Sebuah Refleksi : Melawan Lewat Tulisan
Oleh : Nur Aini (Aktivis MHTI Kab. Kediri)
Penolakan umat terhadap pemimpin kafir, tuntutan umat agar tangkap Ahok, penista Al Quran semakin menyebar di berbagai tempat, tidak hanya di Jakarta. Namun berita aksi umat menyampaikan penolakan dan tuntutan tak satupun menghiasi media massa besar di Indonesia, terutama media massa sekular. Malah sebaliknya, media sekular terus mengumbar perilaku oknum muslim untuk semakin menjatuhkan Islam. Fakta penolakan pemimpin kafir dialihkan dengan tipuan perusakan taman. Aksi ribuan manusia sama sekali tak mendapat tempat, namun tindakan kriminal seorang muslim selalu diumbar, ledakan petasan diberitakan sebagai aksi terorisme yang dilekatkan dengan gerakan Islam.
Maka penulis katakan bahwa media terhadap sikap gerakan-gerakan Islam memiliki dua sikap: Pertama, memuji dan terus-terus menyorotinya. Kedua, melakukan perang pemikiran dan membuat berbagai tuduhan melalui media, sementara pada saat yang sama melakukan pemboikotan media dan tidak menyorotinya. Sementara fakta yang sesungguhnya bahwa sikap media-baik internasional maupun regional-terhadap gerakan Islam yang kritis adalah mencela dan membuat berbagai tuduhan, sementara pada saat yang sama tidak menyorotinya, bahkan lebih dari itu media justru melakukan pemutarbalikan fakta dan pendistorsian.
Jika kita tahu bahwa media-media, baik yang lahir di Barat maupun di negeri-negeri kaum Muslim memiliki tujuan yang sama, yaitu memoles citra pemikiran kapitalis, memperkokoh pilar-pilar negara-negara boneka Barat yang ada di dunia Islam ini, serta menyerukan agar ikut berpartisipasi bersama rezim-rezim boneka yang ada di negeri-negeri kaum Muslim, maka di sinilah penulis membuat gambaran tentang kebijakan media ini dan sikapnya terhadap partai idelogis yang berlawanan arus dengan pemikiran Barat, dan berusaha menggulingkan para anteknya di negeri-negeri kaum Muslim, serta berusaha mendirikan pemerintahan Islam, yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan Barat atau pemikirannya.
Tidak hanya fakta yang disembunyikan, pemikiran Islam pun tidak diberikan tempat. Seruan agar Islam diterapkan dicap sebagai ujaran kebencian, penggunaan istilah dalam Islam dianggap sebagai pelanggaran SARA. Memang itulah komitmen musuh-musuh Islam. Membungkam opini Islam, menyerang Islam, merusak pemikiran umat, menjauhkan umat dari kesadaran Islam dan menghalangi kembalinya khilafah Islam. Berbagai upaya dan makar akan terus dilakukan, namun keyakinan bahwa Allah sajalah sebaik-baik pembuat makar akan terus menancap kuat. Akan tetapi keyakinan saja tidak cukup. Harus ada langkah nyata untuk melawan media sekular. Dan salah satu langkah tersebut adalah dengan semakin menggencarkan penyebaran opini dan pemikiran Islam ke tengah umat melalui tulisan.
Melawan melalui tulisan adalah sebuah kesempatan yang sayang untuk dilewatkan. Tren masyarakat saat ini yang mulai gandrung dan senantiasa memantau informasi melalui media online juga media sosial adalah sebuah peluang. Peluang ini bisa dimanfaatkan, tentu dengan tulisan yang menyampaikan informasi yang layak untuk dipertanggungjawabkan. Tulisan yang membuat masyarakat semakin merindukan kehidupan yang diatur oleh Islam, tulisan yang semakin mendekatkan manusia pada tujuan penciptaan manusia, semata untuk beribadah kepada Allah SWT. Juga tulisan yang semakin menyadarkan bahwa kondisi saat ini harus diubah, aturan dan sistem yang saat ini menaungi manusia tak layak dipertahankan.
Bukan tidak mungkin dengan tulisan opini Islam dan kesadaran Islam akan semakin menguat dan menjadi nyata di tengah umat. Agar opini dan kesadaran Islam menjadi kekuatan nyata, maka tulisan yang disampaikan ke tengah umat adalah tulisan yang menyampaikan Islam sebagai ideologi, tulisan yang mengajak umat untuk senantiasa mengikuti dan menganalisa peristiwa politik sehingga membuat umat terbiasa berpikir politis. Dengan demikian, umat akan bisa menghadapi serangan media sekular yang tidak semata menjegal opini dan perjuangan Islam, namun juga terus menyerang umat melalui tulisan dalam rangka mengokohkan ideolagi kapitalisme dalam benak umat. Topeng pujian dan sanjungan keberhasilan kapitalisme memperbaiki negeri ini harus disingkap. Kelemahan dan batilnya kapitalisme harus ditunjukkan. Demokrasi yang diagungkan, liberalisme yang didewakan dan kebijakan neoliberal yang menjadi pijakan harus dibongkar kebusukannya. Serangan media sekular terhadap akidah dan syariat Islam serta khilafah harus diluruskan dengan memberikan pandangan yang benar menurut Islam. Ketika di satu sisi pemikiran Islam ideologis terus disampaikan dan serangan terhadap Islam dihadapi dengan benar, maka ini adalah dua hal beriringan yang bisa membuat opini dan kesadaran umat akan pentingnya penerapan Islam yang membutuhkan perjuangan juga akan semakin menguat.
Terakhir, menulis adalah salah satu aktivitas dari banyak aktivitas yang dilakukan dalam rangka mendakwahkan dan membumikan syariat Islam. Menulis tidak mengeleminasi kewajiban lain dalam dakwah, namun menjadi pendamping serta pelengkap dalam dakwah menyebarkan opini Islam. Menulis juga sebuah aktivitas yang akan dimintai pertanggungjawaban. Sebagaimana perkataan yang diucapkan, tulisan yang tertoreh juga akan menjadi ancaman bagi pelakunya ketika tidak mengamalkan, Allah mengingatkan : Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan. (QS. Ash Shaff [61] : 2-3). Semangat melawan lewat tulisan juga diimbangi dengan dakwah secara lisan, kontak langsung dengan umat melalui perkataan, serta senantiasa mengingat untuk menyelaraskan antara tulisan, ucapan dan perbuatan. Dengan begitu, tidak ada celah yang bisa dimanfaatkan oleh oleh para pembenci Islam untuk menjatuhkan, menghancurkan bahkan menghalangi tegaknya Islam di muka bumi. Dengan pertolongan Allah, perjuangan mengopinikan Islam akan membuahkan hasil dengan diterapkannya Islam secara menyeluruh dalam bingkai Khilafah. [VM]
Posting Komentar untuk "Sebuah Refleksi : Melawan Lewat Tulisan"