Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Konsentrasi Massa (Titi Kolo Owahing Mongso)


“I do not admit that the dog in the manger (a reference to the Palestinian people) has the final right to the manger, even though he may have lain there for a very long time.” (Winston Churchill)

Di bawah pendudukan, setiap hari, pria, wanita dan anak-anak Palestina dipermalukan oleh pasukan Israel sementara para penguasa Muslim melihatnya. Dan ribuan warga Palestina telah berdemonstrasi menentang pengakuan Presiden AS Donald Trump atas Yerusalem sebagai ibukota Israel, beberapa demonstran meninggal terkena peluru tentara Israel. Aksi demonstrasi juga terjadi di seluruh dunia Arab dan dunia muslim lainnya, termasuk Indonesia, jutaan warga turun ke jalan menyampaikan solidaritas terhadap Palestina dan kemarahan atas kebijakan AS.

Masyarakat menuntut agar pemerintah mereka menanggapi keputusan AS yang menyenangkan Israel ini. Respon yang akrab terlihat rezim dunia muslim, termasuk Turki dan Arab mengeluarkan serentetan keputusan yang sama menolak Trump, anehnya tidak memutus hubungan diplomatik, perdagangan dan militer yang ada dengan AS dan Israel. Rezim dunia muslim juga telah menghasilkan poin-poin seruan di 'KTT luarbiasa OKI', seolah telah mencapai sesuatu.

Berbagai negara memanfaatkan peristiwa besar ini untuk memberi tekanan pada AS dan Israel untuk kembali ke meja perundingan, namun umat Islam tidak boleh tertipu oleh hal ini. Kita memahami bahwa tidak ada negosiasi terhadap tanah Palestina untuk diserahkan kepada penjajah. Kita juga memahami, setelah beberapa dekade perang, pertumpahan darah dan kesepakatan 'perdamaian' telah gagal, banyak negara yang percaya bahwa solusi dua negara, yaitu Palestina dan Israel berdiri berdampingan. Meskipun ini terlihat masuk akal, namun akan memperburuk konflik. 

Solusi dua negara yang didukung oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, dipromosikan oleh Amerika dan sekarang Inggris, yang diadopsi oleh Otoritas Palestina, untuk menetapkan sebuah perbatasan tetap antara entitas Palestina dan entitas Yahudi. Pendudukan Zionis di Palestina, dan pendukung Baratnya Amerika dan Inggris, hal itu kita lihat sebagai proyek kolonial. Apalagi alat yang paling sering digunakan AS untuk membela kejahatan entitas Zionis, adalah tubuh yang sering diharapkan masyarakat dunia untuk memberikan solusinya, yaitu Perserikatan Bangsa-Bangsa. 

Setiap pengamat yang cerdas akan mengatakan bahwa 'kesepakatan' 2 negara semacam itu seharusnya tidak dapat diterima oleh warga Palestina. Kaum muslim mengingat, sekitar 750.000 orang Palestina diusir dari tanah mereka pada tahun 1948 dan tersebar di seluruh kamp-kamp pengungsi di Tepi Barat yang diduduki, di Jalur Gaza, dan negara-negara tetangga Palestina. Kini, lebih dari lima juta pengungsi Palestina diperkirakan masih mengungsi. Dan puluhan tahun negara kaum muslim Palestina telah mengalami perlakuan yang tidak manusiawi, Israel telah melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan dan terus melakukannya secara terbuka, tanpa tantangan dari dunia barat – dan tantangan yang sangat hebat dari penguasa dunia Muslim.

Pendudukan Israel di Palestina adalah pendudukan militer terpanjang dalam sejarah modern. Orang-orang Palestina menjadi pengungsi di tanah mereka sendiri pasca terbentuknya Israel. Warga Gaza sendiri telah menjadi korban kekejaman yang luarbiasa banyak di tanah mereka sendiri oleh Israel. Gaza tetap menjadi salah satu tempat terpadat di Bumi dengan total luas 365 km², dengan populasi di atas 1,7 juta dan 8 kamp pengungsian yang masih dalam kemiskinan. Perekonomiannya macet, tingkat pengangguran tinggi serta setengah dari anak-anaknya kekurangan gizi dan warga yang sakit kesulitan mengakses perawatan medis yang memadai. 

Dalam sistem neo-apartheid Israel saat ini, sebuah pemerintahan yang dibangun berdasarkan konsep kewarganegaraan dengan memandang etnisitas maupun kepercayaan. Ratusan juta orang saat ini, menentang status quo dan model solusi yang cacat. Palestina membutuhkan pembebasan dari puluhan tahun hidup di bawah tirani dan penindasan. Sebelum era penindasan saat ini, warga Yahudi, Muslim dan Kristen hidup dalam keamanan di bawah pemerintahan Islam selama hampir empat belas abad terakhir di Palestina, termasuk di bawah kekhalifahan Utsmani. [vm]

Penulis : Umar Syarifudin (Pengamat Politik Internasional)

Posting Komentar untuk "Konsentrasi Massa (Titi Kolo Owahing Mongso)"

close