Selamatkan Generasi Muda Islam, Jadikan Mereka Pelopor Perubahan


Oleh : Tintin Setiatin 
(Pemerhati Generasi Muda Islam)

Pemuda dalam berbagai konteksnya memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan. Berbagai peradaban dan negara mapan di dunia, tak bisa melepaskan dirinya dari apa yang dilakukan para pemudanya. Peradaban Islam, dibangun di atas bahan bakar berupa pejuang muda. Dalam merintis perjuangan menegakkan kalimatullah, Rasul SAW dibantu oleh para sahabat yang mayoritas terkategori di usia pemuda. Sebut  saja nama Ali bin Abi Thalib, Mushab bin Umair, Zubair bin Awwam, atau Thalhah bin Ubaidillah.

Tidak heran bila banyak tokoh dunia menyanjung generasi muda dengan berbagai ungkapan.Termasuk, Rasul SAW secara khusus pernah memberikan pesan bagi umatnya untuk memperhatikan secara khusus kondisi generasi muda. Dalam sebuah hadits disebutkan, “Sesungguhnya apabila kamu meninggalkan ahli waris mu dalam keadaan mampu itu lebih baik daripada meninggalkannya dalam keadaan lemah tiada berdaya, sehingga menggantungkan hidupnya pada belas kasihan orang lain.”

Memperhatikan termasuk menyiapkan generasi selanjutnya yang tangguh adalah satu diantara sekian bentuk kepedulian pada Islam. Akan ada harapan besar manakala kita melihat kegairahan pemuda terhadap perjuangan menegakkan Islam. Hal inilah yang perlu kita persiapkan.

Upaya Barat Mereduksi Potensi Pemuda Islam

Masa depan Islam ada ditangan pemuda Islam. Merujuk pada ayat al-Quran, bahwa orang-orang Yahudi dan Nasrani akan selalu memusuhi umat Islam, maka pasti akan selalu ada upaya untuk menghalangi kejayaan Islam yang kini didepan mata. Peta demografi dunia kini menunjukan bahwa jumlah generasi muda muslim semakin melimpah. Bukan sekedar hitungan kuantitatif, Namun secara kualitaspun semangat keislaman ditengah pemuda nampak meningkat. Untuk itu, menjadi sangat wajar muncul upaya untuk mengarahkan generasi muda tetap berada diatas arus Barat, sehingga masa depan tetap ditangan Barat.

Sekertaris Jendral PBB, Ban Ki Moon pada 27 Maret 2016, dihadapan mahasiswa Universitas Yordania menyatakan: “Kaum muda sebagai prioritas kerjasama bagi seluruh system PBB. Kaum muda adalah pemimpin saat ini dan masa depan.  

Jauh sebelumnya, Julian Huxley, mantan Dirjen UNESCO pernah menyatakan, “Tugas UNESCO…adalah untuk membantu munculnya sebuah budaya tunggal dengan filosofi, latar belakang, ide-ide, serta tujuannya”. Budaya tunggal yang dimaksud tentulah Sekularisme-Liberallisme. Dengan budaya tunggal ini, generasi muda akan tetap pada kendali Barat. Otomatis, masa depan juga akan tetap ada ditangan Barat.

Selain itu, dilakukan pula berbagai upaya untuk menjauhkan generasi muda muslim pada perannya untuk merubah masa depan ke arah Islam. Hal ini secara sederhana dapat dikatakan sebagai upaya Kontra Ekstremisme (Islam). Segala hal yang berbau perjuangan Islam dibuat tabu. Barat berupaya untuk mengarahkan aktivitas perjuangan pemuda muslim ke arah nilai-nilai yang dianggap universal dan humanis. Padahal, hal tersebut mengaburkan arah perjuangan Islam dan justru melanggengkan berbagai nilai yang lahir dari aqidah Sekularisme Barat.

Salah seorang uskup bernama Samuel Zwemmer, dalam pidatonya pada para misionaris mengungkapkan, “Anda telah mempersiapkan pemuda di tanah air kaum muslimin yang tidak mengenal hubungannya dengan Allah SWT dan memang mereka tidak ada keinginan sedikitpun untuk mengerti tentang-Nya. Anda telah mengeluarkan kaum Muslimin dari Islam, sementara Anda tidak menyebabkan dia masuk ke dalam agama Kristen. Selain itu, seseorang yang dibesarkan di dalam Islam telah dicetak menjadi sesuai dengan apa yang telah diinginkan kolonialisme untuknya; ia tidak peduli dengan malapetaka yang tengah terjadi, dan dia senang bersantai dan bermalas-malasan, sedangkan kepeduliannya tentang hidup ini tidak keluar dari hawa nafsunya”

Proses untuk membentuk generasi muda muslim sebagaimana yang digambarkan dalam pidato Zwemmer sesungguhnya sedang dan masih berlangsung. Hal ini sangat nampak bila kita memotret sistem pendidikan yang ada di negeri kita. Secara nasional, generasi muda di negeri mayoritas muslim terbesar ini sama sekali tidak mengarahkan upayanya untuk mewujudkan murid dengan kepribadian dan kepedulian terhadap Islam yang baik.

Diantara bentuknya; sistem pendidikan nasional hari ini menjauhkan generasi muda belajar bahasa arab, dan sebaliknya mengajarkan secara wajib bahasa asing (barat), serta hanya menjadikan Islam sebagai hal yang simbolis belaka dalam dunia sekolah. Bukan sebagai instrument untuk membentuk kepribadian dan aturan hidup.

Barat juga ikut campur dalam kebijakan-kebijakan kurikulum, sekolah, dan pendidikan melalui berbagai aktivitas. Misalnya, memberi bantuan dana pada berbagai madrasah/pesantren, menghapus ayat-ayat jihad sebagai bahan ajar, mendistorsi palajaran sejarah, dan lain sebagainya. Berbagai hal tersebut tentu bukan tanpa maksud. Jelas, tujuannya adalah sebagaimana yang di sampaikan Zwemmer, adalah menjadikan seorang muslim yang jauh dari ajaran Islam.

Maka tidak heran bila kita memotret generasi muda kita hari ini, akan muncul rasa miris dan prihatin. Itu semua akibat dari sistem pendidikan yang tidak sesuai dengan Islam, sehingga banyak generasi muda kita yang  justru nampak tidak terdidik.

Tidak dipungkiri, media massa memiliki kekuatan yang sangat vital untuk menentukan pola pikir dan pola sikap generasi muda muslim. Jangkauannya yang luas dan terarah, membuat Barat tak melepaskan kendalinya terhadap berbagai saluran media massa yang dapat terakses pada generasi muda muslim. Ada beberapa program yang sejatinya dapat melemahkan potensi generasi muda muslim dalam jalannya menjadi penggerak umat untuk menegakkan kalimatullah. 

Antara lain melalui program olahraga yang umumnya berpayung kompetisi, generasi muda muslim dibuat larut untuk memuaskan gharizah baqanya untuk mendukung orang/tim yang jadi idolanya. Sentimen ashabiyah pun muncul dan memecah belah sesama generasi muda muslim.

Selain itu, media juga sangat gencar mengadakan program pencarian bakat. Sejatinya, generasi muda memiliki potensi intelektualitas yang besar. Namun kini justru media mengarahkan mereka untuk mengekspresikan minat dan bakat dengan sesuatu yang jauh dengan kesan intelek, Misalnya ajang pencarian bakat menyanyi atau menari. Tentu saja, banyak juga hal lain yang dilakukan lewat media massa. 

Berbagai upaya yang dilakukan Barat, tidak dipungkiri telah menuai berbagai hasil. Diantara hasilnya adalah:

1. Membentuk generasi muda muslim yang sekuler dan liberal. Gaya hidup bebas dan jauh dari agama merupakan pemandangan yang jelas adanya.
2. Menjadi duta gaya hidup Barat dan membiusnya dengan kebahagiaan semu. Alih-alih menyerukan Islam sebagai konten ‘dakwah’. Tak sedikit generasi muda muslim menjadi duta atau ‘pendakwah’ pada berbagai pemikiran dan ide Barat.
3. Terjangkiti Islamophobia. Ajaran Islam yang dianut generasi muda muslim, tak sedikit justru ditakuti oleh mereka. Terutama, yang berhubungan dengan pemikiran sosial dan politik. 
4. Menyia-nyiakan umur dan waktu tanpa merasa bertanggung jawab. Baik pada orangtua, keluarga, 
bahkan pada Allah SWT, Tuhannya

Upaya yang harus dilakukan untuk menjadikan pemuda muslim sebagai pelopor perubahan

Langkah Pertama : Membentuk akidah dengan keyakinan yang kokoh

Membentuk kemampuan dalam membuktikan kebenaran akidah Islam dengan keyakinan mutlak yakni dengan memberi bukti-bukti rasional konkrit yang menunjukan 100% kepastian tentang keberadaan Allah SWT sebagai pencipta dan bahwa Al-Qur’an adalah firman-Nya. 

Kepastian dalam keyakinan inilah yang akan membuat jannah (surga) dan jahanam (api neraka) menjadi realitas yang tetap di pelupuk mata pemuda kita. Insya Allah… begitu pula, pertanggung jawaban kepada Allah menjadi konsep yang kuat dalam benak meraka, yang mengarahkan mereka untuk menjalani kehidupan sesuai dengan hukum dan batas-Nya. Insya Allah…

Dan kepastian dalam keyakinan inilah yang juga akan membangun pemahaman yang jelas bahwa tujuan sejati dalam hidup dan pandangan yang benar tentang kesuksesan bukanlah mengejar status yang tinggi dan kenikmatan yang sementara dalam hidup ini, atau memperoleh penerimaan atau popularitas diantara teman-teman dan masyarakat, melainkan mendapatkan ridho Allah SWT dan imbalan yang tak terbayangkan di akhirat.

Dunia materialistik yang obsesif terhadap konsumerisme seolah-olah mencoba untuk menciptakan surga di bumi bagi pemuda kita,  melalui godaan yang mempesona dan kesenangan yang melimpah yang bertentangan dengan Dien mereka, atau di mana mengejar harta dunia ini dengan ponsel, gadget, aksesoris, busana terbaru yang akan mengalihkan waktu dan perhatian mereka.

Oleh karena itu, merupakan hal yang sangat penting agar menciptakan kerinduan pada jannah pada diri pemuda kita. Kerinduan ini yang mengangkat mereka di atas kesenangan dunia yang sementara dan memungkinkan mereka untuk menerima peratun Islam diterapkan pada kehidupan mereka. Rasulullah SAW besabda: “Demi Allah, tidaklah dunia itu dibandingkan dengan akhirat  kecuali seperti salah seorang dari kalian yang mencelupkan jarinya ini ke lautan. Perhatikan, jari tersebut kembali membawa apa?’’ (HR. Muslim).

Langkah kedua : Menguak iming-iming jalan hidupliberal sekuler

Membangun cara berpikir kritis dalam diri kaum muda sehingga mereka mampu untuk memisahkan kebohongan dari kebenaran  berkaitan dengan ide-ide dan narasi dominan yang membombardir mereka. Pemuda muslim harus mampu melawannya dengan hikmah (kebijaksanaan) untuk menghapus kebohongan terhadap Islam dan membongkar iming-iming jalan hidup liberal sekuler. 

Bukan Islam yang telah menyebabkan epidemi narkoba, penyalahgunaan alkohol, bullying, gerombolan geng, kejahatan bersenjata, dan perilaku kriminal lainnya yang menimpa pemuda hari ini, melainkan nilai-nilai liberal yang mempromosikan gaya hidup pemuasan diri dan mengejar hasrat tanpa memperdulikan konsekuensinya.

Bukan Islam juga yang telah menciptkan berbagai budaya buruk, semisal pergaulan bebas, sikap tidak hormat pada orangtua, atau berbagai pelecehan seksual .Berbagai hal tersebut disebabkan sekali lagi oleh nilai-nilai Barat. Karenanya, penting bagi generasi muda untuk memahami bahaya dari jalan hidup liberal-sekuler yang ditunjukan oleh Barat.

Sebaliknya, generasi muda muslim mesti dipahamkan, bahwa Islam yang menjadi agamanya adalah jalan hidup yang semestinya diyakini, diikuti, dan diperjuangkan dengan sungguh-sungguh. Tidak perlu takut untuk menyuarakan tegaknya syariat Islam dan Khilafah yang menjadi metode penegakkan Islam. Karena justru syariat Islam dan Khilafahlah yang justru akan mengurai solusi bagi kehidupan umat manusia yang saat ini tidak berada pada sistuasi yang baik

Langkah ketiga : Memahami Islam sebagai solusi masalah kehidupan dan membangun kebanggaan terhadap peradaban dan sejarah Islam

Islam kini sedang digambarkan sebagai agama yang mundur, barbar, menindas perempuan dan agama-agama lain. Islam juga digambarkan seolah artefak sejarah yang tidak relevan dengan kehidupan modern.

Di satu sisi, memang benar bahwa hari ini Barat lebih maju dalam berbagai aspek. Ratusan perguruan tinggi top dunia kini berada di berbagai negara maju yang notabene didominasi negara barat. Begitu pula para ilmuwan dan hasil-hasil inovasi teknologi yang mutakhir. Barat kini menjadi kiblat, dan berbagai negeri muslim termarjinalkan.

Namun generasi muda muslim mesti paham, bahwa kondisi sebaliknya terjadi di abad-abad sebelumnya. Islam yang mereka anut pernah Berjaya dikala Kekhilafahan Islam masih tegak dimuka bumi. Pusat-pusat pendidikan dan ilmuwan dunia berada di Baghdad, Kufah, Ishafan, Cordoba, Alexandria, dan Cairo. Perguruan tinggi yang berada diluar wilayah kekuasaan Islam hanya tercatat di Konstantinopel, Kaifeng Cina, dan Nalanda India. Dunia diluar Islam tertinggal dalam berbagai hal dari Islam.

Hanya Khilafah Islam juga yang kala itu mampu melayani kebutuhan umat manusia dengan maksimal dan manusiawi. Sehingga berhasil memecahkan berbagai krisis. Hal ini sebagaimana dicontohkan oleh Khilafah Utsmani pada tahun 1492  ketika menghadapi pengungsi. Ketika itu, Khalifah Bayazid II mengirim seluruh armada angkatan lautnya untuk menyelamatkan 150.000 orang Yahudi Eropa yang sedang dianiaya oleh orang-orang Kristen selama masa inkuisisi di Spanyol. Khilafah juga menyambut dan memperlakukan mereka sama terhadap kaum Muslimin umumnya.

Sejarah telah mencatat bahwa ketika Islam benar-benar diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan, Islam dan umatnya dapat mencapai kejayaannya. Hal inilah yang harus dipahami oleh generasi muda muslim. Sehingga mereka tergerak untuk menyongsong kewajiban untuk memperjuangkan Islam dan meninggalkan gaya hidup liberal-sekuler yang dipropagandakan Barat. Insya Allah, langkah-langkah yang kita tanam hari ini akan dapat dituai di masa-masa mendatang. Ditangan generasi penerus yang akan menegakkan kembali Kekhilafahan Islam untuk mewujudkan Islam rahmatan lil’ alaamin. Wallahualam. [VM]

Posting Komentar untuk "Selamatkan Generasi Muda Islam, Jadikan Mereka Pelopor Perubahan"