KTT Kemanusiaan Dunia Disponsori Negara-Negara Anti Kemanusiaan
Oleh : Umar Syarifudin
Lajnah Siyasiyah DPD HTI Kota Kediri (Praktisi Politik)
KTT Kemanusiaan Dunia dihadiri lebih dari 125 para pemimpin dunia berkumpul di Istanbul, Turki, 23-25 Mei 2016 yang digadang-gadang harapan akan memberlakukan prosedur kongkrit untuk menanggulangi krisis kemanusiaan termasuk krisis pengungsi di masa depan. Fantastis, Turki saat ini menampung sekitar 2,7 juta orang yang mengungsi dari konflik di Suriah, hal yang kemungkinan akan ditekankan oleh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan selama pertemuan itu berlangsung.
KTT yang diponsori Amerika Serikat dan Eropa yang dilegitimasi oleh PBB itu, disebut-sebut sebagai seruan untuk membangkitkan tindakan guna menanggulangi bencana yang terjadi berulang-ulang dan mengurangi kerawanan negara-negara berkembang. PBB memperkirakan 130 juta orang, lebih banyak dari sebelumnya, memerlukan bantuan kemanusiaan di dunia.
Sekitar 60 juta orang per tahunnya harus mengungsi karena konflik. Pada pembukaan KTT, Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mengatakan, "Semakin banyak orang yang dipaksa meninggalkan rumah mereka sejak berakhirnya Perang Dunia Kedua." "Setiap tahun terjadi peningkatan kebutuhan dan kekurangan pendanaan meningkat," kata Ban Ki-moon. PBB memperkirakan terdapat kesenjangan sebesar US$15 miliar atau Rp203 triliun setiap tahunnya, karena dana kemanusiaan yang dijanjikan tidak diberikan.
Saat itu, Turki dan Jerman bersepakat menjalin kerja sama dalam menangani pengungsi Suriah. Jerman berjanji memberikan bantuan finansial untuk menangani pengungsi dan menghapuskan visa bagi warga Turki yang akan mengunjungi zona Schengen. Namun mundurnya Perdana Menteri Ahmet Davutoglu yang menjadi ujung tombak perundingan membuat kesepakatan ini kembali mengambang. Apalagi Presiden Recep Tayyib Erdogan menolak didikte oleh sederet persyaratan yang ditetapkan oleh Jerman, salah satunya tuntutan untuk mereformasi hukum anti terorisme Turki.
Pemerintah Turki memasukkan para pengungsi ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok yang mampu secara finansial dan kelompok yang tidak mampu. Kelompok yang mampu dianggap bisa hidup secara mandiri dengan menyewa rumah atau apartemen, sedangkan mereka yang tidak mampu ditampung dalam 25 kamp yang tersebar di berbagai wilayah. Pemerintah Turki sudah mengeluarkan dana US$10 miliar untuk menangani para pengungsi Suriah, sedangkan dana dari bantuan internasional hanya US$461 juta. Resolusi yang dihasilkan akan dibawa ke di Sidang Umum PBB mendatang untuk pembahasan lebih luas. Namun tanpa langkah konkret untuk menghentikan peperangan, arus pengungsi tidak akan pernah bisa surut.
Ironis, Erdogan yang dulu pernah menyatakan bahwa hatinya untuk Islam dan kaum Muslim. Kini, tanpa malu, Ia puas menghitung jumlah dan menampung korban tanpa mengerahkan tentaranya untuk menghentikan sumber masalah. Ia tidak peduli dengan tahun-tahun bagaimana kaum Muslim di Suriah dihinakan dan dikecewakan. Erdogan tidak peduli lagi dengan kepala-kepala saudaranya yang meledak di Suriah. Erdogan tidak bertindak meski para Muslimah banyak diperkosa. Erdogan juga tidak bergerak, kecuali setelah revolusi Syam membuat Amerika kelelahan.
Menyedihkan sekali, Turki, Arab Saudi, UEA, Yordania, dan Mesir tidak tergerak untuk mengirim satu tentara pun dalam rangka membela darah yang ditumpahkan dan kehormatan yang diinjak-injak. Sudah tidak terhitung lagi berapa jumlah tangisan anak-anak Suriah dan jeritan para kaum perempuannya yang telah banyak mengalami kehilangan. Padahal, jika bukan mereka yang membela, lalu siapa? Dan baru-baru ini, para tentara yang seharusnya melindungi, justru bergerak dengan senjata-senjata dan pesawat-pesawat tempur mereka di bawah panji Amerika untuk memerangi Islam dan kaum Muslim!
Dengan posisi para penguasa negara-negara arab yang menjadi tangan-tangan Barat, sikap mereka terpaut erat dengan sikap negara-negara barat yang mereka ikuti. Di dalam cakupan inilah menjadi ajang permainan-permainan politik barat, mencari solusi-solusi dari barat, menyambut intervensi barat dan menyalahkan atas kelambanan barat dalam hal itu.
Terhadap Suriah, KTT Kemanusiaan Dunia juga mengokohkan dukungan terhadap upaya pembentukan negara sipil, dominasi kufur, memerangi Islam dan sistem pemerintahan Islam di bawah slogan memerangi terorisme. Meski konspirasi Barat sudah telanjang di mata dunia, para penguasa Arab terus saja mencari solusi-solusi dari barat. Hal itu mengungkap kebangkrutan mereka dan keantekan mereka serta mengungkap jauhnya mereka dari Islam.
Sungguh umat Islam dikelilingi oleh musuh dari segala sisi. Tidak ada penjaga bagi kita kecuali berpegang teguh kepada ketentuan Allah saja. Barat dan boneka buatannya, mengumumkan permusuhannya terhadap Islam. Mereka ingin menjauhkan Islam dari kehidupan dan pemerintahan.
Sesungguhnya apa saja yang ditawarkan Negara-negara imperialis melalui KTT ini adalah sihir retorika. Maka jangan sampai kita terperdaya. Dunia tetap berada di bawah selimut kedamaian palsu kecuali jika mengadopsi penghambaan hanya kepada Allah dengan menerapkan syariah Allah saja, melalui tegaknya daulah al-Khilafah ar-Rasyidah yang bersifat global. Hanya Khilafah sajalah yang dengan pertolongan Allah semata akan mampu menghadapi konspirasi dan makar internasional itu. [VM]
Posting Komentar untuk "KTT Kemanusiaan Dunia Disponsori Negara-Negara Anti Kemanusiaan"