Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Buah Simalakama TKW


Oleh : Nadhifah Iffah 

Sungguh miris apa yang menimpa Tenaga Kerja Wanita (TKW)  kita. Disaat mereka mendapatkan label sebagai pahlawan devisa negara, namun berbagai masalah siap menerkam mereka. Alih alih meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup mereka justru kehancuran dan keutuhan keluarga mereka yang harus dipertaruhkan. Anak-anak kehilangan kasih sayang dan pengasuhan bahkan disebut-sebut sebagai pemicu meningkatnya angka perceraian.

Asrofi Kepala Pengadilan Agama Ponorogo menyebutkan " Jumlah perceraian sudah menembus angka 2.107 kasus, didpminasi para TKW asal Ponorogo yang bekerja di luar negeri, baik Hongkong, Taiwan, Korea, Singgapura, Malaysia.

Banyaknya perceraian di Ponorogo dipicu beberapa faktor "Diantaranya meliputi sengketa hati, tingkat pendidikan, ilmu agama kurang dan faktor ekonomi" imbuh Asrofi. Ironisnya, dari total jumlah perceraian tersebut, 400 kasus berasal dari gugatan istri.

Derita TKW seakan tiada habisnya, mulai masalah yang menimpa mereka di tempat mereka bekerja maupun masalah yang menimpa keluarga mereka di rumah. Namun, semua itu tidak membuat mereka jera untuk menjadi  TKW, apa penyebabnya?

Kita sekarang memang hidup dalam sistem kapitalis yang mengukur segala sesuatu dengan uang, sehingga semua orang berlomba untuk mendapatkan uang bahkan mereka menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang. Ketika di dalam negeri orang merasa sulit untuk mendapatkannya maka mereka pun rela untuk pergi keluar negeri dengan menjadi TKW dengan harapan setelah pulang mereka meraup uang sebanyak-banyaknya, dengan uang itu mereka berharap bisa mendapatkan apapun yang mereka inginkan. Tapi apa mau dikata belum tentu dengan mendapatkan uang itu mereka bahagia, namun kehancuran dan keretakan keluarga ada di depan mata.

Semua itu didukung dengan kebijakan negara yang tidak mampu menyediakan lapangan pekerjaan di dalam negeri sehingga banyak rakyat yang tidak mendapatken kesempatan kerja untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya sehingga rakyat terdorong untuk mencari pekerjaan di luar negeri lebih-lebih para wanita karena memang para wanita mendapatkan peluang lebih luas dibandingkan para laki-laki.

Hal itu tentu tidak terjadi dalam sistem Islam dimana Islam menjamin terpenuhinya kebutuhan pokok seluruh warga negaranya dengan pemenuhan yang sebaik-baiknya. Maka Islam menetapkan kebijakan yang komprehensip sehingga warga negaranya memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhannya tanpa harus pergi keluar negeri apalagi para wanita.

Islam mewajibkan pada para laki-laki bekerja agar bisa memenuhi kebutuhan orang-orang yang menjadi tanggungan nafkahnya misalnya: istri-istrinya, anak-anaknya, ibunya dan yang lainnya. Ketika Islam menetapkan kewajiban nafkahnya pada laki-laki maka Islam menyiapkan lapangam pekerjaan bagi laki-laki sekaligus menyiapkan segala sesuatunya agar para laki-laki mampu mengoptimalkan dirinya untuk mencari nafkah misalkan ketrampilan, modal termasuk bagaimana mereka bisa memasarkan hasil karyanya. Sehingga para laki-laki memiliki kekuatan finansial untuk memimpin keluarganya, dan membina keluarganya.

Kemudian Islam mewajibakan para wanita untuk maksimalkan dirinya untuk menjadi ibu yang mengasuh dan mendidik anak-anaknya tanpa ada kekhawatiran terpenuhinya kebutuhannya karena sudah dipenuhi oleh suami mereka. Sehingga peran sebagai ibu pendidik generasi bisa ibu lakukan dengan sepenuh hati dan senang hati, maka ternbentuknya generasi yang cemerlang dan gemilang menjadi sebuah keniscayaan.

Dengan sistem Islam inilah maka akan terbentuk keluarga yang harmonis dimana suami-suami mampu menjalankan tugasnya menjadi pemimpin dalam keluarganya serta istri-istri yang taat pada suaminya. Sehingga tidak perlu ada lagi wanita-wanita yang meninggalkan keluarganya keluar negeri hanya unruk sesuapa nasi, dan tidak ada lagi derita yang menimpa TKW. WaAllahu A'lam bi Showab.[vm]

Posting Komentar untuk "Buah Simalakama TKW"

close