Global War On Terrorism (GWOT) Untuk Memberangus Siapa?


Oleh : Umar Syarifudin – Syabab HTI 

Salah seorang mantan petinggi Angkatan Bersenjata Inggris, Jenderal Richard Dannat dalam BBC’s Today Program dengan sangat gamblang menyatakan perang di Afghanistan adalah perang melawan Islam pada 14/5/2010. Syariah phobia disebutkan dalam rekomendasi Ariel Cohen (The Heritage Foundation). Dia menulis : AS harus menyediakan dukungan pada media lokal untuk membeberkan contoh-contoh negatif dari aplikasi syariah, seperti potong tangan untuk kejahatan ringan atau kepemilikan alkohol di Chechnya, keadaan Afghanistan di bawah Taliban atau Saudi Arabia, dan tempat lainnya. Perlu juga diekspose perang sipil yang dituduhkan kepada gerakan Islam di Aljazair.

Terorisme sebagai politik menakut-nakuti (politics of fear) bagi Amerika Serikat dan negara-negara Barat. Herman and O’Sullivan (1984) menulis, terorisme telah memberikan  kesempatan bagi para pemimpin di Barat untuk menciptakan ketakutan dan irasionalitas di tengah masyarakat sehingga mereka memberikan kebebasan kepada para pemimpin itu untuk melakukan apa saja. Ketakutan terhadap terorisme efektif untuk memobilisasi massa agar mendukung aksi-aksi militer, dan ini memberikan keuntungan besar bagi industrialis perang. Selanjutnya, ketika suatu negara hancur lebur akibat perang, proyek-proyek rekonstruksi dan eksplorasi minyak pun akan mengisi pundi-pundi para kapitalis Barat itu.

Belakangan kata itu menjadi istilah yang sangat populer, terutama pada beberapa dasawarsa terakhir, khususnya pasca runtuhnya Uni Soviet dan tragedi WTC 11/9/2001. Opini dan praktek kontra terorisme secara global oleh pihak Barat secara ambisius dikerucutkan adalah pihak kelompok Islam yang menentang peradaban sekuler Barat. Selesai.

Kaplan (1981) mengatakan bahwa terorisme dimaksudkan untuk menciptakan situasi pikiran yang sangat menakutkan (fearful state of mind). Lebih jauh lagi, situasi ketakutan ini tidaklah ditujukan kepada para korban teroris melainkan kepada audiens (khalayak) yang bisa jadi tidak ada hubungan dengan para korban. Hal senada juga diungkapkan Oots (1990, p.145) yang menulis bahwa terrorisme dimaksudkan untuk menciptakan “ketakutan yang ekstrim di tengah khalayak yang lebih besar daripada korban langsung.”

Meskipun berbagai usaha sistematis dan keji dilakukan untuk menutupi bahwa Global War on Terrorism (GWoT) atau perang melawan terorisme bukanlah Perang Salib, dan bukan pula permusuhan terhadap kaum Muslim, dengan melakukan berbagai misi kemanusiaan palsu dan penyebaran demokrasi yang cacat, namun berbagai kejadian dan skandal yang sering kita saksikan justru mengungkapkan sejauh mana Amerika menggunakan unsur agama dan pelayan “misionaris” untuk memprovokasi masyarakat Barat agar membunuh kaum Muslim, bahkan warga sipil, anak-anak, perempuan, dan orang tua sekalipun; dan menjadikan mereka sebagai pelampiasan dendam, serta meningkatkan semangat permusuhan kepada mereka.

Persepsi ketakutan terhadap Islam dilipatgandakan oleh media, terutama TV. Selain itu, tindakan AS yang mendeklarasikan WoT lalu menyerang Afghanistan, Irak, dan negara-negara lain telah memicu munculnya persepsi global bahwa terorisme adalah sumber bahaya dan ketidakamanan yang mengancam setiap saat. Melalui media, AS telah berhasil menyebarluaskan persepsi global bahwa ada ancaman terorisme yang bermuara pada Islam yang bergentanyangan di berbagai sudut bumi.  
Perlu diwaspadai, isu terorisme akan terus diusung menjadi proyek global AS, sampai seluruh komponen Islam yang dianggap mengancam agenda sekularisasi dan liberalisasi betul-betul bisa dibungkam. Indonesia adalah bagian dari Dunia Islam yang memiliki nilai strategis dari berbagai aspek; jumlah penduduk, sumber daya alam serta geopolitik di kawasan Asia Pasifik maupun di Dunia Islam. Indonesia menjadi salah satu basis perang melawan terorisme, yang secara tegas menempatkan Islam dan kaum Muslim sebagai sasarannya. Karena itu, wajar jika selama ini Islam dan kaum Muslim menjadi korban dari isu terorisme ini. Sebab, memang itulah yang menjadi target AS. Allah SWT berfirman:

Orang-orang kafir tidak henti-hentinya berusaha memerangi kalian hingga mereka berhasil mengeluarkan kalian dari agama kalian—jika saja mereka mampu (QS al-Baqarah [2]: 217).

 Islam jelas menentang keras terorisme dalam segala bentuknya, teror secara fisik maupu non-fisik. Teror yang dilakukan individu, kelompok maupun Negara. Dalam upaya melawan dan menghentikan terorisme hingga akarnya diperlukan penanganan yang menyeluruh yang melibatkan segenap komponen umat. Ideologi dan penerapan kapitalisme yang diusung Barat secara riil telah berhasil menciptakan teror penjajahan fisik, kemiskinan dan perpecahan di seluruh dunia. Saatnya diperangi dan dihapuskan eksistensinya. 

Peradaban Islam melalui Khilafah akan menjadi obor yang akan menerangi seluruh dunia, serta memandu mereka menuju keselamatan hidup. Inilah Islam, peradabannya, dan negaranya yang sedang diperangi oleh Amerika, dan yang ditakutkan kemunculan kembali sinar mataharinya. Amerika dan Barat sekutunya gemar melakukan kezaliman dan membuat kegelapan, sehingga mereka senantiasa memerangi cahaya. Seharusnya masyarakat Barat menyadari bahwa mereka hanya dijadikan bahan bakar pertempuran yang dijalankan oleh para rezim dan penguasanya dalam memusuhi kaum Muslim, yaitu kaum yang memberikan mereka setiap kebaikan, dan yang berusaha untuk menyelamatkan mereka dari rawa-rawa kapitalisme di dunia dan di akhirat. [VM]

Posting Komentar untuk "Global War On Terrorism (GWOT) Untuk Memberangus Siapa?"