Haji Hakiki : Tunduk dan Taat Kepada Allah Swt
Usai sudah puncak ibadah haji 1437 H di kota suci Mekah Al Mukarramah. Umat Muslim dari berbagai belahan dunia secara bertahap mulai kembali pulang ke negerinya masing-masing. Termasuk Indonesia, dengan jadwal pemulangan jamaah haji kloter pertama mulai 17 September. Mencoba mengingat kembali proses ibadah haji, dimana seluruh jamaah mengenakan pakaian yang sama, ihram. Tak ada lagi jabatan dan status sosial semua ditanggalkan. Semua sama sebagai hamba Allah. Ucapan Mereka pun sama, Labbaika Allahumma Labbaika, Labbaika La Syarika Laka Labbaika, Innal Hamda Wanni'mata Laka Wal Mulka, La Syarika Laka.
Meski berbeda warna kulit dan bahasa, Mereka bisa saling membantu dan berkomunikasi. Ada perasaan dan tujuan yang sama. Keimanan telah menyatukan mereka dalam sebuah kesempatan yang sama. Sayang, hal itu hanya bersifat sementara. Persaudaraan antar kaum Muslim (ukhuwah) hanya terjadi di tempat itu. Lepas dari sana, mereka kembali ke negerinya masing-masing dan tak lagi peduli dengan nasib saudara mereka di tempat lainnya. Semua itu terjadi karena banyak faktor, seperti adanya sekularisme dan nasionalisme di dunia islam. Sehingga Islam tidak dipahami sebagai ideologi atau pandangan hidup yang harus terwujud dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Selain itu, Paham nasionalisme telah memutus total hubungan ideologis antar berbagai bangsa yang sesungguhnya masih sesama umat Islam. Membuat umat Islam Indonesia merasa berbeda dengan umat Islam Arab, Turki, India dan lain-lain.
Makna Haji yang Hakiki
Pertama, ibadah haji membangkitkan kesadaran umat akan persatuan umat. Mereka yang beribadah Haji akan merasakan bahwa umat Islam sesungguhnya umat yang satu. Di sana jamaah haji akan menyaksikan berkumpulnya umat Islam di seluruh dunia untuk melakukan ibadah yang sama tanpa mempedulikan lagi batasan negara, perbedaan suku, warna kulit dan bangsa.
Kedua, ibadah haji membangkitkan perjuangan menentang penjajahan kaum kafir. Mereka yang beribadah haji dari berbagai negera akan saling bertukar informasi dan akhirnya akan dapat saling memahami bahwa mereka sebenarnya masih hidup dalam penjajahan.
Ketiga, ibadah haji meningkatkan ketundukan pada syariah . Sebab ketundukan pada syariah adalah bukti dari Haji Mabrur, yang menjadi harapan tertinggi yang diinginkan oleh setiap muslim beribadah haji. Haji Mabrur adalah haji yang berpengaruh pada orang yang menunaikannya sehingga mendorongnya untuk menaati Allah SWT semata. Tidak hanya persoalan ibadah yang bersifat pribadi tetapi terwujud dalam segala aspek kehidupan yang luas seperti dalam aspek ekonomi dan politik.
Keempat, ibadah haji meningkatkan kesadaran akan wajibnya mendirikan Khilafah. Sebab jamaah Haji akan melihat bahwa umat Islam telah berhasil dipecah belah menjadi 50 negara bangsa. Tetapi saat beribadah haji bisa dipersatukan melalui satu negara.
Kelima, ibadah haji meningkatkan semangat pengorbanan. Sebab mereka yang beribadah haji telah dilatih melakukan berbagai pengorbanan demi ketaatan kepada Allah SWT. Mereka harus menyisihkan ongkos yang tidak sedikit untuk haji, harus meninggalkan keluarga dan negerinya dalam jangka waktu yang lama, harus meninggalkan pekerjaannya, harus menempuh perjalanan jauh yang sangat melelahkan dan melaksanakan manasik haji yang juga menguras tenaga. Semua itu seharusnya menjadi pelajaran bagi yang berhaji. Semakin banyak berkorban, semakin berat resiko dan semakin banyak pahalanya. Rosulullah SAW bersabda : pahalamu sesuai dengan susah payahmu (HR. Muslim).
Semoga umat Muslim yang melaksanakan rukun Islam kelima ini, menjadi Haji Mabrur. Semakin tunduk dan patuh terhadap aturan Allah SWT. Dengan penuh kesadaran mau melaksanakan Islam secara kaffah dan memperjuangkan tegaknya Khilafah. [VM]
Pengirim : Rodlifatul Jannah (Pemilik Toko Herbal - Pasuruan)
Posting Komentar untuk "Haji Hakiki : Tunduk dan Taat Kepada Allah Swt"