Lonjakan ‘Tahu Bulat’ di Malam Tahun Baru
Oleh : R. E. Febrianti, A.Md
(Aktivis Bhakti DKM Unpad)
Tahu bulat, digoreng dadakan, di mobil lima ratusan haaaloo...
Siapa yang tak kenal dengan jingle tersebut? Jingle tahu bulat kini sudah sangat akrab di telinga kita. Makanannya sangat memasyarakat. Enak,cepat saji, haneut dan pastinya murah.
Barangkali tepat, jika tahu bulat ini kita analogikan dengan fenomena meningkatnya angka sex bebas di malam tahun baru. Siapa yang tak mau? Enak, cepat saji, dadakan, dan pastinya murah. Hanya bermodalkan rayuan gombal, malam tahun baruan dengan pacar berlanjut jadi pesta ‘besar’.
Seperti yang dikatakan oleh salah seorang pegiat di P2TP2A Kota Sukabumi, bahwa: “banyak pengaduan berasal dari orang tua yang anaknya ditiduri di malam tahun Baru dan hari valentine”. Hal ini berkorelasi dengan adanya peningkatan penjualan kondom dan pil KB di malam tahun baru yang mayoritas pembelinya adalah remaja usia belasan tahun.
Hati orang tua mana yang tak miris, saat anak gadisnya tidak perawan lagi? Bak tahu bulat, enak, angetnya dadakandan tentunya sangat murah –tepatnya murahan-. Hanya dalam satu malam saja, sebuah keperawanan hilang ditangan seorang lelaki yang belum tentu jadi suaminya. Na’udzu billahi min dzalik.
Itulah potret kaum kehidupan remaja saat ini. Sebagai Muslim yang beriman, kita hendaknya memperhatikan hadits Rasululloh: “Jika zina dan riba sudah menyebar di suatu kampung maka sesungguhnya mereka telah menghalalkan azab Allah atas diri mereka sendiri” (HR al-Hakim, al-Baihaqi dan ath-Thabrani).
Fenomena ini tak cukup hanya dengan mengucap istighfar dan mengurut dada. Karena hal ini bukan hanya masalah individu, tapi sudah menyangkut masalah umat manusia. Tidakkah kita merenungi bencana alam belakangan ini? Belum kering air mata saudara kita di Piddie Aceh, sudah disusul oleh raungan Saudara di Bima yang ikut menanggis karena banjir yang melanda. Recovery mereka saja belum usai, saudara lainnya malah ‘mengundang’ azab Allah dengan berzina di malam tahun baru. Astaghfirullohal adziim.
Jika kita perhatikan, banyak ditemui para gadis yang ingin eksis di malam tahun baru. Mereka berdandan bak selebritis hollywood. Rok mini, baju you can see, dan segala atribut yang menampakan aurat lainnya dikenakan demi show off di mata para lelaki. Bak ikan menghampiri kucing. Siapa yang menolak?
Inilah serangan budaya liberal. Begitu kuat. Seiring dengan derasnya arus informasi tanpa filtrasi, generasi muda dengan sangat mudah mengadopsi. Inilah perang gaya baru, soft and smooth. Tanpa angkat senjata, para musuh sudah bisa genosida. Negara mana yang akan jaya dengan generasi tahu bulat sebagai penerusnya? Visi Indonesia menjadi negara maju di tahun 2020 nampaknya akan sebatas angan-angan saja. Kasus Bupati Katingan, Kalimantan Tengah yang kepergok sedang zina dengan istri polisi, sudah cukup menjadi tamparan keras dan contoh kualitas pemimpin produksi generasi ‘tahu bulat’. Tidakkah kita merindukan pemimpin yang adil dan tegas seperti Umar bin Khattab? Atau yang muda, cerdas, kuat serta bersahaja seperti Muhammad Al-Fatih? Pemimpin-pemimpin tersebut tentunya bukan hasil dari generasi ‘tahu bulat’ seperti sekarang ini. Para pemimpin yang qualified, tentu lahir dari peradaban yang qualified juga. Sudah tidak diragukan, Khilafah Islamiyah sebagai sistem negara yang terbukti selama 1300 tahun melahirkan para generasi yang cerdas dan berkualitas, yang juga memproduksi pemimpin yang amanah, tegas dan adil. [VM]
Posting Komentar untuk "Lonjakan ‘Tahu Bulat’ di Malam Tahun Baru"