Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Santri Itu DHOHIRON wa BATHINAN


Oleh: Irkham Fahmi al-Anjatani

Tepat pada hari ini, Senin 22 Oktober 2018 Pemerintah menetapkan sebagai Hari Santri Nasional. Terlepas dari ada ataupun tidaknya alasan politis yang melatarbelakanginya, saya hanya hendak mengingatkan perihal istilah santri yang kerap kali menjadi komoditas politik di setiap musim Pemilu seperti saat ini. Mirisnya, masih banyak saja di antara mereka yang tidak sadar apabila sedang dimanfaatkan oleh para politisi negara.

Baik. Kata Santri terdiri dari 6 huruf yang berbeda (s-a-n-t-r-i), yang bisa dibilang masing-masing hurufnya mempunyai arti dan makna. Agar kita tau siapa santri itu sebenarnya, maka mari kita cermati satu persatu arti dari kata Santri yang ada:

S = Satrul 'aurat. Seseorang boleh disebut santri apabila ia sudah menutup auratnya dengan baik. Laki-laki batasnya pusar dan lutut kaki, sementara Perempuan auratnya adalah semua anggota badan, kecuali wajah dan dua telapak tangan. Perempuan yang sudah menutup rambutnya tetapi ia menggunakan baju ketat, celana panjang dan tidak menutupi kakinya (dengan kaos kaki), itu artinya sama saja ia belum menutup auratnya. Dan ia bukan termasuk santri.

A N= Amar ma'ruf Nahy munkar. Tidak bisa dikatakan sebagai santri bagi siapa saja yang tidak beramar ma'ruf nahy munkar. Walaupun ia mesantrennya lama dan banyak hafal kitab-kitab para ulama, tetapi jika ia tidak menpunyai semangat untuk mengajak orang lain agar taat kepada aturan-aturan Allah dan Rasul Nya, tidak peduli dengan berbagai macam kemungkaran yang ada di negerinya, bahkan justru menjadi pelindung bagi kemungkaran-kemungkaran itu, maka ia bukanlah termasuk santri, walaupun ia bersarung dan berpeci.

T = Ta'lim. Orang bisa disebut sebagai santri apabila ia mempunyai semangat untuk terus belajar, memupuk diri dengan ilmu-ilmu agama. Bukan hanya di pondok pesantren itu ia lakukan, tetapi di luar pondok pesantren pun ia tetap semangat mengkaji ilmu-ilmu Allah 'Azza waJalla. Orang yang tidak mau belajar agama, maka ia tidak layak disebut sebagai santri, walaupun ia rajin mukulin hadhrohnya.

R = Ruhamaa. Ciri dari santri selanjutnya adalah penyayang terhadap semua orang, baik dengan yang satu golongan maupun yang tidak, dengan sesama muslim ataupun yang berlainan. Seseorang tidak berhak mengklaim dirinya sebagai santri apabila ia beringas dan pecicilan ketika melihat perbedaan yang ada pada saudaranya, sebab itu artinya sudah hilang darinya rasa kasih sayang yang seharusnya ia jaga.

I = Islam. Ciri yang terakhir dari seorang santri adalah Islam. Tidak boleh seseorang menyebut orang non muslim sebagai santri, apalagi wali. Prinsipnya, sekali kafir tetap kafir walaupun ia berpeci dan bersurban, sekalipun ia keluar masuk ke pesantren untuk meminta restu dan dukungan.

Seperti itulah penjelasan sederhana tentang Santri. Sudah sepatutnya kita menjadi santri secara lahir dan bathin. Penampilan luar kita atur dengan pakaian yang Islami (menutup aurat), pemikiran kita pun diseting dengan tsaqofah Islami.

Jangan sampai kita menjadi santri kesing. Luarnya bersarung, berpeci, bersurban tetapi di dalam isi kepalanya dipenuhi pemikiran Jhon Loke, Montesque serta Karl Marx yang sekuler dan sosialistik, anti Islam dan alergi dengan Hukum-hukumnya.

Selamat Hari Santri Nasional

And Keep Being a Santri Dhoohiron wa Baathinan ! [vm]

Posting Komentar untuk "Santri Itu DHOHIRON wa BATHINAN "

close