Isu Terorisme, Upaya Menghadang Kebangkitan Islam
Oleh : A. R. Zakarya
(Ketua Departemen Politik DPD HTI Jombang)
Sedikitnya 18 negara dari Asia timur, Eropa, dan Amerika hari ini berkumpul di Kota Surabaya dalam agenda East Asia Summit Regional Seminar for Capacity Building to Prevent and Counter Violent Extremism. Selama dua hari, para perwakilan 18 negara akan membahas segala persoalan mengenai terorisme. (international.sindonews.com, 5/12/2016).
Hingga saat ini isu terorisme masih saja menjadi perbincangan. Bahkan dunia dibuat sibuk untuk menanggulanginya. Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN, Duta Besar Jose Tavares mengatakan, “Dan ini harus dilakukan secara kolektif antar negara. Tidak bisa satu negara saja. Penting adanya keterlibatan banyak orang dengan latar belakang yang berbeda dalam upaya pencegahan dan pemberantasan terorisme serta ekstremisme dengan kekerasan,” jelasnya. (international.sindonews.com, 5/12/2016).
Tendensius!
Selama ini kasus terorisme senantiasa dikaitkan dengan islam. Pelaku diidentikkan berjenggot, bersorban, memiliki nama "alias" ke arab-araban, bahkan memakai simbol-simbol islam. Ini terbukti ketika seorang terduga teroris berinisial RPW ditangkap Tim Densus 88 Antiteror di Majalengka, Jawa Barat. Mereka mengumpulkan berbagai barang bukti diantaranya Bendera hitam berlafadz Laillahailallah, Buku berjudul Materi Dasar Islam dan Kitab Gundul. (detik.com, 23/11/2016). Bahkan beberapa waktu lalu densus 88 benar-benar melewati batas yakni menjadikan Al Quran sebagai salah satu barang bukti tindakan terorisme. Padahal apa hubungannya itu semua dengan tindakan terorisme? Hal ini menyiratkan seolah barang bukti tadi adalah barang-barang yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan terorisme. Sedangkan tindakan separatis di papua dan pembakaran masjid di tolikara tidak disebut sebagai tindakan terorisme, padahal bukti-bukti telah didapat dengan jelas. Sungguh sangat tendensius!
Ketakutan Barat akan Kebangkitan Islam
Islam adalah sebuah ideologi, dan barat memahami hal ini. Tanda-tanda bangkitnya ideologi islam sangat dirasakan oleh barat. Seruan-seruan tegaknya Khilafah yang kian meluas, lengsernya tirani-tirani zalim di negeri arab, besarnya keinginan umat akan penerapan syariah, berkembangnya populasi muslim di negara-negara barat, dan masih banyak tanda-tanda yang lain menunjukkan bagaimana konsistennya perkembangan kebangkitan umat.
Ketua Dewan Duma (Parlemen Rusia), Mikael Boreyev, pernah menegaskan bahwa “dunia kini sedang menuju penyatuan menjadi lima negara besar; Rusia, Cina, Khilafah Islamiah dan Konfederasi yang mencakup Amerika”. Mikael Boreyev menambahkan, “dan ditambah satu lagi, yaitu India, apabila ia sukses melepaskan diri dari kekuatan Islam yang amat kuat yang mengepungnya”.
Majalah the Economist edisi tahun 1996 meramalkan bahwa pada abad ke 21, akan ada dua kekuatan ekonomi raksasa yang muncul. Yang pertama adalah China dan dan yang satunya lagi adalah Kekhalifahan.
Henry Kissinger, Asisten Presiden AS untuk urusan Keamanan Nasional 1969-1975, di bulan November 2004 di Koran Hindustan Times. Dia mengatakan: “…apa yang dinamakan terorisme di Amerika, tapi sebenarnya adalah kebangkitan Islam radikal terhadap dunia sekular, dan terhadap dunia yang demokratis, atas nama pendirian kembali semacam Kekhalifahan.”
Sebuah laporan dari CIA memprediksi bahwa menjelang tahun 2020 sebuah “Kekhalifahan Baru” akan didirikan. Laporan setebal 123-halaman itu bertajuk “Pemetaan Masa Depan Global” dimaksudkan untuk mempersiapkan pemerintahan Bush untuk tantangan-tantangan masa depan, dan dipresentasikan kepada Presiden Amerika, para anggota Konggres, Kabinet dan para pejabat penting yang membuat keputusan.
Pada tanggal 5 Oktober 2005, Menteri Dalam Negeri Inggris, Charles Clarke menyampaikan pidato tentang Perang Melawan Terorisme di The Heritage Foundation (sebuah pusat kajian neo konservatif di Washington DC ). Dimana dia menyatakan:“Apa yang mendorong orang-orang itu adalah ide-ide. Dan berbeda dengan gerakan kebebasan di era pasca Perang Dunia II di banyak belahan dunia, ide-ide itu bukanlah untuk menggapai ide-ide politik seperti kemerdekaan nasional dari penjajahan, atau persamaan bagi semua penduduk tanpa membedakan suku dan keyakinan, atau kebebasan berekspresi tanpa tekanan totaliter. Ambisi-ambisi itu adalah, paling tidak secara prinsip, bisa dirundingkan dan dalam banyak hal telah dimusyawarahkan. Namun, tidak ada perundingan bagi pendirian kembali Khilafah; tidak ada perundingan bagi penerapan Hukum Syariah; dan tidak ada perundingan tentang penindasan atas persamaan antara laki-laki dan perempuan; tidak ada perundingan untuk mengakhiri kebebasan berbicara. Nilai-nilai itu adalah sangat fundamental bagi peradaban kami dan tidak dimungkinkan adanya perundingan.”
Dalam pidato George W. Bush di awal bulan November 2005 menyatakan bahwa kaum militant sedang berusaha untuk mendirikan sebuah“kekaisaran Islam radikal”.Dia lalu menambahkan bahwa: “Ide membunuh dari kaum Islam radikal adalahtantangan yang besar di abad baru kita. Sama seperti ideologi komunisme, musuh kita yang baru ini mengajarkan bahwa individu yang tidak berdosa bisa dikorbankan untuk bisa menjalani visi politik.”“Kaum militan percaya bahwa mereka dapat menyatukan kaum muslimin dengancara menguasai Negara, sehingga dengan cara itu mereka menumbangkan semua pemerintahan moderat di wilayah dan mendirikan sebuah kekaisaran Islam yang membentang dari Spanyol hingga Indonesia.”
PM Inggris, Tony Blair, pada pidato di depan Konferensi Partai Buruh dia menyatakan: “Apa yang sedang kita lawan adalah ideologi setan…Mereka menuntut penghancuran Israel; penarikan mundur semua orang Barat dari Negara-negara Islam, dengan mengabaikan kemauan rakyat dan pemerintahnya; pendirian Negara-negara semacam Taliban dan hukum Syariah di dunia Arab dan berujung yang sama pada kekhalifahan untuk semua Negara-negara Muslim.”
Kesadaran mereka akan potensi kembalinya kebangkitan islam dengan tegaknya Daulah Khilafah Islamiyah ini menjadikan ketakutan terbesar dalam diri mereka. Mereka menyadari pula bahwa tegaknya Khilafah akan mencabut eksistensi mereka hingga ke akar-akarnya. Dari sinilah muncul berbagai macam cara untuk menghalangi bangkitnya islam dan kaum muslimin, termasuk isu "War On Terorism" atau perang melawan terorisme yang sesungguhnya adalah "War On Islam" atau perang melawan islam.
Sadarlah Wahai Umat Islam!
Kita telah mengetahui bagaimana pernyataan-pernyataan barat yang meyakini akan Kebangkitan Islam melalui terwujudnya sebuah institusi besar pemersatu umat di seluruh dunia, yakni tegaknya Daulah Khilafah Islamiyah. Kita pun telah melihat dengan jelas bagaimana upaya-upaya mereka dalam menghadang kebangkitan islam melalui berbagai macam cara, termasuk isu terorisme yang sejatinya digunakan untuk mencitra burukkan islam. Seharusnya hal ini pun menyadarkan kita bahwa masa depan ada di tangan islam. Kita pun wajib mengawal kebangkitan ini hingga Daulah Khilafah tegak. Serta jangan sampai kita "termakan" isu-isu yang negatif terhadap islam.
Ingatlah bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, “Di tengah-tengah kalian terdapat masa kenabian yang berlangsung selama Allah menghendakinya. Lalu Dia mengangkat masa itu ketika Dia berkehendak untuk mengangkatnya.Kemudian akan ada masaKekhilafahan yang mengikuti yang mengikuti manhaj kenabian yang berlangsung selama Allah menghendakinya. Lalu Dia mengangkat masa itu selama Dia berkehendak mengangkatnya.Kemudian akan ada kekuasaan yang zalim yang berlangsung selama Allah menghendakinya. Lalu Dia mengangkat masa itu selama Dia berkehendak mengangkatnya.Kemudian akan ada kekuasaan diktator yang menyengsarakan yang berlangsung selama Allah menghendakinya. Lalu Dia mengangkat masa itu selama Dia berkehendak mengangkatnya.Kemudian akan ada kekuasaan.Kemudian akan muncul kembali Kekhilafahan yang mengikuti manhaj kenabian. Setelah itu beliau diam.” [HR. Ahmad]
Jika mereka yakin, lalu bagaimana mungkin kita tak meyakini kebangkitan kita sendiri? [VM]
Posting Komentar untuk "Isu Terorisme, Upaya Menghadang Kebangkitan Islam"