Save Indonesia From Neo-Imperialism
Oleh : Umar Syarifudin
(Dir. Pusat Kajian Data dan Analisis)
Saat ini Indonesia didiami lebih dari 250 juta penduduk. Negeri ini telah menyaksikan kenangan sejarah lepas dari imperialisme klasik. Kegagalan pemerintah dan korupsi membuat banyak kalangan menjadi pesimis akan terjadinya perubahan yang positif bagi Indonesia. Padahal Indonesia sebenarnya menduduki tambang minyak, emas, aneka ragam kekayaan hayati dan non hayati lainnya.
Rezim Barat memahami benar hal ini sehingga para pembuat kebijakan Amerika selalu memonitor perubahan yang terjadi di Indonesia karena mereka mengkhawatirkan bahwa Indonesia memiliki potensi untuk bangkit. Kalangan intelektual Amerika pun melihat bahwa Indonesia lebih mencintai Islam, dan kini bergerak ke arah melepas sistem sekuler. Karena itu, kita harus memahami bahwa ia memiliki potensi untuk mengubah diri kita sendiri.
Adalah “Pentagon Papers Eisenhower Administration” (1953). Entah bocor atau sengaja dilepaskan, tetapi sesuai UU Amerika memang setiap 30-an tahun, peristiwa yang dinilai ‘top secret’ pun wajib dibuka ke ranah publik. Hal inilah yang kini tersebar. Bahwa dokumen dimaksud mengungkap pertemuan Presiden AS, Eisenhower dengan para Gubernur Amerika. Dalam rapat tersebut Eisenhower memberi pernyataan dan tercatat:
“You dont know, really, why we are so concered with the far off southeast corner in Asia. ... So, when The United State vote $400 million to help that war, we are not voting for a giveaway program. We are voting for the cheapest way that we can to prevent occurence of something that would be of the most terrible significance for The Unites State of America. Our security, our power and ability to get certaint thing we need from the riches of the Indonesia territory, and from Southest Asia”
Dokumen yang dulu top secret kini telah berubah menjadi surat terbuka sesuai masa berlakunya. Intinya AS ingin memastikan kekayaan alam Indonesia dapat dimanfaatkan untuk kepentingan Amerika.
Statement Richard Nixon, Presiden AS tahun 1969-1974 yang dicuplik oleh Charlie Illingworth, penulis Amerika. Illingworth menulis:
“Presiden AS Richard Nixon (1969-1974) menginginkan kekayaan alam Indonesia diperas sampai kering. Indonesia, ibarat sebuah real estate terbesar di dunia, tak boleh jatuh ke tangan Uni Soviet atau Cina.”
Epicentrum geopolitik di Era Asia Pasifik pastilah Indonesia, negeri kaya namun rakyatnya banyak yang terlunta-lunta. Ini perlu dipahami bersama, sebab itulah yang sekarang tengah berproses masif, sistematis dan konsepsional - strategis di kalangan adidaya terkait perpindahan epicentrum geopolitik global. Indonesia telah dan akan dijadikan area atau ajang pertarungan bersama oleh kaum adidaya dunia baik kini maupun kedepan menggantikan posisi Heartland. Amerika tidak hanya mencukupkan diri menggempur Indonesia secara ekonomi dan politik, tapi juga masuk ke ranah budaya dan gaya hidup.
Untuk melaksanakan konsepsi Neoliberalisme, Amerika Serikat dan sekutu-sekutu baratnya, mereka membentuk Sebuah Tata Dunia Baru dengan menempatkan AS sebagai Polisi Dunia. Tujuannya:
- Memaksakan proses demokratisasi dengan paham liberalisme-kapitalisme sebagai ideologi politik di berbagai negara berkembang, termasuk Indonesia.
- Memaksakan proses liberalisasi di segala bidang kehidupan.
- Menguasai secara paksa sumber-sumber ekonomi yang potensial, yang memiliki sumberdaya alam dan sumber hayati yang berlimpah ruah, melalui berbagai peraturan perundang-undangan yang menguntungkan kepentingan asing.
Untuk mendukung tujuan-tujuan kaum Neolib tersebut, maka mereka menempuh strategi sebagai berikut:
- Memaksakan perubahan perundang-undangan yang menjadi sasarannya di Indonesia.
- Mencampuri serta menciptakan berbagai konflik yang terjadi di suatu negara dan di Indonesia khususnya melalui invisible hands alias tangan-tangan tersembunyi.
- Mempengaruhi pola pikir dengan melakukan brainwashing kepada para intelektual yang siap menjadi agen-agen dan kaki tangan mereka.
Dengan semakin meningkatnya eksistensi militer Amerika Serikat ke kawasan Asia, pasti menimbulkan masalah baru di negara-negara Asia Pasifik. Tentu Amerika Serikat nampaknya akan melakukan politik pembendungan terhadap munculnya kekuatan Islam di Asia Pasifik dan ancaman Cina.
Memang, tidak bisa dipungkiri, Islam sebagai ideologi secara nyata bertentangan dengan ideologi kapitalisme yang diusung oleh AS. Setelah komunisme runtuh, satu-satunya musuh ideologis AS di Indonesia adalah Islam. Islam ideologis inilah yang oleh Barat sering disebut dengan fundamentalis, radikal, dan militan; dengan ciri-ciri utamanya adalah menolak sistem kapitalisme dan ingin menegakkan syariat Islam secara menyeluruh dalam sebuah negara.
Untuk itu AS melalui antek-anteknya melakukan beberapa langkah. mengesahkan berbagai undang-undang termasuk undang-undang anti-teror yang kejam yang ditujukan kepada Muslim dengan maksud membungkam suara penentangan atas kebijakan luar negeri Barat dan melaksanakan kebijakan kontra-terorisme yang menganggu masyarakat Muslim. Tujuannya adalah membungkam suara tidak setuju atas kebijakan luar negeri Barat dan dukungan umat Islam atas pelaksanaan syariah yang membuat pemerintahan di Barat gerah. Tujuan keseluruhannya adalah mencegah munculnya kembali Kekhilafahan Islam ideologis yang akan menantang hegemoni negara-negara kapitalis Barat atas sumberdaya dunia dan urusan global.
Satu hal, Umat Islam telah menyaksikan realitas kemunafikan dan pengabaian terhadap keadilan dan kehidupan manusia secara terang-terangan yang telah dipertontonkan negara-negara demokratis kepada dunia melalui kebijakan luar negeri kolonial mereka yang brutal. Karenanya, banyak yang kemudian menolak nilai-nilai sekular dan kembali pada Islam dan syariah sebagai pandangan hidup yang membentuk kehidupan individu dan keluarganya sampai negaranya. Kebohongan yang terus-menerus telah disebarkan oleh Rezim neolib dan media liberal terhadap umat Islam, syariah dan Khilafah telah menyebabkan sebagian muslim dan non-muslim membenci Islam atau takut untuk terlibat dalam diskusi dengan para aktivis dakwah yang menyampaikan dakwah Islam dan Khilafah. Banyak yang sangat khawatir tentang pembentukan sistem Islam di Dunia Islam, meyakini bahwa sistem itu akan menjadi negara polisi yang diktatorial yang akan salah memperlakukan rakyatnya.
Dengan melemahnya AS, sebetulnya merupakan kesempatan bagi umat Muslim di dunia untuk membebaskan dirinya dari neo-imperialisme. Inilah waktu bagi umat untuk meraih kembali haknya dalam memutuskan nasibnya sendiri dan mengganti sistem yang selalu bergantung kepada AS, dan di saat AS saat ini masih terlalu sibuk dalam mengurusi dirinya sendiri, apalagi masih harus melindungi boneka-bonekanya di luar negeri. Kalau tidak sekarang, lalu kapan? [VM]
Posting Komentar untuk "Save Indonesia From Neo-Imperialism"