Istiqomah di Jalan Perjuangan


Oleh : Mimin Syahidah 
(MHTI Bondowoso)

Sayidina Abu Bakar al-Shiddiq ra. suatu ketika sahabat yang paling kokoh keistiqamahannya ditanya oleh seseorang tentang istiqamah. Abu Bakar menjawab, ‘istiqamah adalah bahwa engkau tidak menyekutukan Allah terhadap sesuatu apapun. (Al-Jauziyah, tt: 331).

Mengenai hal ini, Ibnu Qayim Al-Jauzi mengomentari, bahwa Abu Bakar menggambarkan istiqamah dalam bentuk tauhidullah (mengesakan Allah swt.). Karena seseorang yang dapat istiqamah dalam pijakan tauhid, insyaAllah ia akan dapat istiqamah dalam segala hal di atas jalan yang lurus. Ia pun akan beristiqamah dalam segala aktivitas dan segala kondisi. (Al-Jauziyah, tt : 331)

Bagaiman dengan Sayidina Umar bin Khatab pernah mengatakan: Istiqamah adalah bahwa engkau senantiasa lurus (baca; konsisten) dalam melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan Allah, serta tidak menyimpang seperti menyimpangnya rubah. (Al-Jauziyah, tt : 331)

Perjalanan hidup manusia, untuk mencapai sebuah keberhasilan dan kesuksesan dibutuhkan proses panjang. Sebuah proses yang meniscayakan pengorbanan. Setiap sesuatu yang sepesial dan bernilai tinggi, pasti membutuhkan pengorbanan yang tinggi pula. Begitu juga dengan hidup kita. Demi cita-cita yang agung tentu melalui proses yang tak mudah. Berbagai cacian, hinaan, bahkan ancaman mewarnai setiap hari-hari para pejuang. Maka akan sangat aneh jika ada pejuang yang cari aman. Tidak mau susah-susah. Bukankah masalah itu untuk dihadapi bukan dihindari?

Semakin tinggi gunung yang didaki, semakin besar enerji yang harus dicurahkan. Cita-cita yang besar memang membutuhkan curahan tenaga, perhatian dan pastinya pengorbanan yang juga besar. Tanpa itu semua, keinginan menggapai kemuliaan hidup adalah mimpi di siang bolong. Ujian selalu menyapa setiap Mukmin yang berjuang, Allah SWT juga mengingatkan anak keturunan Adam as. akan rintangan dan tipudaya yang ditebarkan setan untuk menyesatkan mereka dari jalan-Nya. Tidak henti-hentinya iblis dan balatentaranya berusaha memalingkan setiap Muslim agar tidak berjuang atau tidak total dalam berdakwah.

Kenyataannya, tidak semua orang yang ber-’azam untuk meniti jalan dakwah memahami realitas ujian dari Allah dan godaan setan dalam kehidupan mereka. Mereka tidak menyadari kalau hidupnya belum total dikerahkan untuk memuliakan agama Allah dengan dakwah. Inilah tantangan sekaligus perangkap setan yang ditebarkan untuk menjerumuskan para pengemban dakwah sehingga mereka menjauh dari medan dakwah.

Untuk itu, perjuangan untuk misi mulia, tak cukup sekedar berleha-leha. Lidi misalnya, tulang daun kelapa yang sangat kecil itu. Ia akan dirasa memberi manfaat tatkala dikumpulkan dalam satu ikatan. Jika ia hanya sendiri, tentu tidak akan ada yang meliriknya. Lidi ini ibarat kaum muslimin. Apabila tercerai berai dan sibuk dengan urusan individu. Tak merasa terikat oleh akidah yang sama. Maka jadilah ia walaupun banyak tapi tak berarti apa-apa. 

Jalan dakwah tidak selamanya semerbak harum. Perjuangan yang dipancangkan tidak selamanya dilalui dengan kegembiraan. Sebabnya, Allah SWT ingin menjadikan ladang dakwah sebagai ujian bagi kaum Muslim. Allah SWT berfirman:

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, “Kami telah beriman,” sementara mereka tidak diuji lagi? (QS al-Ankabut [29]: 2).

Seperti saat ini, kaum muslim menyebar di seluruh dunia. Ketika saudaranya diserang, dengan berdalih itu urusan negaranya maka jadilah ia tak peduli. Membiarkannya, tanpa mengurusi. Sebagaimana firman Allah. "Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara." (QS Ali Imran:103).

Semula kaum musimin diikat oleh akidah yang sama. Namun, seiring dengan kemerosotan taraf berpikir, ikatan ini semakin pudar. Kemudian digantikan dengan ikatan lain, yaitu ikatan darah dan nasab. Akibatnya berkembang sentimen kesukuan dan kebangsaan. Jadi wajar jika Palestina, Suriah, dan negeri-negeri muslim lainnya menjadi bulan-bulanan para kafir penjajah. Karena negeri muslim yang lain merasa bukan urusannya. Dulu bangsa arab yang sedemikian jahilnya, keras wataknya, tapi bisa disatukan dengan islam. Dan saat ini keadaan umat tidak sekeras dulu, bukankah itu lebih memudahkan?

Untuk itu jangan pernah berhenti berjuang menyadarkan mereka, kaum muslim, untuk kembali bangkit. Bersatu dalam satu misi melanjutkan kehidupan islam. Walau orang2 kafir senantiasa menghalangi perjuangan ini. Sudah menjadi sunnatullah bahwa ujian itu pasti ada. Hal itu tidak boleh menyurutkan semangat.

Sebagaimana penyemangat yang pernah disampaikan oleh ustadz Ismail. "Pejuang sejati tidak selalu hadir pada orang yang cerdas. Tidak pula pada orang yang hebat. Namun mereka yang bertahanlah yang layak disebut pejuang sejati. Mereka akan belajar dan belajar dari setiap masalah yang dihadapi. Dan setiap momen yang dialami. Hingga suatu hari ia dapati dirinya telah berubah lebih sabar. Lebih ikhlas. Lebih berani." (Ustadz Ismail Yusanto)

Berbagai ujian yang tiada henti terus  mengiringi perjuangan ini. Tentu hal itu hanya akan mengokohkan tekad, meneguhkan iman, dan menambah keyakinan bahwa kemenangan itu semakin dekat. Jika ujian itu jumlahnya ada 15 dan kita sudah melalui berbagai ujian bertubi-tubi sebanyak 10 kali, bukankah ujian itu akan segera selesai? [VM]

Posting Komentar untuk "Istiqomah di Jalan Perjuangan"