Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Aleppo Menunggu Pembebasan Oleh Para Tentara Umat yang Tertahan di Barak-Barak


Oleh : Umar Syarifudin – Syabab HTI 
(Pengamat Politik Internasional)

Tentara Suriah telah menggunakan teknik kelaparan sebagai “senjata perang”. PBB melaporkan serangan udara terbaru yang menghantam wilayah timur Aleppo membuat dua juta orang mengalami krisis air. Hal itu karena stasiun pompa yang digunakan sebagai pasokan utama kebutuhan manusia itu rusak. Kieran Dwyer, juru bicara Badan PBB untuk anak-anak, Unicef, mengatakan kepada BBC: "Air tidak lagi mampu dipompa untuk kebutuhan orang-orang di Aleppo timur dan Aleppo Barat, hampir dua juta orang tanpa air." "Itu adalah stasiun pompa air untuk sekitar 200.000 orang di timur Aleppo dan untuk sekitar 1,5 juta orang di barat kota itu. Ini yang sengaja kemudian dimatikan," katanya kepada BBC.

Pasukan rezim Asad pada Kamis (22/9/2016) menyerang lingkungan al-Kallaseh dan Bestan al-Qasser di Aleppo dengan bom fosfor yang menewaskan sedikitnya empat warga sipil dan menyebabkan kebakaran besar di rumah-rumah mereka, koresponden Orient News melaporkan.“Sebelas serangan udara dengan bom fosfor dan bom pembakar dilancarkan di Bestan al-Qasser,” salah satu penduduk setempat mengatakan kepada Orient Net dalam kondisi anonimitas.

Utusan khusus PBB untuk Suriah Staffan de Mistura memperkirakan per April korban tewas konflik di negara itu telah mencapai 400 ribu orang. Sebanyak 4,8 juta warga tercatat mengungsi dari Suriah, terserak di beberapa negara, seperti Turki, Libanon, Yordania, Mesir dan Irak. Sementara 6,6 juta lainnya masih di Suriah dan kehilangan tempat tinggal. Laporan yang dibuat oleh Jaringan Suriah untuk Hak Asasi Manusia mengatakan bahwa lebih dari 1.521 warga sipil telah tewas di Suriah pada bulan Agustus lalu, di antaranya lebih dari 1.080 tewas oleh rezim Suriah dan jet tempur Rusia.

Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan, satu nyawa melayang dalam setiap 25 menit dalam dua hari ini atau setidaknya hingga Senin (2/5/2016). Krisis Suriah tak memperlihatkan tanda-tanda akan segera berakhir. Keadaan di Aleppo semakin memburuk setelah perundingan damai Suriah di Geneva, Swiss, menemui jalan buntu. Aleppo telah menjadi target serangan koalisi Rusia dan Suriah. Rusia melancarkan serangan udara, sedangkan Suriah melakukan serangan darat.

Pada tanggal 21 Juni, Stephen O’Brien, utusan Sekjen PBB yang membidangi  urusan kemanusiaan, melaporkan bahwa sembilan juta warga Suriah mengalami “krisis pangan.” Sulit untuk melebih-lebihkan secara psikologis dan  kekurangan secara fisik atas hancurnya stock pangan selama bulan Ramadhan.

PBB telah memberikan kontrak senilai puluhan juta dolar kepada orang-orang yang terkait erat dengan Presiden Suriah, Bashar al-Assad, sebagai bagian dari program bantuan. Para kritikus yakin bahwa bantuan  diprioritaskan di wilayah-wilayah yang dikuasai pemerintah dan memperingatkan apakah uang PBB secara efektif malah membantu untuk menopang rezim yang bertanggung jawab atas kematian ratusan ribu warga negaranya sendiri. PBB mengatakan bahwa para pekerja bantuan telah menyelamatkan jutaan nyawa dan berpendapat bahwa mereka harus bekerja dengan rezim pemerintah jika ingin beroperasi di Suriah.

Surat kabar al-Diyār melaporkan di situsnya pada Selasa (7/6) bahwa operasi militer yang dilancarkan oleh pasukan Suriah dan kekuatan demokrasi Suriah, di wilayah utara Suriah mendapat dukungan udara secara luas dari berbagai pesawat tempur Rusia, atau kekuatan dari koalisi internasional. Serangan itu terjadi bersamaan koordinasi internasional antara Rusia dan Amerika Serikat.

Dalang di balik layar dari krisis Suriah adalah AS yang mengatur dan mengontrol secara langsung maupun tidak langsung. Sementara pasukan rezim, boneka Iran, pasukan koalisi, pasukan Rusia, Angkatan Udara Rusia, sejumlah organisasi yang disebut teroris, dan sejumlah organisasi yang disebut pro-aliansi, semuanya itu hanyalah pion pada papan catur. Sedangkan penggerak utamanya adalah Amerika dan negara-negara Eropa.

Amerika telah memaksa semua pihak, termasuk warga Suriah agar menerima solusi busuk Amerika berupa negoisasi gencatan senjata; yang telah diputuskan pada Konferensi Jenewa I. Tujuan intinya; dengan kata lain untuk menciptakan suasana menjelang akhir revolusi serta terjadi intervensi prosesi politik demi menghasilkan sistem sekuler demokrasi antek Amerika. artinya, rakyat Suriah dipaksa kembali ke titik semula dengan dengan mengadopsi sekulerisme dan liberalisme; yanga tercermin dalam topeng dusta demokrasi. Keniscayaan sekulerisme adalah diterapkannya atas rakyat hukum-hukum buatan manusia yang lahir dari doktrin barat yaitu doktrin pemisahan agama dari kehidupan dengan kedustaan ide penentuan nasib sendiri oleh manusia. Dampaknya, ketidakadilan, kehidupan yang sempit, dan kesengsaraan kembali menimpa negara manapun.

Bagi AS, tujuan utama mempertahankan konflik berkecamuk di Suriah ini adalah menghancurkan Suriah dan membiarkannya tetap terpecah belah, sehingga ini menjadi contoh bagi setiap negeri yang berpikir untuk merdeka, juga untuk membenarkan rezim-rezim antek bertindak represif terhadap rakyatnya sendiri, membunuh, menangkap dan mengadilinya tanpa memiliki rasa belas kasihan atau moralitas sedikitpun terhadap anak-anak, perempuan, warga yang tidak bersenjata dan para dokter, sedang alasannya tidak diragukan lagi adalah ketabahan legendaris rakyat Suriah, utamanya rakyat Aleppo yang tetap teguh dengan berbagai penyiksaan.

Sesungguhnya solusi suriah akan efektif dan mudah jika ditanggung oleh militer baik perwira maupun personel yang ada di negeri-negeri muslim baik terdekat maupun jauh, termasuk Indonesia, untuk menolong jeritan warga Allepo, Suriah, Palestina dari imperialisme Barat. Dari sisi lain, harus ada aktifitas terorganisir menolong orang-orang mukhlish di antara kaum Muslim untuk menegakkan daulah Khilafah Islamiyah yang mengadopsi perkara-perkara umat dan memelihara kepentingan-kepentingan rakyatnya baik Muslim maupun non Muslim dengan benar dan adil. [VM]

Posting Komentar untuk "Aleppo Menunggu Pembebasan Oleh Para Tentara Umat yang Tertahan di Barak-Barak"

close