Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

“Krisis Idola”, Awkarin Muncul Sebagai Acuan Baru Para Remaja


Oleh : Rizki Fridha, AMD. Farm 
(Pemerhati Dunia Remaja)

Beberapa minggu terakhir, sosok Awkarin membuat heboh jagad dunia maya Indonesia. Ia mendadak ramai dibacarakan setelah mengunggah videonya di youtube dan ditonton sebanyak 2juta kali. Awkarin adalah seorang remaja berusia 19 tahun yang baru saja lulus SMA, yang mulai mencuat namanya setelah eksis di Ask.fm, Instagram, kemudian vlog (video blog ;penj). Lewat media-media ini, ia banyak menjaring penggemar yang mayoritas adalah anak-anak seusianya atau di bawah umurnya.

Tiga tahun yang  lalu nama Karin juga sempat dikenal dan menginspirasi. Ketika diwawancarai saat kelulusan SMP sebagai siswi yang mendapatkan nilai UAN Matematika tertinggi se-Tanjung Pinang, ia masih terlihat mengenakan kerudung dengan wajah yang lugu dan polos. Usai mendapatkan nilai yang bagus, ia memutuskan untuk melanjutkan mimpinya bersekolah ke salah satu SMA di Jakarta. Lama tidak terdengar kabarnya, sekarang ia muncul sebagai Karin yang baru, kontras dengan penampilan sebelumnya,  remaja 19 tahun ini menjadi sangat terkenal karena gaya hidup bebas yang dijalaninya.

Fenomena Awkarin  merupakan potret remaja yang kehilangan identitas, namun sayangnya karena “Krisis Idola” yang dialami para remaja saat ini, kemunculan Awkarin dianggap sebagai “a new idol” yang wajib dijadikan panutan. Contoh kecilnya saja ketika ia mengumbar gaya pacaran yang sangat ke-Amerika-an melalui media internet, banyak orang yang melihat dan menganggap kalau pose-pose tersebut adalah relationship goals yang diidam-idamkan oleh para pengikutnya. Belum lagi di usia 16 tahun dia sudah memiliki pendapatan sendiri yang tak lain dihasilkan dari instagram, youtube dan sejenisnya, endorse pakaian dan barang-barang lainnya. Itu semakin menambah deret keren seorang Awkarin dimata pengikutnya dan seolah menjadikannya benar-benar layak untuk diposisikan sebagai role model. Miris!

Menurut DR Sylvia Rimm dalam bukunya, “Why Bright Kids Get Poor Grades” membentuk karakter anak sesuai keinginan tidak bisa dilepaskan dari peran sesosok model yang bisa ditiru. Idola merupakan sumber inspirasi dalam melakukan hal apapun. Seseorang akan sangat mudah terinspirasi menjadi orang yang hebat hanya ketika ia mengetahui kisah orang-orang yang telah sukses menjadi hebat. Disinilah salah satu kelebihan Islam dari agama yang lain, Islam memiliki banyak sekali sosok-sosok hebat yang bisa diidolakan. Dan ini merupakan peran penting orangtua dalam mengenalkan dan mengajarkan kepada anak tentang konsep sosok teladan atau idola agar tidak membawanya kepada idola-idola yang salah. 

Sudah menjadi harapan setiap orangtua ketika anaknya lahir kedunia menginginkan anaknya kelak menjadi anak yang baik maupun shalih/ah. Akan tetapi ini hanya menjadi sebuah wacana saja, karena tidak diikuti dengan sikap yang “nyambung” dan sesuai dengan keinginan tersebut. Maka jadilah orangtua yang “anti abai” agar terhindar melahirkan anak yang alay. Seorang anak tidak akan mendadak menjadi shalih/ah jika orangtua tidak mendidiknya dengan baik dan sabar. Dan proses menjadikan anak baik ini sangat membutuhkan dan mengharuskan keberadaan orangtua.

Fenomena Awkarin seharusnya membuka mata kita bahwasanya mendidik, mengasuh, membimbing anak adalah PR besar bagi orang tua. Jangan sampai karena sibuknya kita mengejar dunia, yang seharusnya anak merupakan “aset akhirat” malah dituntun oleh tontonan yang merusak.  Bahkan, saking sibuknya sampai rela memindahtangankan kewajiban mengasuh anak kepada orang lain demi karir. Ingatlah, bahwa Allah menitipkan anak kepada kita bukan untuk dititipkan lagi kepada orang lain.

Orangtua juga harus menyadari bahwa ia tidak semata cukup memenuhi kebutuhan jasmani mereka saja. Akan tetapi ada amanah yang lebih besar daripada itu. Di luar sana ada ancaman yang begitu besar. Pergaulan bebas dan berbagai macam bentuk kemaksiatan yang lainnya siap menunggu mereka bahkan ketika baru membuka pintu hingga membuka internet. Jika sedini mungkin tidak menguatkan diri dengan pondasi aqidah yang benar dan membentengi dengan keimanan yang kokoh maka mustahil keinginan awal orangtua dalam mengharapkan anak yang shalih/ah dan baik akan terwujud. Mulailah mengenalkan anak dengan sosok karismatik rasulullah saw dan para sahabatnya agar anak menjadi tangguh, shalih menginspirasi bahkan bisa menjadi motor kebangkitan Islam. Dan jangan lupa berdoa untuk mereka semoga Allah menjaganya. Selain itu juga wajib bagi orangtua untuk membekali diri dengan ilmu agama karena mustahil ingin mengajarkan anak agar shalih tapi tidak memiliki ilmu. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Wallahu a’lam bi showwab. [VM]

Posting Komentar untuk "“Krisis Idola”, Awkarin Muncul Sebagai Acuan Baru Para Remaja"

close