Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hijab Metal Buah dari Sekulerisme

DJ Bercadar
Setelah viral video DJ bercadar beberapa waktu yang lalu, publik kembali di kejutkan dengan kiprah 3 gadis asal Garut yang tergabung dalam grup band metal Voice Of Baceport. Grup band yang memiliki personil Firdda Kurnia (vokal, gitar), Widi Rahmawati (bass), dan Euis Siti Aisyah (drum) adalah para remaja putri yang masih berstatus pelajar di SMK Insan Mandiri Kabupaten Garut. Mereka mendadak viral karena kepiawaian mereka dalam memainkan musik beraliran hip metal funky dengan penampilan mereka memakai hijab. Tidak hanya media nasional yang menyoroti kiprah mereka, namun sejumlah media internasional juga menyorot aksi mereka. 

"Ada media dari Timur Tengah, Belanda dan media ternama lainnya yang wawancara kami," kata seorang personel VOB, Firdda Kurnia di Garut, Jumat (2/6).. (www.republika.co.id)

Media internasional tetarik dengan mereka bukan hanya karena kepiawaian mereka memainkan musik yang identik dimainkan oleh laki-laki, tetapi juga karena keyakinan dan penampilan mereka yang memakai hijab dianggap sebagai kemajuan di tengah-tengah keberadaan perempuan muslimah. 

Fenomena DJ bercadar maupun munculnya grup band Hijab Metal adalah gambaran bahwa remaja muslimah mengalami degradasi moral. Atas nama kebebasan berekspresi mereka melakukan apa yang mereka kehendaki tanpa melihat batasan syariat Islam. Tak ayal jika hijab yang mereka kenakan bukan lagi dianggap sebagai pakaian takwa yang mengantarkan kepada ketaatan, namun hijab dianggap sama sebagaimana pakaian biasa tanpa harus membatasi untuk bebas berekspresi di depan publik. Munculnya ide kebebasan di tengah-tengah pemuda muslim adalah bentuk serangan pemikiran dari barat dan buah dari sekulerisme yang memisahkan agama dari kehidupan. Sekulerisme menuntut pemuda muslim untuk melakukan sesuatu tanpa melihat halal haram, sehingga mereka bebas berekspresi tanpa harus terikat dengan aturan agama.

Barat menganggap bahwa hijab adalah bentuk penindasan dan pengekangan terhadap muslimah, sehingga muslimah tidak bebas mengekspresikan dirinya di depan publik. Hal ini direspon oleh sebagian muslimah dengan cara mereka menunjukkan dirinya bahwa dengan hijab mereka masih bisa bebas berkarya. Fenomena ini adalah bentuk-bentuk serangan ide kufur yang menjerumuskan muslimah agar keluar dari koridor syariat. Akibatnya maka munculah trend hijab dengan menunjukkan kecantikan, kepiawaian, dan keindahan wanita sebagai bentuk mengekspresikan dirinya. 

Minimnya tsaqofah Islam dalam diri pemuda muslim juga menyebabkan mereka tidak memahami bagaimana berhijab sesuai dengan syariat. Dangkalnya pemahaman mereka tentang Islam membuat mereka memahami bahwa perintah dari Al-kholik diambil secara garis besar saja dan tidak menyeluruh. Sebagaimana gambaran aturan hijab bagi seorang wanita dipahami sebagai penutup aurat saja, tanpa memperhatikan juga bahwa ada aturan lain yang mengatur interaksi laki-laki dan wanita sebagai hal yang bersinggungan dengan aturan hijab. Alhasil remaja muslim menganggap bahwa tampilnya mereka di depan publik yang bercampur baur dengan laki-laki dan perempuan  bukanlah sesuatu keharaman seperti menyanyi, berjoget, dan tampil dalam konser. Padahal hal ini adalah bentuk-bentuk kebebasan ekspresi yang bertentangan dengan Islam. Inilah yang diinginkan oleh barat untuk menghancurkan pemuda-pemuda muslim adalah dengan cara menjauhkan mereka dengan pemahaman Islam yang menyeluruh. Hal ini sangat berbahaya bagi remaja muslim karena akan menjerumuskan serta menjauhkan mereka dari kemuliaan.

Sesungguhnya dengan Islam pemuda muslim akan mulia. Islam memiliki aturan yang jelas untuk mengatur laki-laki dan perempuan tanpa harus mematikan potensi mereka. Islam tidak melarang laki-laki dan perempuan untuk berkarya, hanya saja Islam mengaturnya dengan rinci. Semua itu adalah untuk memuliakan mereka, sebagaimana aturan hijab, larangan untuk tampil di forum yang bisa menimbulkan ikhtilat/campur baur seperti dalam konser menyanyi dan sebagainya adalah bentuk untuk memuliakan mereka. 

Hijab bagi seorang muslimah adalah pakaian takwa sebagai ketundukan dirinya terhadap aturan dari sang Pencipta. Ketakwaan inilah yang akan menuntun dirinya untuk berkarya sesuai dengan syariat Islam. Islam tidak melarang seorang muslimah untuk berkekspresi di bidang ilmu dan berinovasi dengan metode-metodenya. Islam juga membolehkan wanita untuk keluar ke ranah publik untuk melakukan aktifitas amar makruf nahi munkar serta berdakwah keluar rumah. Hanya saja Islam mengaturnya dengan ketentuan syariah untuk menjaga kehormatan muslimah. Dengan demikian maka sangat perlu bagi muslim dan muslimah untuk memahami Islam secara penuh sebagai benteng dari serangan pemikiran dari barat. [VM]

Penulis : Triana Nur Fausi

Posting Komentar untuk "Hijab Metal Buah dari Sekulerisme"

close