Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Terkoyaknya Fitrah Ibu


Fitrah ibu diciptakan penuh dengan kelembutan dan kasih sayang yang tidak bisa tergantikan. Ternyata di jaman sekarang banyak masalah yang menimpa kaum ibu sehingga menyebabkan hilang naluri keibuannya.  Padahal sebuas-buas harimau tidak akan membunuh anaknya. Sosok ibu yang perilakunya lebih buruk dari binantang karena jauh dari pemahaman Islam kaffah. Saat ini manusia jauh dari aturan Sang Pencipta manusia, lebih senang menggunakan aturan sekuler. Agama hanya dianggap sebagai ibadah ritual saja,sedangkan aturan kehidupan menggunakan aturan yang lain. Hal inilah yang menjadikan kaum ibu sampai keluar dari fitrahnya. Kasus yang menimpa ibu muda asal Jombang yang ajak 3 anaknya bunuh diri dengan menenggak racun serangga  (TribunNews, 16/01/2018) Bagaimana mungkin seorang ibu yang  mengandung, melahirkan, menyusui, merawat ketiga anaknya yang masih berusia 7 tahun, 4 tahun, dan yang paling kecil 4 bulan berubah 180 derajat menjadi seorang pembunuh. Guncangan hebat pemahaman hidupnya akibat ketakutan luar biasa untuk menanggung biaya hidup ketiga anaknya. Disaat semua serba mahal seperti sembako, listrik dan sebagainya. Akibatnya jalan pintas yang ditempuh dengan mengakhiri hidup anak-anaknya karena merasa ditelantarkan suaminya. Padahal ibu muda tersebut sejak kecil sudah terbiasa hidup susah lantaran ditinggal ibunya menjadi TKW di Timur Tengah. Begitu pun juga marak kasus pembuangan bayi akibat hubungan gelap akibat perselingkuhan, perzinahan atau tidak ada kesiapan mental menjadi seorang ibu. (SuryaMalang/TribunNews,16/01/2018) memberitakan kronologi pembuangan bayi akibat hubungan terlarang. Matinya naluri keibuan akibat pemahaman kehidupan yang jauh dari Islam. Seolah hal yang wajar para ibu mengalami depresi tingkat tinggi yang sampai terkoyak fitrah keibuan mereka. Bila hal ini tidak langsung ditangani bagaimana generasi kedepan nanti? Di tangan para ibulah generasi tangguh akan lahir menjadi penerus perjuangan umat.

Fakta era milenium sekarang ini dengan diterapkannya sistem kehidupan yang memisahkan antara agama dengan kehidupan maka hal yang wajar bila sampai terjadi manuasia lebih buruk daripada binantang. Fitrah sosok ibu yang lembut dan kasih sayang yang menjadi figur yang dekat dengan buah hati harus terkoyak lantaran pemberdayaan ekonomi perempuan. Karena tidak hanya waktu kebersamaan yang hilang namun juga menguras pikiran ibu harus berkecimpung dengan karirnya. Padahal solusi pemberdayaan ekonomi bukanlah solusi tuntas. Ibarat panggang jauh dari api. Fakta para ibu yang sudah berdaya ekonomi keluarga masih belum mencukupi kebutuhan ditambah lagi tantangan ibu terhadap kerusakan generasi. Akar masalah  kemiskinan yang terjadi akibat diterapkannya sistem ekonomi kapitalis liberalis. Pemodal besar yang berinvestasi sangat menguasai negeri ini. Sehingga tanggung jawab penguasa  diambil alih oleh swasta. Hal yang dimaklumi bila swasta yang berwenang tujuannya adalah untung bukan melayani umat. Biaya hidup yang serba mahal kesehatan, pendidikan, dan sembako membuat para ibu tidak fokus memaksimalkan fitrahnya menjadi ibu dan pengatur rumah tangga. 

Islam adalah ajaran sang pencipta yang paripurna. Kita melihat masa kegemilangan peradaban Islam disebabkan para ibu fokus terhadap tumbuh kembang generasi tidak disibukkan dengan biaya hidup karena sudah dicukupi oleh negara. Kita pahami pilar Islam itu ada tiga yaitu ketaqwaan individu, kontrol masyarakat dan negara. Jadi Banyak kasus terkoyaknya fitrah ibu menunjukkan ketidakmampuan negara dalam menyejahterakan keluarga sebagai benteng terkecil pertahanan umat. Sejarah pun tercatat banyak ilmuwan islam yang lahir seperti al Khawarizmi, Ibnu Sina , Ibnu Batutah yang mereka ahli sains yang bermanfaat bagi kemuliaan umat.

 Untuk itu harus ada perubahan masyarakat menjadi lebih baik dengan mengembalikan fitrah ibu. Yang tak lain dengan aktivitas amar ma’ruf nahi mungkar.  Menyeru para ibu pada kebaikan yaitu implementasi syariat Islam pada dirinya, keluarganya,  dan negara tentunya sebagai pilar terakhir agar terlihat bahwa Islam tidak semata agama ritual yang tidak ada hubungannya dengan kehidupan justru sebagai pijakan seseorang untuk berbuat. Contohnya, ketaqwaan ibu sangat mempengaruhi terhadap prilakunya. Bila para ibu taqwa kepada Alloh tidak akan melakukan apa yang Alloh larang dan senantiasa melakukan kebaikan agar dirinya, keluarganya, lingkungan masyarakatnya terhindar dari api neraka. Kehidupan dunia ini dipandang para ibu yang sholihah adalah sebuah ujian hidup yang harus diselesaikan dengan apa yang telah disyariatkan oleh Alloh. Perasaan takut kehilangan dunia akan dia kikis karena semata keimana kepada Alloh yang luar biasa bahwa itu semua titipan Alloh. Bila hal itu menimpanya maka dia tegar bahwa Alloh swt telah mencukupkan dirinya mampu bertahan hidup.

Namun tidak semata cukup pada ketaqwaan individu sosok ibu, harus disertai dengan kontrol masyarakat. Kondisi keimanan seseorang kadang naik turun sehingga adanya permasalahan yang pelik menimpa sosok ibu muda bisa diselesaikan secara kekeluargaan. Kalaulah ada pengabaian nafkah berarti ada kemungkaran dan harus ditindak. Sayangnya keluarga muslim di era milenium sekarang ini kurang peduli dengan kondisi kerabatnya lingkungannya, mereka mencukupkan pada keluarga intinya saja. Padahal di dalam Islam keluarga dari suami juga berkewajiban membantu jalan keluarnya. Bila permasalahan itu penafkahan tidak mampu dicukupi kerabatnya baru negara mengambil alih penafkahan lewat baitul mal.  Tak heran kita lihat di era milenium ini para ibu harus banting tulang mencukupi ekonomi keluarganya meski kerabatnya sebenarnya mampu membantu. Bila ada seseorang yang menyalahi syariah misal sosok suami atau saudara suami yang tidak peduli dengan keluarga yang bermasalah bisa diperkarakan pada penguasa. Maka kebijakan negara pun merupakan benteng ketahanan keluarga agar sejahtera. Namun kita lihat miliaran rupiah untuk menbiayai pesta demokrasi untuk memilih pemimpin daerah di lain pihak rakyat menjerit dengan serba mahalnya kebutuhan. Harusnya kekuasaan yang diamanatkan pada penguasa tidak digunakan dalam rangka amar makruf nahi mungkar karena berpijak pada hukum kapitalis liberalis bagai hukum rimba yang kuat modalnya yang bisa bertahan sedangkan yang lemah akan tertindas. Masihkah kita berharap pada sistem buatan manusia yang sudah kita lihat kebobrokannya? Kita seorang muslim meyakini Islam adalah ajaran yabg benar kenapa kita masih enggan dengan syariat Islamlah solusi problematika umat. Maka para ibu hendaklah memahami fitrahnya dan menanamkan ketaqwaan dirinya,  keluarganya dan masyarakatnya yaitu dengan kembali pada Islam. [vm]

Penulis : Eny Alfiyah, S. Pd. (Pengajar di Sekolah Dasar Negeri di Jombang)

Posting Komentar untuk "Terkoyaknya Fitrah Ibu"

close