Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Iran Melawan Amerika Serikat Rasanya Seperti Melawan Israel?


Oleh: Abu Mush'ab Al Fatih Bala 
(Pemerhati Politik Asal NTT)

Baru-baru ini berita Iran versus Amerika Serikat menghebohkan dunia. Iran marah karena salahsatu jenderalnya yaitu Qassami dibom pesawat udara militer AS (3/1/2020). Apakah akan terjadi perang Iran-AS? Lalu Iran menjadi juara baru negara adidaya?

Jika melihat rekam jejak digital dan sejarah Iran selama ini, peperangan antara Iran dengan AS tidak akan terjadi. Iran dan AS sebenarnya menjalin persahabatan ala kepompong lalu berubah menjadi kupu-kupu.

Masih ingat Perang Teluk(Perang 8 tahun, 1980-1988)? Irak yang kala itu dikuasai Presiden Saddam Husein harus melayani adu militer dengan Iran yang didukung militer AS. AS bertarung demi kepentingan minyaknya di Kuwait yang diganggu Irak. Irak kewalahan melawan koalisi Iran-AS.

Beberapa dasarwasa setelahnya Mantan Walikota Teheran, Mahmoud Ahmadinejad berhasil mengalahkan siangan politiknya dan menjadi presiden Iran yang baru. Dia pun mengecam tindakan militer Israel terhadap Palestina dengan mengeluarkan pernyataan bahwa Israel harus dihapus dari peta dunia. Kejadian ini terjadi pada tahun 2012.

Dunia Barat marah, Dunia Islam bergembira karena ada sosok pemimpin Muslim yang pemberani. Kaum Muslimin berharap akan ada kontak senjata Iran-As. Namun hingga detik ini tidak terdengar kabar perangnya.

Ternyata AS mendukung Iran, ketika Mahmud Ahmadinejad barusan terpilih menjadi Presiden, AS mengatakan bahwa pilpres di Iran sangat demokratis. Ini berbeda dengan sikap Inggris, yang sangat membenci Ahmadinejad, dengan mengatakan ini pilpres palin buruk dengan terpilihnya presiden yang buruk.

Harapan perang Iran-AS atau Iran-Israel pun pupus. Nyatanya, Iran lebih serius mengirim ekspedisi militer ke Suriah membantu militer Turki menyerang mujahidin Suriah yang berseberangan dengan Presiden Bassar Asad yang Syiah.

Bisa dikatakan sejarah Konfrontasi militer Iran AS/Israel tak pernah terjadi alias nol besar. Hanya terlihat pada tahun 2016 Iran pernah mengamankan kapal tanki Inggris (yang merupakan negara laqan politik AS).  Walaupun Iran begitu mencaci maki AS/Israel tak terlihat serangan militer dilancarkan kedua negara ini kepada Iran.

Lalu mengapa AS membiarkan Iran tetap menantang dirinya. Beberapa pakar politik mengatakan bahwa ini demi kepentingan penjajahan AS di Timur Tengah. AS ingin tetap berada di Afganistan, Irak, dan Suriah demi kepentingan eksploitasi minyak bumi di sana. AS menghidupi dirinya dari cadangan minyak milik kaum Muslimin. 

AS ingin membuat opini bahwa ada Iran, negara bangsa dengan mayoritas syiah, adalah negara yang kuat. Menjadi ancaman bagi negara-negara Sunni Arab lainnya agar lepas dari Israel dan menfokuskan diri pada ancaman Iran. 

Pembunuhan Qassaim Soleimeni diprediksikan tidak akan memicu perang besar Iran AS. Meskipun yang diserang adalah bandara udara Iran. Meski sudah saling mengancam, belum ada pernyataan perang antar dua negara secara de facto. Baru sebatas sayembara oleh Iran atas kepala Donald Trumph yang bernilai US $ 80 juta atau Rp.1,1 Trilyun.

Inilah politik devide et empera (belah bambu) level internasional ala AS. Agar dunia Islam tetap bercerai berai. Tidak ingin bersatu kembali menjadi sebuah Kekhilafahan global pada tahun 2020.

Sebab lebih mudah bagi AS menjajah dunia jika negeri-negeri kaum Muslimin berperang sendirian. Daripada mereka bersatu dalam suatu sistem yang menurut George Bush membentang dari Maroko hingga Merauke. 

Kalau menginginkan bebasnya Palestina dan terbungkamnya Penjajah Kapitalis AS mari kita perjuangkan Sistem Khilafah yang telah terbukti pernah menjadi negara adidaya dunia. Melindungi kaum Muslimin dalam sebuah negara yang bertahan 14 abad lamanya dengan luas wilayah 2/3 dunia. [visimuslim.org]

Posting Komentar untuk "Iran Melawan Amerika Serikat Rasanya Seperti Melawan Israel?"

close