Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kekerasan dalam Ulang Tahun : Plagiarisme Budaya yang Kebablasan


Oleh : Retno Esthi Utami 
(Pengasuh Sanggar Remaja Kediri)

Ulang tahun merupakan perayaan hari kelahiran seseorang. Di hari tersebut, seharusnya diwarnai dengan instropeksi diri, rasa syukur karena masih diberikan kesempatan satu tahun lagi untuk hidup. Namun apa yang terjadi akhir-akhir ini justru membuat kita terhenyak, miris akan perilaku anak-anak kita dalam merayakan hari ulang tahun tersebut. Siswi di SMK PAB 1 Patumbak, Deli Serdang, Medan menjadi korban perayaan ulang tahun dengan diikat pada sebuah tiang dan dilempari telur, tepung, air dan sebagainya.

Lain di Deli Serdang, lain pula di Serpong kota Tangerang. Senin (26/9/2016) dinihari, pesta ulang tahun itu malah berakhir dengan kematian tragis, Sandy alias Gepeng (23) tewas seketika lantaran tersetrum aliran listrik saat dikerjai temannya dengan cara diikat dan disiram di tiang lampu lapangan basket Bumi Serpong Damai (BSD). Teman-teman korban tidak menyadari akan adanya kabel yang terkelupas.

Dilansir dari palingbrilian kasus ulang tahun berdarah yang tidak terekspos ke media tidaklah sedikit. Tahun lalu, 5 siswi SD tewas tenggelam saat merayakan ulang tahun di Bendungan Tiyuh, Tulang Bawang Barat – Lampung (22/5/15). Sepulang sekolah, Vita bersama 7 temannya merayakan ulang tahun di bendungan. Vita yang diceploki telur ayam kemudian membalas melumuri teman-temannya hingga sama-sama kotor. Gustian, salah seorang temannya yang hendak membersihkan diri, malah terpeleset jatuh ke bagian air yang dalam. Femi, Yulianti, Nurtika dan Vita yang mencoba membantu malah tenggelam. Ketiga temannya yang tidak bisa berenang hanya bisa berteriak histeris dan memanggil bantuan warga. Warga yang datang mengevakuasi sudah terlambat, kelima siswi kelas V SDN 2 Agung Jaya sudah tewas. Kejadian yang sama terjadi pula setahun sebelumnya, di Pantai Slamaran, Pekalongan (22/3/14). Lain kasus yang terjadi pada Desy, siswi SMA Negeri 3 Tanjungbalai yang dicekoki narkoba dan diperkosa hingga tewas setelah menghadiri pesta uang tahun temannya (6/8/16).

Ketika kita men-search online mengenai asal mula tradisi perayaan ulang tahun ini, dapat kita ketahui bahwa tradisi perayaan ulang tahun sudah ada di Eropa sejak berabad-abad silam, bahkan jika kita membaca di beberapa website, perayaan ini sudah ada sejak zaman Firaun. Orang-orang pada zaman itu percaya, jika seseorang berulang tahun, setan-setan berduyun-duyun mendatanginya. Sehingga untuk melindunginya dari gangguan para makhluk jahat tersebut, keluarga dan kerabat pun diundang untuk menemani, sekaligus membacakan doa dan puji-pujian bagi yang berulang tahun.

Abu Sa'id Al-Khudri meriwayatkan, Rasulullah saw bersabda,"Kalian akan mengikuti sunnah-sunnah (tradisi) orang-orang sebelum kamu, sehasta demi sehasta, sedepa demi sedepa, bahkan walaupun mereka masuk lubang biawak, kalian pasti mengikuti mereka." Para sahabat bertanya, "(Yang dimaksud) adalah Yahudi dan Nasrani." Rasulullah saw menjawab, "Siapa lagi ?" (HR Bukhari, Muslim, Ibnu Majah dan Ahmad).

Hadist Rasulullah saw ini sangat tepat  untuk menggambarkan keadaan kaum muslimin, terutama remaja saat ini. Gaya hidup hedonisme, pergaulan bebas, tawuran, dll marak terjadi di kalangan remaja. Mengapa hal ini dapat terjadi? Arus sekulerisme serta liberalisme telah  masuk ditengah-tengah umat, sehingga pada diri remaja tidak nampak sosok remaja yang berkepribadian Islam. Remaja menjadi pembebek dan latah mengikuti life style yang bukan berasal dari Islam. Hal ini semakin diperparah oleh kelalaian peran negara sebagai filter masuknya paham asing ditengah-tengah umat muslim. Padahal, remaja adalah aset masa depan, penerus peradaban Islam. Jika para remaja rusak, maka bisa ditebak peradaban seperti apa nantinya yang akan terwujud.

Sosok remaja berkepribadian Islam, dibentuk melalui pendidikan di dalam keluarga, lingkungan masyarakat, serta pendidikan formal di sekolah. Saat ini, pengajaran agama yang diterima di sekolah hanya mencakup ibadah ritual saja serta materi dasar Islam, yang senantiasa diulang-ulangkan dari tahun ke tahun, tanpa mengkaitkan dengan aturan-aturan Islam yang sempurna di dalam seluruh aspek kehidupan. Ini adalah akibat penerapan sistem pendidikan sekuler. Hasilnya, individu-individu yang liberal, yang bebas menentukan apa yang mereka lakukan. Serta lahirlah generasi yang materialis dan hedonis serta mengagung-agungkan kebebasan berperilaku. Peran media tidak ketinggalan dalam mendukung lahirnya generasi ini.

Kasus tewasnya Sandy, serta beberapa korban yang lain, menjadi bukti bahwa hanya akan ada kerusakan jika tidak berpegang kepada Islam. Hanya akan ada kebobrokan di masyarakat jika terus menerus berkiblat kepada selain Islam. Kasus Sandy misalnya, meskipun awalnya hanya sekedar guyonan, tapi ternyata fatal akibatnya. Bercanda dalam pergaulan, seharusnya tidaklah sampai ke hal-hal yang membahayakan.

Lain halnya dengan Islam, yang memiliki solusi semua problematika manusia, termasuk yang menerpa Indonesia saat ini. Islam memiliki pengaturan yang berhubungan dengan akhlaq, perilaku, adab serta nilai moral yang didasarkan dari firman Allah dalam QS. Ali Imran, “Kamu adalah orang yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada  yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beiman kepada Allah.” Serta tujuan dari diutusnya Nabi Muhammad saw adalah untuk menyempurnakan akhlaq, terdapat didalam hadist riwayat Al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad no. 273, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik”. Didalam sistem Islam juga terdapat sistem hukuman yang sepadan, sehingga memberikan efek jera bagi mereka yang akan melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan ketentuan Islam. Dengan demikian, perilaku individu dan masyarakat akan terjaga, ketenangan hidup akan terwujud. [VM]

Posting Komentar untuk "Kekerasan dalam Ulang Tahun : Plagiarisme Budaya yang Kebablasan"

close