Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

UNBK Sukses Berkarakter, Akankah Terwujud ?


Oleh : Salasiah, S.Pd
(Pendidik &owner Rufidz Ahmad Amuntai) 

Ujian nasional (UN) diselenggarakan untuk mengukur capaian kompetensi lulusan peserta didik dan menengah sebagai hasil dari proses pembelajaran sesuai kompentensi lulusan. Penyelenggaraan UNBK saat ini menggunakan sistem semidaring. Soal dikirim dari server pusat secara daring melalui jaringan (sinkronisasi) ke server local (sekolah), kemudian siswa dilayani server local secara luring (offline). Selanjutnya, hasil ujian dikirim kembali dari server local ke server pusat secara daring dengan cara menggugah (upload). 

Sejak tahun 2017, UNBK menjadi moda utama dalam pelaksanaan UN yang dilakukan pemerintah. Penetapan satuan pendidikan pelaksanaan UNBK dilakukan panitia UN tingkat provinsi atau kabupaten/kota sesuai kewenangannya.

Ujian Nasional Berbasi Komputer (UNBK) dimaksudkan untuk meningkatkan literasi terhadap TIK dan menciptakan sistem evaluasi kualitas SDM yang berintegrasi. UNBK tahun ajaran 2018/2019 sudah dimulai sejak 25 Maret  untuk SMK, disusul untuk SMA/MA   1 April 2019, 1 April 2019, dan dilanjutkan 22 April untuk tingkat SMP/MTs. Pelaksanaan UNBK di daerah-daerah yang tertimpa bencana seperti di Lombok, Sulawesi Tengah, dan yang terbaru Sentani, Jayapura, Papua akan mendapatkan perlakuan khusus meski tidak merubah jadwal pelaksanaa UNBK yang sudah ditetapkan.

UNBK Sebagai Tolak Ukur

UN yang telah dijadikan standar nilai keberhasilan pendidikan Indonesia menjadi target yang secara sadar mengharuskan sistem begerak memenuhi target dengan berbagai cara. Pada sisi lain mencerabut secara paksa nilai-nilai moral dan pendidikan itu sendiri. Tidak bisa dipungkiri bahwa UN hanya menilai satu aspek kognitif tanpa bisa menilai aspek psikomotor dan afektif siswa, sehingga generasi pun sempat dibuat bingung dengan tuntutan penghapusan nilai moral dalam lima hari ujian nasional. 

Sementara nilai moral karaketer yang  ditanamkan selama tiga tahun belajar harus terhapus oleh tuntutan sistem dan keteladanan yang membingungkan.  Sehingga UN bukan lagi menjadi standar kelulusan, dan menyerahkan kelulusan kepada pihak sekolah, karena pihak sekolahlah yang memahami proses nilai yang berjalan di sekolahnya. UN selanjutnya hanya dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan pendidikan, bukan hanya bagi siswa tapi kita semua, baik itu bagi guru sebagai pendidik, orang tua, masyarakat, dan pemerintah, selaku bagian dari pendidikan itu. Pendidikan tidak akan lepas dari tiga elemen tersebut.

Berbeda dengan ujian nasional bebasis kertas yang penuh dengan cerita kecurangan dan tekanan karena menentukan kelulusan siswa dan keberhasilan tingkat sekolah memcetak lulusan, pelaksanaan UNBK diharapkan  mendapatkan penilaian pendidikan yang valid, dapat dipercaya, diterima, dan dipertanggungjawabkan. Keberhasilan pelaksanaan UNBK juga dilakukan di sekolah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar).

Hasil Kelulusan  

Kita tentu tidak berharap ketidakpercayaan diri dalam menghadapi UNBK menjadi bahasa lain untuk menunjukkan lemahnya ketaqwaan individu dan sosial sebagai landasan kehidupan. Ketakutan dan ketidaksiapan menghadapi  kemungkinan buruknya hasil ujian nasional sebagai asumsi akan masa depan yang tidak pasti menjadi pragtisme yang mengabaikan  sementara nilai iman dalam  kecurangan ujian nasional, asalkan terlihat sukses dipermukaan. Dan tidak terpungkiri adalah gambaran akan ketakutan dan ketidakpercayaan terhadap sistem yang dijalankan.

Sistem yang ada diharap tidak alpa bahwa dalam  pendidikan setiap individu memiliki tidak hanya satu kecerdasan saja. Tidak bisa dipungkiri bahwa setiap kecerdasan mempengaruhi keberhasilan individu dalam pendidikan. Ujian nasional hanya menilai kecerdasan hanya dalam satu kategori kecerdasan, yaitu logika-matematika Nilai ujian nasional yang menjadi tolak ukur  keberhasilan pendidikan Indonesia  tidak  hanya dilihat dari sisi kuantitas  dalam  nilai yang harus memenuhi standar, tapi juga harus dilihat dari sisi kuantitas moral yang menjadikan ketaqwaan agama sebagai standar. Konsep pendidikan karakter yang dieleuk-elukan belum berjalan sebagaimana mestinya. Nilai-nilai keluruhan budi dan hati nurani, belum bisa kita tanam dan diterapkan sepenuhnya dalam dunia pendidikan. 

Kita berharap mampu menghasilkan generasi baru yang cerdas, beriman dan bertakwa tidak hanya sekedar sebuah tulisan yang tertulis dalam tujuan pendidikan nasioanal.  Menghadapinya tetap dalam  langkah-langkah keimanan dan ketakwaan, serta didukung oleh kebijakan dan sistem mendukung keimanan dan ketakwaan tersebut. Generasi yang mampu merubah Indonesia menjadi Negara yang bebas dari krisis multi dimensi.

Semoga para siswa Indonesia berhasil menghadapi  ujian  nasional dengan metode daring UNBK  nasional yang akan diketahui sebentar lagi. Menyiapkan mereka menyambut kelulusan  akan diterima dengan suasana hati keimanan dan ketakwaan sehingga yang lulus akan bersyukur dan yang tidak lulus akan bersabar. Bagaimana generasi yang kita hasilkan? Tentu semua pihak sebagai elemen kesatuan sistem yang harus menjawab. 

Sukses tujuan pendidikan dalam Islam adalah menghasilkan siswa yang bersyakhsiyah Islam, kepribadian Islam  yang mampu memancarkan pola pikir dan pola sikap berdasarkan asas dasar pendidikannya, yaitu aqidah Islam. Pola pikirnya dinyatakan lulus ketika siswa menyikapi segala sesuatu dengan menyandarkan kepada pemikiran Islam, dengan dalil sumber literatur tertinggi alqur’an dan hadists. Karakter siswa terbentuk sebagai sikap yang berpola sesuai dengan pola sikap yang diteladankan oleh Rasulullah SAW.  Wallahu’alam bishawab. [vm]

Posting Komentar untuk "UNBK Sukses Berkarakter, Akankah Terwujud ?"

close