Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hura-Hura 18 Miliar di Atas Duka Sentani


Oleh : Siti Roisah

Banjir bandang yang menerjang sembilan kelurahan di kecamatan Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, Sabtu (16/3) malam, telah memakan korban banyak dan diperkirakan terus bertambah. Data terakhir Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga Senin (15/3) pukul 15.00 WIB, mencatat 79 orang tewas dan 43 korban belum ditemukan. Lebih dari 4 ribu jiwa terpaksa mengungsi.Di tengah kepiluan ini, justru uang negara miliaran rupiah dihambur-hamburkan untuk penyelenggaraan Apel Kebangsaan.  RMOL.com. Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon melayangkan kritiknya terkait anggaran penyelenggaraan Apel Kebangsaan sebesar Rp 18 miliar. Hal tersebut dikritik Fadli, lantaran pada waktu yang bersamaan, dana bantuan yang diberikan pemerintah daerah untuk korban banjir bandang di Sentani, Papua hanya berkisar Rp 1 miliar. Suara.com.

Berulang kali negeri ini dilanda musibah,tsunami,tanah longsor,gempa bumi,banjir, kebakaran hutan, dll tetapi selalu saja penanganan bencana dari pemerintah terkesan lamban bahkan tak serius. Dimana rasa empati penguasa dan pengayoman penguasa pada rakyatnya yang tengah mengalami musibah dan urgen untuk ditangani?. Rakyat yang tengah mengalami musibah butuh segera diurus. Bukan malah memprioritaskan menghamburkan uang rakyat untuk mengadakan acara hura-hura yang tak ada hubunganya dengan kehidupan rakyat. 

Negeri ini merupakan wilayah yang berpotensi bencana banjir,tanah longsor,gempa bumi, tsunami, dsb. Semestinya pemerintah sudah belajar dari kejadian-kejadian dari tahun ke tahun dan sudah menganggarkan dana penanganan bencana dengan perhitungan yang layak. Namun, memang negeri ini menganut idiologi Kapitalis dimana hubungan rakyat dengan penguasa adalah jual beli, asasnya manfaat, maka jika pemerintah menangani bencana tapi tidak ada keuntungan bagi pemerintah sudah biasa bertindak lamban juga cuci tangan terhadap nasib rakyat. Seringkali melempar tanggung jawab bersama. Namun, kapasitas rakyat dan penguasa itu berbeda. Sesama rakyat kapasitasnya saling membantu bagi rakyat di daerah lain yang tengah mengalami musibah. Tetapi kapasitasnya pemerintah itu bukan sekedar membantu rakyat yang terkena bencana namun mengurus rakyat sepenuhnya.

Dalam konsep Islam, bencana merupakan qadha dari Allah SWT yang harus diterima dengan tawakal. Baik dan buruknya hanya Allah SWT yang berhak menilai. Namun tidak berhenti sampai disitu. Bencana-bencana alam selalu ditangkal dengan ikhtiar, tak cukup sekadar tawakkal.  Penguasa khilafah Islam menaruh perhatian yang besar dengan pengalokasian dana yang optimal agar tersedia fasilitas umum yang mampu melindungi rakyat dari berbagai bencana.  Mereka membayar para insinyur untuk membuat alat dan metode peringatan dini, mendirikan bangunan tahan bencana, membangun bunker cadangan logistik, hingga melatih masyarakat untuk selalu tanggap darurat.  Aktivitas jihad adalah cara yang efektif agar masyarakat selalu siap menghadapi situasi terburuk. Mereka tahu bagaimana harus mengevakuasi diri dengan cepat, bagaimana menyiapkan barang-barang yang vital selama evakuasi, bagaimana  mengurus jenazah yang bertebaran dan rehabilitasi pasca bencana.

Begitulah pemerintahan Islam mengurus rakyatnya. Pasalnya, khalifah adalah seorang pelayan rakyat yang akan dimintai pertanggungjawaban atas pelayanan yang ia lakukan. Jika ia melayani rakyatnya dengan pelayanan yang baik, niscaya ia akan mendapatkan pahala yang melimpah ruah. Sebaliknya, jika ia lalai dan abai dalam melayani urusan rakyat, niscaya, kekuasaan yang ada di tangannya justru akan menjadi sebab penyesalan dirinya kelak di hari akhir. Wallahu a’lam bish shawab. [vm]

Posting Komentar untuk "Hura-Hura 18 Miliar di Atas Duka Sentani"

close