Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

“Lelaki Kardus” dan Kegagalan Pendidikan Sekuler!

Nova Rizqi Romadhon dalam lagu 'Lelaki Kardus'
Oleh : Fauzi Ihsan Jabir  (Div. KPL BKLDK Kota Bandung)

Akhir-akhir ini gempar dengan beredarnya video musik di youtube dan media sosial lainnya mengenai seorang anak perempuan menyanyikan lagu yang mengolok-olok bapaknya akibat bapaknya menduakan ibunya. Lagu bergenre dangdut yang diunggah di situs berbagi youtube tersebut, menjadi perdebatan di kalangan nitizen karena liriknya dinilai tak pantas dinyanyikan oleh anak kecil. Ya, lirik lagu “Lelaki Kardus” menyinggung soal ayah yang menikah lagi. “Bapak ku pengkhianat, ibu ku dibohongin,” demikian salah satu penggalan lirik lagunya. Lagu lelaki kardus dinyanyikan Nova Rizki yang masih berusia 12 tahun. Tembang dan video itu diunggah pertama kali oleh Getar Asmara.

Dalam lagu yang berdurasi 3 menit 42 detik ini, Nova ditemani beberapa bocah lain juga yang ikut bernyanyi sebagai penyanyi latar. Mereka juga melontarkan makian lewat lagu tersebut. Video klipnya diawali dengan kedatangan seorang pria mengendarai sepeda motor. Begitu tiba dirumah, ia disambut istri dan dua anaknya, satu perempuan berusia 12 tahunan dan satu bocah pria yang masih balita. Begitu si pria yang tampaknya suami dari wanita dua anak itu, si bocah perempuan sekaligus penyanyi lalu ini langsung berdiri dan melempar tas hitam yang dibawa ayahnya. Ada beberapa cuplikan dari video itu yang menggambarkan si bocah perempuan tersebut sedang memarahi ayahnya bahkan dengan tindakan yang agak kasar.

Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) angkat bicara soal peredaran video”Lelaki Kardus” ini. Kepala Pusat Informasi dan humas kemenkominfo, ismail cawidu mengatakan, pencipta lagu lelaki kardus akan menurunkan videonya dari Youtube. “Setelah dihubungi, dengan kesadaran sendiri (pencipta lagu) akan menurunkan dari Youtube,” tulis Ismail dalam pesan tertulis kepada Kompas Tekno, Kamis (30/6/2016). “Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Indonesia menghimbau masyarakat untuk membangun persepsi bersama bahwa video tersebut sungguh-sungguh tidak ramah anak. Untuk memberikan perlindungan anak LPA Indonesia mengajak semua pihak untuk tidak menyebarluaskan video tersebut. Tidak memberikan komentar yang merendahkan anak-anak, selama video tersebut masih ada di media daring.” Tegasnya, Kamis (30/6/2016).

“Lelaki Kardus” hanya salah satu video nyeleneh karya anak bangsa, coba kita lihat lebih luas berapa video mesum dan konten porno atau bahkan kenakalan remaja yang setiap harinya di unggah?. Dalam tataran video yang terlihat saja begitu banyak, apalagi yang tak kelihatan oleh mata telanjang kita ini. Media-media ngawur juga mencetak tontonan tak berpendidikan dan sering mempermainkan agama dalam penayangannya. Pendidikan macam apa lagi yang engkau berikan wahai penguasa kepada ummat ini. Hasilnya sudah terlihat pada anak-anakmu tak kah kau lihat? Atau sekedar berpura-pura buta atau engkau sibuk dengan para buaya-buaya investor yang memakan habis harta alam hingga mereka menyeringai puas penuh kelicikan dan tipu daya.

Ibarat satu titik tinta di gelas, video sudah menyebarluas dan menjadi konsumsi segala usia. Jelas yang membuat lirik dan lagunya adalah orang dewasa namun sasaran targetnya adalah anak kecil yang tak tahu menahu mengenai lagu yang dinyanyikan atau bisa jadi anak kecil sekarang sudah tahu masalah-masalah dewasa? Betapa bahagianya kaum Imperialis bahwa pendidikan sekuler sekarang membuahkan hasil. Apapun dapat menajadi komoditi dagang bahkan sekelas anak yang belum baligh sekalipun. Eksploitasi anak demi meraup keuntungan bukan hanya di media entertaiment saja di segala bidang sudah dicoba oleh anak bangsa kita mulai dari jalanan, tempat pelacuran, mall-mall, pasar tradisional, luar negeri, dan sebagian besar wilayah Underground dunia kehitaman. Pendidikan yang sudah dibenamkan dari awal di kehidupan masyarakat hanya mencari materi, materi dan materi. Tak boleh jika alasan pekerjaan guna mengundang ridho Allah apalagi alasannya dengan dalil pada saat di meja sidang akhir perkuliahan, Yaa to.

Ga usah jauh-jauh untuk meraih pendidikan sekuler itu saja dipersulit dan banyak yang rebutan kok. Pendidikan dikapitalisasi menerapkan kaedah-kaedah ekonomi, menciptakan lulusan yang pandangannya juga ekonomi tok. Kan yang ngatur pemerintahnya sendiri dalam PP No.66 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. Hal wajar pemerintahnya lepas tangan, kapitalis seenak udelnya. Siswa atau mahasiswa harus membayar uang ini itu sebelum masuk sekolahnya, belum ditambah SPP bulanan dan peralatan sehari-hari. Belum lagi kasus penyelewengan dana Bos dimana-mana  membuat tambah runyam. Gurunya juga banyak yang protes karena dituntut cubit dikit siswanya karena bandel, gajinya kecil pekerjaaan seabrek plus administrasi-administrasi yang harus diisi. Betapa pendidikan dijauhkan dari agama, siswa atau mahasiswa hanya diberikan mata pelajaran keIslaman hanya sekadarnya atau dua jam per minggu. Ilmu dunia dijejalkan tanpa melihat sudut pandang syariat, Tsaqofah Islam dijauhkan sejauh-jauhnya jika bisa bahkan tidak perlu dipakai. Hasilnya apa? Seks bebas, miras, pergaulan bebas, tawuran, Napza, HIV dan Aids hal yang mulai dianggap lumrah dimata masyarakat. Lebih parah umat tidak tahu hingga takut dengan Syariat Islam.

Pendidikan adalah Thoriqoh untuk menjaga tsaqofah Islamiyyah karena tsaqofah Islam adalah perkara dloluri yang tidak boleh diabaikan umat muslim. Pendidikan juga sebagai Aqidah Islam, yang akan menjadi sumber (Mashdar) dan standar (Miqyas) bagi tsaqofah islam. Yang didalamnya terdapat kepribadian islam (Syakhsiyah Islam), tsaqofah Islam, dan ilmu-ilmu sains maupun teknologi sebagai penunjang peradaban Islam (Al Hadharah Al Islamiyyah). Ummat harus melakukan sesuatu yaitu merancang sebuah sistem pendidikan dengan kurikulum yang jelas sesuai dengan visi-misi penciptaan manusia oleh Allah SWT yaitu sebagai Abdullah dan Khalifatullah. Abdullah berari orang yang bertakwa dan menjalankan syariat Allah. Khalifatullah berarti sebagai orang yang memakmurkan bumi, dengan cara apa? Dengan menguasai ilmu mengenai syariat Allah dan ilmu sains teknologi. Pendidikan harus membentuk anak didk yang syarat akan Syakhsiyah Islam, menguasai Tsaqofah Islam dan ilmu kehidupan. guru juga sebagai teladan yang harus memiliki syakhsiyah Islam. 

Lantas bagaimana kita menciptakan masyarakat yang selaras dengan pendidikan tersebut? Itulah masyarakat Islam. Jika masyarakat rusak pendidikan juga akan rusak ataupun sebaliknya. Maka tidak cukup hanya menciptakan lembaga pendidikan saja tapi bergerak agar terciptanya tata kehidupan peradaban islam dengan penerapan islam secara sempurna di bawah naungan Khilafah Ala Minhajin Nubuwwah. Maka pendidikan Islam akan terwujud. [VM]

Posting Komentar untuk "“Lelaki Kardus” dan Kegagalan Pendidikan Sekuler!"

close