Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ah, Ternyata Cuma Sandiwara…


Oleh : Taufik Setia Permana 
(pengamat politik)

Pilkada Jakarta kali ini seperti sinetron. Fenomena tidak satunya sikap di antara Megawati Soekarnoputri dengan sejumlah elit DPP. PDIP (Andreas Hugo Pareira, Ahmad Baskara dan Masinyon Purba), dituding sebagai sebuah sandiwara politik yang paling tidak enak untuk ditonton.

“Sandiwaranya sudah terbaca sebelum dimainkan. Ini jelas sebagai sebuah sandiwara politik yang paling tidak enak untuk ditonton, jika hitungan target politik jangka pendeknya seperti ini,” kata Juru Bicara Aspirasi Indonesia Petrus Selestinus SH, di Jakartan Jumat, seperti dikutip Halloapakabar.com, (26/8/2016).

Dirinya sangat menyayangkan sandiwara politik PDIP ini, karena skenario seperti ini sudah basi, norak dan salah hitung, karena Ahok sejak 2 (dua) bulan lalu sudah mengantongi dukungan 24 (dua puluh empat) kursi DPRD DKI Jakarta dari 3 (tiga) Partai Politik serta didukung oleh “Teman Ahok” sebagai representasi pemilih yang mendukung Ahok.

Selanjutnya adalah bicara survei, ada istilah klasik ‘Sesama Bus Kota Dilarang Mendahului. Ini sesuai dengan kritikan Denny JA sebagai pimpinan lembaga survei yang diarahkan pada hasil survei Saiful Mujani Research and Cunsulting (SMRC) yang dirilis, Kamis (20/10).

Hasil survei lembaga pimpinan Saiful Mujani yang dirilis dengan menempatkan pasangan Ahok-Djarot paling unggul diikuti pasangan Agus-Sylvi dan Anis –Sandiaga, menurut pimpinan Lembaga Survei Indonesia (LSI) Denny JA, ada yang aneh. Denny JA mengatakan, keanehan itu terdapat pada total responden dalam survei yang dirilis pada Kamis (10/10) tersebut karena lebih dari 100 persen. “Keanehan pertama survei SMRC (Saiful Mujani), jumlahnya total semuanya lebih dari 100 persen,” ujar Denny dalam akun twitter-nya, @DennyJA_World, Kamis (20/10/2016).

Bukan tanpa sebab Jokowi menghentikan Anis yang menjabat sebagai mendikbud. Yang saya baca kok kelihatannya agar Anis maju ke Pilgub 2017 yang nantinya akan bersaing dengan Ahok. Kita tidak lupa, pada pemilihan presiden 2014 Anis Baswedan pada saat itu menjadi tim sukses Jokowi-JK yang terpilih menjadi presiden. Reshuffle jilid II bisa dibilang sebuah hadiah yang diberikan Jokowi ke Anis. Bisa jadi di kubu Jokowi memiliki kartu truft di pihak Ahok dan Anis. 

Sekarang Ahok tersangkut kasus penistaan al Qur’an, lalu kubunya menuding kemana-mana untuk mengalihkan perkara, maka penulis sependapat dengan Ketua TPM Mahendradatta mempertanyakan analisa yang menyebut MUI telah 'menyerang' Gubenur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menyusul kedatangan Agus Harimurthi Yudhoyono ke MUI.  "Kenapa yang diserang cuma Ahok, Anis kan kompetitor juga, analisa naif," ujarnya lewat kicauan di Twitter, semalam. Mahendradatta juga setuju dengan meme yang menyebut MUI tidak memasuki wilayah politik. Justru Ahok yang mencampuri wilayah MUI. 

Kalau sudah begini, masyarakat merasa tidak mendapat manfaat yang semestinya dari politik demokrasi. Masyarakat juga merasa selama ini hanya diperalat, dijadikan obyek dan komoditas politik bahkan alat tawar demi mendapat “harga” (baca manfaat finansial) tinggi. Maka ketika ada kesempatan, sebagian masyarakat pun menjadikan suaranya yang ber-“harga” untuk mendapat manfaat. Siapa pun yang datang memberikan uang akan diterima, tanpa peduli siapa sebenarnya yang didukung. 

Inilah wajah pragmatisme juga membuat politisi dan parpol tuna identitas. Yang kemarin menjadi lawan, hari ini bisa menjadi kawan. Jika kemarin tampak berseteru, hari ini bisa dengan penuh senyum berangkulan dan bergandengan erat. Koalisi pun bisa dijalin dengan siapapun, tidak lagi memperhatikan visi dan ideologi, selama semuanya dipertemukan oleh manfaat bersama. [VM]

Posting Komentar untuk "Ah, Ternyata Cuma Sandiwara…"

close