Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hizbut Tahrir Malaysia Bersama Ratusan Umat Islam Tuntut Keadilan Bagi Muslim Uyghur di Depan Kedubes RRC di Kuala Lumpur



Kuala Lumpur-Malaysia-Visi Muslim- Ratusan orang dari berbagai organisasi Islam berkumpul di Jalan Ampang pada Jumat, (27/12/2019). Dalam rangka memprotes penganiayaan terhadap etnis Muslim Uighur di Provinsi Xinjiang, China.

Dua pendemo terlihat terpisah, yang satu dari Gerakan Pemuda Muslim Malaysia (Abim) dan yang lainnya berasal dari organisasi Islam pendukung Khilafah, Hizbut Tahrir Malaysia (HTM). Massa dari kedua kelompok ini berdampingan di pinggiran jalan Ampang untuk menyuarakan kemarahan mereka terhadap pemerintah China yang telah menahan jutaan Muslim Uyghur di kamp-kamp kosentrasi yang berada di wilayah Xinjiang.

Massa dari Abim memulai pawai dari Masjid Ibnu Mas’ud di Jalan Damai, ada sekitar 40 peserta dari Abim, sedangkan massa dari Hizbut Tahrir Malaysia berjumlah ratusan orang.

Namun, dari beberapa organisasi ini hanya dua perwakilan saja yang diterima oleh Kedutaan Besar China, namun sayangnya surat memorandum yang mereka bawa ditolak oleh perwakilan Dubes China.

Abim, menggelar aksi solidaritas ini bersama dengan Global Peace Mission Malaysia, yang diwakili oleh pimpinan Abim, Muhammad Faisal Abdul Aziz, sementara dari pihak HTM diwakili oleh jurubicaranya, Abdul Hakim Othman.

Berbicara kepada wartawan, sekretaris Abim, Mohammad Fazril Mohd Saleh mengatakan bahwa ini adalah kedua kalinya ormas Islam gagal menyerahkan memorandumnya ke Kedubes China, yang pertama pada 5 Juli 2019.

“Kami telah mengirim faks dan menelepon mereka Senin lalu. Petugas yang kami ajak bicara mengatakan bahwa kami bisa datang bertamu asal tidak membawa lebih dari 100 demonstran, dan hari ini adalah pengulangan dari demonstrasi kami, namun mereka mengacuhkan kami, “kata Mohammad Fazril.

Ketika ditanya apakah karena pihak HTM yang orasinya lebih berapi-api menyebabkan ditolaknya delegasi dari mereka, Perwakilan Abim, Fazril menjawab “saya tidak yakin apakah karena hal itu sehingga kami ditolak”.

“Saya tidak yakin apakah karena kehadiran HTM sehingga kami ditolak.Kami memulai aksi ini dari rute dan lokasi yang berbeda. Kami memulai aksi di Jalan Damai, sedangkan HTM mulai bergerak dari Tabung Haji.

“Polisi meminta kami untuk mengadakan pertemuan umum untuk perdamaian dan kami menyetujui permintaan mereka”, kata Fazril.

Namun, dia mengtakan bahwa Kedubes China sangat pengecut, melihat bahwa China adalah negara adidaya global dengan lebih dari satu miliar penduduk tapi takut bertemu dengan beberapa perwakilan dari negara kecil untuk membahas masalah Uighur.

Dia meyakinkan bahwa memorandum yang mereka bawa adalah pesan perdamaian, bukan konflik.

Abim bersama organisasi-organasi lain yang dipimpinnya hanya menginginkanpenjelasandari Duta Besar China, Bai Tian tentang dugaan penganiayaan terhadap Muslim Uighur di negara itu tanpa adapropaganda sambil menyuarakan keprihatinan dan protes mereka.

Pemimpin Abim, Muhammad Faisal, mengatakan bahwa organisasinya tidak akan berhenti menekan pemerintah China hinnga China benar-benar berhenti dari perlakuan kejamnya terhadap Uyghur.

“Memorandum pertama hanya berhasil melalui media karena perwakilan dari Kedubes China karena memang pihak Kedubes tidak mau menerima kami,”

“Kali ini, kami berhasil mengirimkan memorandum hanya k epos security. Tidak ada yang datang menemui kaim,” kata Faisal.

Karena seringnya penolak dari Kedubes ini Muhammad berfikir ada “sesuatu yang disembuyikan.”

“Kenapa mereka tidak mau menemui kami? Kami tidak akan berhenti mengirim tuntutan inidan akan terus melakukan aksi damai hingga mereka mau bertemu dan berbicara dengan kami,” Tambah Faisal.

“Kami mendesak seluruh organisasi Hak Asasi Manusia internasional terus menekan pemerintah China agar mereka memberi kebebasan kepada muslim Uyghur,” Kata Faisal dalam wawancara dengan wartawan.

Pada pertengahan tahun depan Abim berencana akan mengundang seluruh duta besar China di Asia Tenggara untuk berkumpul di Kuala Lumpur dan menjelaskan tindakan pemerintah mereka terhadap Uighur.

Disisi lain, Hizbut Tahrir Malaysia (HTM) mengambil sikap lebih agresif terhadap China. Juru bicaranya, Abdul Hakim Othman mendesak pemerintah Malaysia untuk mengindahkan tuntutannya, memorandum yang dikirim ke Kantor Perdana Menteri pada Kamis, (26/12/2019).

“Pemerintah Malaysia harus membantu Muslim Uighur, termasuk memberi mereka ruang di negara ini jika mereka ingin mencari perlindungan,” kata Hakim dalam wawancara kepada wartawan setelah usai aksi damai.

Abdul Hakim mengatakan pemerintah Malaysia juga harus mengeluarkan “Peringatan keras” kepada Beijing untuk menghentikan penindasan terhadap muslim Uyghur.

“Karena tindakan China, pemerintah Malaysia harus memutuskan segala bentuk hubungan diplomatic dengan China, membatalkan segala bentuk perjanjian perdaganga, menutup Kedutaan besar China di Malaysia,”

“Jika mereka menolak untuk mengindahkan peringatan ini, maka Malaysia harus mengeluarkan peringatan militer terakhir kepada China dan bersiap untuk menyatakan “Jihad “ kepada mereka dan menyelamatkan muslim yang tertindas,” tambah Hakim.

Abdul Hakim Othman menyatakan skeptis bahwa China akan melakukan apapun agar perpolitikannya dengan Malaysia tidak terganggu.

“Pada akhirnya, yang penting adalah bahwa kami di Hizbut Tahrir akan melakukan sesuatu untuk menyoroti keadaan saudara muslim kami disana,”

“kami juga menyoroti fakta bahwa sangat kecil berharap kepada pemerintahan saat ini untuk menolong Muslim Uyghur, hanya Khilafahlah yang dapat melakukannya jika sudah tegak secepatnya,” tutupnya.
[VM] Ni-Bay

Photo Agenda:









Posting Komentar untuk "Hizbut Tahrir Malaysia Bersama Ratusan Umat Islam Tuntut Keadilan Bagi Muslim Uyghur di Depan Kedubes RRC di Kuala Lumpur"

close