Logika Sesat Kebangkitan Ekonomi Melalui Sektor Pariwisata
Oleh: Tawati
(Pelita Revowriter Majalengka)
Pemerintah
Kabupaten Majalengka tidak main-main dalam menjadikan sektor pariwisata sebagai
penggerak ekonomi daerah. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan menyiapkan Calendar
of Events yang akan digelar di tahun 2020.
Tercatat ada
15 event utama yang digelar dari Januari hingga Desember 2020. Diawali dengan
Napak Tilas Ajip Rosidi (Penganugerahan Sastra Rancage) di 31 Januari 2020 dan
akan ditutup oleh Festival Kampungan di bulan Desember. Bukan hanya itu, Pemkab
Majalengka juga telah menyiapkan 30 agenda pendukung yang tersebar di berbagai
kecamatan.
Bupati
Majalengka H Karna Sobahi MMPd menjelaskan Calendar of Events 2020 ini
bertujuan untuk memperkenalkan ragam daya tarik wisata di Majalengka. Termasuk
juga untuk menarik minat wisatawan berkunjung ke Majalengka.
Sehingga
diharapkan dapat membangun semangat dan komitmen Pemerintah Daerah Kabupaten
Majalengka serta masyarakat dalam memperkenalkan destinasi yang aman, ramah dan
nyaman sehingga mampu mendongkrak kunjungan wisatawan, baik nusantara maupun
mancanegara. (Radar Cirebon, 2/1/2020)
Sektor
pariwisata diproyeksikan mampu menyumbang produk domestik bruto sebesar 15%, Rp
280 triliun untuk devisa negara, 20 juta kunjungan wisatawan mancanegara, 275
juta perjalanan wisatawan nusantara dan menyerap 13 juta tenaga kerja pada
2019. Lebih jauh, sektor pariwisata diyakini mampu menciptakan pusat-pusat
pertumbuhan ekonomi yang lebih tersebar di seluruh negeri ini. Maka saat ini
digencarkan pengarusutamaan pariwisata oleh semua pihak pemangku kepentingan.
Hitung-hitungan pendapatan dari sektor ini sudah dilakukan sedemikian jauh maka
sebagai konsekuensinya daya tarik obyek wisata juga harus digenjot sedemikian
rupa.
Hari ini
publik terlanjur menelan mentah-mentah pandangan sesat yang mengharuskan kita
memfokuskan diri pada sumber pendapatan yang baru, yaitu sektor pariwisata.
Sektor ini ditetapkan sebagai primadona atau unggulan yang dianggap
berkontribusi besar mengentaskan kemiskinan bangsa.
Sejatinya
jauhnya kesejahteraan dari negeri ini bukan karena kurangnya sumber pemasukan.
Namun karena pilihan salah terhadap sistem ekonomi untuk mengatur pengelolaan
sumber daya alam maupun sumber daya lain. Sistem ekonomi kapitalistik dan
liberal yang menjadi rujukan mengelola sektor ekonomi menyebabkan makin
buruknya kondisi ekonomi bangsa.
Islam tidak
menjadikan pariwisata sebagai sumber devisa atau mencetak dollar melainkan
menjadikan pariwisata sebagai sarana untuk menanamkan pemahaman Islam kepada
wisatawan yang mengunjungi tempat-tempat pariwisata. Objek pariwisata tersebut
bukan hanya keindahan alam yang bersifat natural dan anugerah Allah SWT,
seperti pantai, pegunungan, air terjun, dan lain sebagainya, melainkan juga
berupa peninggalan bersejarah dari peradaban Islam.
Dengan
melihat dan menikmati keindahan alam secara alami, maka para wisatawan muslim
akan semakin mengokohkan keyakinan mereka kepada Allah, Islam dan peradabannya.
Begitu pula bagi para wisatawan non muslim pun, baik kafir mu’ahad maupun kafir musta’man, objek wisata tersebut
bisa digunakan sebagai sarana untuk menunjukkan
kepada mereka keangungan dan kebesaran Allah.
Karena itu
objek wisata bisa menjadi sarana dakwah dan di’ayah (propaganda). Karena
sejatinya sifat manusia akan tunduk dan takjub
ketika menyaksikan sendiri keindahan alam yang telah diciptakan oleh
Allah dan kebesaran peradaban Islam di masa Kekhilafahan. Sehingga objek wisata
tersebut berpotensi sangat besar untuk menyadarkan umat manusia baik muslim
maupun non muslim akan kebesaran dan keagungan Allah SWT. Wallahua'lam[].
Posting Komentar untuk "Logika Sesat Kebangkitan Ekonomi Melalui Sektor Pariwisata"