Pendidikan Indonesia Mau Kemana


Pengertian Pendidikan pada umumnya berarti daya upaya untuk memajukan budi pekerti (karakter, kekuatan bathin), pikiran (intellect) dan jasmani anak-anak selaras dengan alam dan masyarakatnya. Pengalokasian anggaran pendidikan sebesar 20 persen sesuai amanat konstitusi ’45 dari jumlah total Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebesar Rp. 1.222 triliun untuk tahun 2009. Apabila tahun 2008, anggaran pendidikan hanya berjumlah Rp. 54,2 triliun atau 15,6 persen, maka tahun 2009 berjumlah Rp. 224 triliun atau 20 persen (Jawa Pos, 16/8/2008). Bahkan, anggaran pendidikan 2010 pun juga tidak jauh berbeda dengan 2009.

Namun di tengah kepedulian politik sangat tinggi pemerintah terhadap dunia pendidikan, ternyata masih menyisakan persoalan yang hingga kini belum tersentuh secara serius. Adanya anak-anak Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang ikut bersama orang tuanya ke luar negeri, seperti Malaysia tidak mendapat pelayanan pendidikan dari pemerintah Indonesia sangat jelas merupakan persoalan yang cukup mengejutkan. Berdasarkan hasil survey Borneo Samudera Sendirian Berhad Plantation, jumlahnya mencapai 72.000 orang. Mereka berusia rata-rata di bawah 13 tahun, tidak bisa membaca dan menulis (Kompas, 4 September 2008)

Ini masih belum berbicara jumlah anak-anak TKI di Singapura, Brunai Darussalam dan beberapa negara lain, yang juga kurang dan tidak mendapatkan perhatian sangat tinggi dari pemerintah Indonesia. Yang jelas, jumlah totalnya pun akan semakin besar. Pertanyaannya adalah inikah yang disebut sebuah kepedulian politik sangat tinggi terhadap dunia pendidikan demi mencerdaskan anak-anak bangsa? Terlepas jawabannya "ya" atau "tidak", pemerintah selama ini memang cenderung meremehkan kondisi persoalan tersebut. Lalu  bagaimana dengan kesenjangan yang tercipta, akibat ketidak adilan yang terjadi. Siapa yang bertanggung jawab atas semua ini? Ketika di satu sisi anak-anak dengan riangnya berangkat ke sekolah dengan mobil mewahnya, ada juga anak yang pergi dengan motor yang diboncengi orang tuanya. Namun di sisi lain, beberapa anak dengan wajah lesuh dan pakaian lusuh memikul karung di pundaknya, berharap dapat menyisihkan sedikit uang setiap harinya dari kumpulan puing-puing botol bekas yang dipungutnya.

Dari jenjang di atas SMA, hanya 20% penduduk yang kuliah, kendala RI jadi negara Maju JAKARTA, kabarbisnis.com: Masih minimnya penduduk Indonesia yang mampu mengenyam pendidikan tinggi dinilai ikut menghambat obsesi menjadi negara maju, bahkan predikat negara berpendapatan menengah ke atas (upper middle income). Tak hanya dari sisi tingkat pendidikan kualitas lulusan pendidikan tinggi yang tidak siap bersaing di pasar kerja ikut memicu kian tertinggalnya Indonesia.

Belum lagi dengan angka pengangguran yang masih tinggi, walaupun sedikit menurun pada tahun 2016 ini. Pengangguran yang disebabkan salah satu faktor kurangnya lapangan pekerjaan menunjukkan Indonesia yang kian mundur dari kepedulian pemerintah terhadap kesejahteraan rakyat. Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) merilis laporan yang mencatat jika jumlah pengangguran di Indonesia pada Februari 2016 mencapai angka 7,02 juta. Angka ini mengalami penurunan dari tahun 2015 yang sebesar 7,45 juta. dengan negara lain. Tak heran jika tingkat kriminalitas semakin meningkat pula, ditambah dengan kurangnya suasana keimanan dan ketawaan yang tertanam dalam masyarakat.

Selama ini, tak ada bedanya antara kalangan terpelajar dan non terpelajar, mereka sama-sama tak memiliki kepribadian Islam yang menjadi warna dalam diri mereka. Mereka tak mempunyai cita-cita mulia untuk memperbaiki bangsa bahkan dunia, bahkan sering kali terlibat aksi kejahatan dan kriminalitas.

Dalam Islam, pendidikan merupakan kewajiban bagi negara. Berbeda dengan mahalnya pendidikan sekarang yang mengakibatkan banyaknya anak yang tidak bersekolah. 

Pembiayaan pendidikan dalam Islam terkait dengan politik ekonomi. Politik ekonomi Islam mewajibkan negara untuk memenuhi kebutuhan pokok individu (sandang, pangan dan papan) dan kebutuhan pokok masyarakat (kesehatan, keamanan dan pendidikan) secara menyeluruh.

Dan dalam Islam,  tujuan atau orientasi pendidikan bukanlah dunia semata. Bukan hanya pencapaian kepuasan yang bersifat materi. Tetapi pada akhirat. Dimana ketika rakyat telah tertanam iman dan taqwanya pada Allah SWT. Maka terbentuklah orintasinya kepada akhirat, yang akan menghasilkan pemuda-pemudi yang berkarakter, berakhlak mulia dan menjadi agen perubahan peradaban dunia.

Begitulah sempurnanya Islam dalam mengatur seluruh aspek kehidupan, dari mulai tata cara makan, tidur, mua’malah, ekonomi, pendidikan, pergaulan dan lain-lain serinci-rincinya. Namun sayang, Islam sekarang hanyalah di emban oleh individu-individu saja.

Hanya dengan menerapkan Islam secara sempurnalah semuanya akan dapat menghasilkan kebaikan, karena sejatinya Islam adalah rahmattan lil alamin. Dan dengan tegaknya khilafah syariahNya dapat diterapkan. Seperti sabda Rasulullah yang bermakna, agama dan negara memiliki keterkaitan yang sangat erat, keduanya bagaikan dua sisi uang yang tidak dapat dipisahkan. Agama dan pemeluknya tidak akan dapat menjalankan dan sekaligus menikmati perintah agama tanpa adanya negara, begitupun sebaliknya, negara tanpa kehadiran agama akan sangat sulit dibayangkan. Wallahu a’lam bish-shawab. [VM]

Pengirim : Devi Rahma Dona

Posting Komentar untuk " Pendidikan Indonesia Mau Kemana"