena itu Allah Swt memerintahkan kepada kita untuk menolong agamanya;
Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong (agama) Allah sebagaimana `Isa ibnu Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia: “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?” Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: “Kamilah penolong-penolong agama Allah”. (As-Shaff 14).
Kelompok Anshor diabadikan oleh Allah dalam Al-Qur’an dengan penghargaan dan jaminan yang tertinggi, serta ridha Allah dan surga-Nya yang abadi. Hal ini dapat kita lihat dalam firman Allah di surat At-Taubah ayat ke 100: “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan Muhajirin dan Anshor dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridho kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar”.
Menjadi Penolong Agama Allah yang akan memberikan Rahmat bagi seluruh Alam tentu menjadi impian setiap orang. Sebaliknya orang-orang yang mendzalimi orang-orang beriman bahkan menimbulkan permusuhan, Allah Swt mengancam dalam Al Qur’an :
“Sungguh, orang-orang yang mendatangkan cobaan (membunuh, menyiksa, dsb) kepada orang-orang yang mukmin laki-laki dan perempuan lalu mereka tidak bertobat, maka mereka akan mendapat azab Jahanam dan mereka akan mendapat azab (neraka) yang membakar” (QS Al Buruj : 10)
Gegap gempita kemenangan Islam sudah di depan mata, janji tegaknya Khilafah adalah pasti, menjadi Anshor (penolong) agama Allah adalah pilihan yang amat terpuji dan mendapat ganjaran pahala yang besar. Sebaliknya, menjadi penentang ajaran Islam diantaranya menolak Syari’ah dan Khilafah, apalagi membela mati-matian Demokrasi, Liberalisme dan Sekulerisme, maka akan mendapat ancaman yang besar di sisi Allah Swt jika tidak bertobat ! [VM]
Posting Komentar untuk "Jadilah Anshor Allah, Pembela Islam Sejati"