Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kekeringan Bikin Kelimpungan


Oleh : Dwi Maria

“Bukan lautan hanya kolam susu, kail dan jala cukup menghidupimu Tiada badai tiada topan kau temui, ikan dan udang menghampiri dirimu Orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman” (Koes Plus)

Betapa indah isi lagu itu, dimana dalam lagu itu digambarkan betapa gemah ripah loh jinawinya negeri ini. Sebuah negeri yang sangat kaya akan sumber daya alamnya , sehingga kebutuhan rakyat bisa terpenuhi dengan mudah. 

Namun ketika kita melihat kondisi saat ini, semua itu ibarat dongeng yang tak pernah jadi nyata. Terutama disaat-saat musim kemarau seperti sekarang ini.  Jangankan kolam susu, air sekedar untuk minum saja tidak ada. Hal ini juga dirasakan oleh warga di daerah kabupaten Ngawi Jawa Timur. 

Sebanyak  45 desa di 10 kecamatan yang berada di wilayah kabupaten Ngawi mengalami krisis air bersih akibat musim kemarau panjang. Warga pun mengalami kesulitan mencari air.  Kasie Kedaruratan Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah Ngawi Alfian Wihaji Yudono mengatakan, desa yang paling parah mengalami krisis air bersih adalah tiga desa yang berada di pegunungan kapur Kendeng. Warga di sana harus berjalan kaki lebih dari dua kilometer untuk mengambil air di sumber mata air yang terletak di pinggir hutan.  "Di pegunungan Kendeng itu daerahnya memang berkapur, disana  ada Desa Kenongo Rejo, Desa Dampit dan Desa Beringin. Warga mengantri karena mata air sumber itu terbatas," ujarnya Jumat (02/08/2019).

Di desa-desa itu  dalam dua bulan ini tidak hanya sumur yang mengalami kekeringan, sungai yang yang melewati desa setempat juga terlihat mengering. Bahkan sungai- sungai itu sudah mengering lebih awal dari sumber air milik warga setempat.

Dari 45 desa yang berada di 10 Kecamatan di Kabupaten Ngawi, daerah yang mengalami krisis air  terparah di musim kemarau ini berada di delapan desa di empat kecamatan, yakni kecamatan Bringin, Padas, Pitu dan Karang Anyar.

Sebab Terjadinya Kekeringan

Hutan memiliki manfaat yang sangat banyak bagi kehidupan. Hutan adalah sumber oksigen dan penyerap karbon dioksida, keberadaannya juga memiliki peran penting bagi siklus air. Pohon-pohon akan menyerap air di musim penghujan, sehingga bisa mengurangi bahaya terjadinya banjir dan kekeringan dimusim kemarau.

Terjadinya pembalakan liar liar di negeri ini termasuk di Kabupaten Ngawi rupanya juga mengakibatkan hilangnya sumber mata air di sekitar hutan dan kampung-kampung disekitarnya. Ditambah lagi masifnya pembangunan infra struktur, pembangunan kawasan industri ataupun pemukiman. Menurut kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan, setiap tahun terjadi penyusutan lahan pertanian antara 150.000 hingga 200.000 hektar akibat alih fungsi lahan.

Bagaimana Reaksi Pemerintah?

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Ngawi mulai kelimpungan terkait krisis air bersih yang melanda beberapa wilayah setempat. Penyebabnya, dana bantuan kekeringan untuk sejumlah desa terdampak yang diajukan ke Pemprov Jatim hingga saat ini belum turun. ‘’Dari pemerintah daerah ada, tapi juga masih belum cair,’’ kata Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Ngawi Teguh Puryadi Selasa  (16/7)

Dia menyebut, sejauh ini sudah empat desa yang mengajukan permohonan dropping air bersih. Keempat desa tersebut sebenarnya sudah masuk dalam daftar 45 desa yang diusulkan ke pemprov untuk mendapatkan bantuan. ‘’Karena kondisinya sangat membutuhkan, pemdes mengajukan bantuan ke kami. Tapi, tidak semua langsung dipenuhi,’’ ungkapnya.

Teguh menjelaskan, pihaknya bakal mengecek langsung kondisi sejumlah desa terdampak yang sudah mengajukan permohonan dropping air bersih. Jika memang sudah masuk kategori emergency, bantuan bakal segera dikirim. Namun, untuk sementara menggunakan air dari sumur BPBD.

‘’Biasanya kami mengandalkan bantuan dari provinsi untuk mengambil ari dari PDAM,’’ paparnya. 

Sungguh miris.. ketika rakyat sudah sangat merasakan penderitaan karena ketiadaan air bersih sebagai akibat kemarau panjang, namun pemerintah masih belum segera bisa memberikan solusi. Hal ini menunjukkan bahwa di sistem kapitalis ini tidak ada periayahan maksimal dari penguasa. Anggaran dana di APBD justru dialokasikan untuk hal-hal yang tidak penting dan tidak ada kaitannya dengan hajat hidup orang banyak.

Islam Punya Solusi

Islam adalah agama yang sempurna, setiap aturan yang diturunkan adalah solusi bagi semua persoalan manusia. Tidak ada satupun persoalan yang tidak ada solusinya dalam Islam. Termasuk di dalamnya masalah kekeringan.

Dalam pandangan Islam masalah kekeringan selain terkait dengan masalah teknis akademis dan keahlian juga terkait dengan masalah non teknis. Oleh karena itu maka solusinya pun berbeda.
Dalam konteks yang pertama, teknis akademis dan keahlian, maka Khilafah melalui Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika [BMKG], dengan tim terbaik yang dikumpulkan dari seluruh dunia akan melakukan kajian secara menyeluruh, cermat dan akurat untuk melakukan pemetaan iklim, kondisi cuaca, potensi panas, hujan, termasuk dampak dan pemanfaatan keduanya untuk tanaman. Termasuk juga di dalamnya rekayasa dan solusi yang dilakukan oleh khilafah ketika menghadapi atau menyiasati kondisi ekstrim, baik yang bersifat jangka pendek, menengah maupun jangka panjang.

Rekayasa dan Solusi Khilafah Mengatasi KekeringanSecara Teknis Akademis

Secara teknis akademis kekeringan bisa diatasi, antara lain dengan cara: 
  1. Negara bersama-sama masyarakat membangun, merehabilitasi dan memelihara jaringan irigasi. Termasuk waduk-waduk, dengan kincir air dan mesin penggerak air di sejumlah titik yang dibutuhkan untuk masing-masing wilayah di seluruh dunia.  Negara bersama-sama masyarakat membangun, merehabilitasi, dan memelihara konservasi lahan dan air. Termasuk melindungi hutan lindung, daerah resapan air, dan sebagainya agar tetap pada fungsinya. Sekaligus menindak pihak-pihak yang menyalah gunakannya dengan memberinya sanksi hukuman, dan selanjutnya mengembalikan fungsi lahan keasalnya. 
  2. Negara senantiasa mengembangkan iklim yang kondusif untuk kemajuan sains dan teknologi utamanya untuk mengantisipasi dan menghadapi kekeringan akibat musim kemarau yang panjang. 
  3. Negara khilafah juga akan mengeluarkan kebijakan pelarangan privatisasi/swastanisasi terhadap sumber-sumber yang menjadi milik umum(umat) termasuk dalam hal ini adalah air sebagaimana hadist Rosulullah yang artinya “Manusia berserikat dalam tiga perkara yaitu air, padang rumput dan api” (kitab Al-Amwaal hal 2016).Sehingga pengelolaan terhadap semua SDA hanya akan dilakukan oleh negara saja dan akan dikembalikan hasilnya kepada umat. Tidak untuk para investor.
  4. Sikap amanah, kerja keras dan sungguh-sungguh dari Khalifah untuk mencegah dan mengatasi bencana kekeringan. Sejarah telah mencatat bagaimana Khalifah Umar telah  bekerja keras siang dan malam melayani dan mengurusi rakyatnya ketika mereka tertimpa kekeringan dan kelaparan.Beliau terjun langsung membantu dan meringankan penderitaan rakyatnya. Beliau hanya mengkonsumsi apa yang dikonsumsi rakyat.

Adapun untuk mengatasi kekeringan, karena faktor klimatologis Negara Khilafah akan melakukan: 
  1. Penyebaran informasi prakiraan iklim lebih akurat, sesuai dengan wilayah masing-masing, yang diperoleh dari BMKG dengan tim terbaiknya dari seluruh dunia. Dengan penyebaran informasi ini maka akan ada kesiapan untuk menghadapi berbagai kemungkinan buruk akibat perubahan iklim tersebut.
  2. Membuat kalender tanam.
  3. Menerapkan dan memperhatikan peta rawan kekeringan yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian melalui data interpretasi, yang disebarluaskan dan disosialisasikan melalui jaringan online dan cetak di seluruh dunia. Peta tersebut tersedia untuk seluruh wilayah, yang bisa diunduh di website, misalnya. Selain sumber di atas data dapat juga diperoleh melalui BMKG.

Rekayasa dan Solusi Khilafah Mengatasi Kekeringan Secara Non Teknis Akademis

Kekeringan yang terjadi saat ini bisa saja merupakan, teguran, peringatan, atau bahkan azab dari Allah SWT agar kitamengintrospeksi diri apakah selama ini kita melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah, atau kita berdiam diri terhadap  perbuat kemaksiatan yang terjadi di hadapan kita.

Oleh karena itu Khalifah sebagai perisai dan pelindung umat, akan memimpin seluruh rakyatnya untuk berdoa dan memohon kepada Allah SWT, dengan mendekatkan diri kepadaNya, meninggalkan kemaksiatan dan menutup tempat-tempatnya, baik melalui shalat istisqa’, anjuran untuk berdoa dan mendoakan di hari, waktu dan tempat yang mustajab agar Allah menurunkan hujan untuk kemaslahatan umat.

Hal yang patut kita renungkan adalah firman Allah SWT “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” [Q.s. al-A’raf: 96].

Bencana yang datang silih berganti di negeri ini bisa jadi disebabkan karena negeri ini telah mendustakan ayat-ayat (hukum) Allah dan lebih memilih menerapkan hukum-hukum kufur kapitalis, liberalis. Karenanya, negeri ini selalu dihadapkan dengan masalah yang tanpa ada solusinya, kalaupun ada, solusi tersebut akan selalu menunculkan masalah yang baru.

Oleh karena itu jika kita ingin mengembalikan pada keberkahan yang akan dilimpahkan Allah dari langit dan bumi, maka tiada ada hal lain selain kembali pada syariah Allah, pemimpinnya menerapkan hukum-hukum Allah dalam naungan sebuah negara seperti yang dicontohkan oleh Rosulullah SAW yaitu negara Khilafah. Wallohu a’lam Bisshowab. [vm]

Posting Komentar untuk "Kekeringan Bikin Kelimpungan"

close