Meneladani Salim Maula Abu Hudzaifah “Penghafal Al-Qur’an Terbaik”
Oleh : Tri Wahyuningsih, S.Pi (Pegiat Literasi & Media)
Dunia netizen negeri ini kembali ramai setelah beredarnya video dan foto dua orang remaja, laki-laki dan perempuan yang duduk berdampingan bahkan nge-vlog bareng dengan posisi tak seharusnya dilakukan bagi mereka. Bukan tanpa alasan netizen melayangkan cibiran untuk kedua remaja ini, identitas sebagai santri dan penghafal Al-Qur’an yang diemban menjadikan standar nilai kalau hal tersebut tak pantas dilakukan. Khalwat dan ikhtilat adalah hal yang sangat diharamkan dalam Islam, meskipun tanpa label pacaran. Laki-laki dan perempuan bukan mahram haram baginya berdua-duaan dalam rangka apapun.
Santri dalam pengertian yang disampaikan oleh Gus Mus ialah murid kiai yang dididik dengan kasih sayang untuk menjadi mukmin yang kuat (yang tidak goyah imannya oleh pergaulan, kepentingan, dan adanya perbedaan). Sungguh sangat baik dan indah gambaran seorang santri, menjadi cerminan bagaimana hidup seorang mukmin ketika kuat memegang keimanannya. Godaan dunia tak lagi menjadi masalah besar, sebab akhirat telah menjadi tujuan hidupnya. Begitu pula dengan hidup seorang yang menghafal Al –Qur’an, ketika ayat demi ayat yang dihafal hidup dalam dada seorang mukmin maka sesungguhnya dia telah menjadi Islam yang berjalan.
Namun, ditengah derasnya arus globalisasi peradaban barat yang menyerang kehidupan kaum muslim dari berbagai sisi dan kini yang paling kuat adalah pendidikan agama dikalangan remaja. Barat melalui agen-agennya di negeri-negeri Muslim terus berupaya mengkaburkan nilai-nilai Islam yang sesungguhnya, kemudian mengganti dengan nilai-nilai Islam ala Barat. Semisal, pacaran boleh asalkan dengan label ‘Islami’ hingga tempat hiburan malam boleh asal dengan label ‘syariah atau halal’.
Sungguh miris, rusaknya nilai-nilai Islam di tengah-tengah kehidupan masyarakat hari ini menjadikan degradasi moral remaja muslim kian hari kian tak tertolong. Semakin jauh dari gambaran pemuda muslim yang sesungguhnya yakni sebagai pejuang dan pembangun peradaban gemilang, jauh amat sangat jauh sekali.
Sang Penghafal Al-Qur’an Terbaik
Suatu hari Rasulullah saw berpesan kepada para sahabat, “Ambillah Al-Qur’an dari empat orang dan salah satunya ialah Salim Maula Abu Hudzaifah.” Salim ialah mantan budak Abu Hudzaifah. Ia adalah seorang hamba sahaya dan orang-orang yang diangkat oleh Islam serta diangkat sebagai anak dari seorang tokoh muslim yang sebelum masuk Islam merupakan salah seorang pembesar Quraisy. Namun, ketika Islam membatalkan tradisi mengadopsi anak, ia menjadi saudara, kawan serta mantan budak bagi orang yang telah mengadopsinya, yakni sahabat agung: Abu Hudzaifah ibn ‘Utbah.
Atas anugerah Allah dan nikmat yang Dia anugerahkan, Salim mencapai derajat yang tinggi dan luhur di tengah kaum Muslimin. Seorang muslim yang memiliki keutamaan jiwa, perilaku, dan takwa. Salim telah beriman dengan benar dan menemph perjalanan menuju Allah bersama orang-orang saleh dan bertakwa. Ia merupakan hujah tentang hingga Nabi memerintahkan kaum Muslimin untuk belajar darinya. Salim memiliki kebaikan dan keunggulan yang mendorong Rasulullah saw untuk bersabda kepadanya, “Alhamdulillah yang telah menciptakan orang sepertimu di antara umatku.” Hal ini pula yang membuat saudara-saudara sesama mukmin menyebutnya; “Salim adalah salah satu orang saleh.”
Salim adalah titik pertemuan bagi seluruh keutamaan Islam yang mulia. Berbagai keutamaan memenuhi diri dan sekitarnya. Imannya yang dalam dan sungguh-sungguh telah menata semua keutamaan itu dengan sebaik-baiknya. Salah satu keistimewaannya yang paling menonjol adalah menunjukkan secara terang-terangan terhadap hal yang ia anggap benar. Ia tidak mengenal diam terhadap kalimat yang ia yakini wajib dikatakan dan tidak pernah mengkhianati kehidupan dengan mendiamkan kesalahan yang terjadi di dalamnya. Sungguh mulianya akhlak seorang mukim ketika Al-Qur’an dihafal dan dihidupkan dalam dirinya, menjadi pedoman dan petunjuk perjalanan di dunia hingga kematian datang menghampiri. Sebelum kematian sebagai Syuhada di Perang Yamamah, Salim Maula berseru, “Sungguh buruk diriku sebagai ahli Al-Qur’an jika banteng pasukan kaum Muslimin bobol karena kelalaianku.” Masya Allah.
Islam Mencetak Generasi Mulia
Kisah Salim Maula dan para sahabat mulia lainnya yang dimuat dalam berbagai buku siroh memberikan gambaran bahwa seluruh duri berubah menjadi bunga, ketika manusia mempersembahkan hidup untuk urusan kebenaran dan kebaikan serta tetap berpegang teguh pada tali agama Allah dengan sempurna, tanpa memilah-milah sesuai keinginan semata. Hari ini, memang disetiap tempat diatas bumi, al-Qur’an selalu dilantunkan bahkan masjid-masjid dibangun, namun kaum muslim lupa akan sebuah pepatah “Agama dan Kekuasaan ibarat dua sisi koin mata uang, Agama tanpa kekuasaan akan hancur dan sebaliknya.”
Ya, jika dulu Rasulullah dan para sahabat berjuang menegakkan Islam dalam bingkai institusi Negara, maka hari ini kaum muslim bertindak sebaliknya. Menjauhkan Islam dari kehidupan, Islam ditinggalkan dalam pengaturan hidup antara manusia dengan dirinya, manusia dengan manusia lainnya. Kini, syiar Islam hanya seputar ibadah, hubungan manusia dengan sang pencipta saja. Karenanya, wajar jika kebanyakan para penghafal dan para intelektual muslim hampir sama dengan masyarakat biasa dalam menjalankan kehidupannya, sangat jauh dari aturan-aturan Islam. Sebab, Negara tempat tinggal kaum muslim menerapkan system kehidupan kufur asal barat, Negara Kafir penjajah.
Jika system kehidupan kufur ini terus dipertahankan, maka lahirnya pemuda-pemuda pembangun peradaban Islam hanyalah sebuah mimpi yang tak akan pernah terwujud. Islam pada masanya diterapkan sebagai aturan kehidupan secara menyeluruh oleh sebuah Negara, Daulah Islam telah membuktikan keberhasilannya menciptakan generasi-generasi cerdas, cemerlang dan gemilang dalam berbagai bidang pengetahuan serta mulia dunia akhirat. Jadikan Islam sebagai pedoman bernegara, terapkan Islam secara kaffah maka mimpi-mimpi itu akan menjadi nyata, Insya Allah. Wallahu’alam. [vm]
Posting Komentar untuk "Meneladani Salim Maula Abu Hudzaifah “Penghafal Al-Qur’an Terbaik”"