Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sebelum Cina, Natuna di Caplok Amerika?


Oleh: Abu Mush'ab Al Fatih Bala 
(Pemerhati Politik Asal NTT)

Indonesia negeri yang dirahmati Allah SWT. Kaya dengan ratusan tambang SDA nya. Dan Natuna merupakan salahsatu blok yang paling besar gasnya, di Pasifik bahkan di dunia. 

Potensi minyak mentah Natuna sebesar 8 Milyar barrel (Harga 1 barrel minyak bisa mencapai $ US 100). Sedangkan Nilai potensi ekonomi gas Natuna 628,725 miliar dollar AS, setara dengan 6.287,25 triliun rupiah, dengan perkiraan kurs Rp 10.000 per dollar AS.  

Natuna juga kaya dengan hasil ikan yang melimpah ruah. Juga bisa menjadi tempat wisata berkelas dunia. 

Maka tak heran bila Cina serakah dan menyatakan Natuna sebagai bagian dari Negara Komunisnya. Cina memang komunis namun sistem ekonominya telah berubah menjadi kapitalis. Cina berani mengambil tindakan militer jika TNI beraksi.

Dan sesungguhnya bukan saja Cina yang berharap bisa menggarap Natuna, Amerika Serikat pun telah lama "bermain" lewat perusahaan raksasa kapitalisnya, Exxon Mobile. Menghisap sumber migas Natuna dan membawanya ke luar negeri. 

Migas yang diambil, diolah secara mentah   di luar negeri (Singapura) dengan harga murah lalu dijual kembali ke tanah air dengan harga yang mahal.

Konon, pembagian bagi hasil antara perusahaan Amerika dengan Indonesia tidak jelas. Lebih menguntungkan pihak AS. 

Selain Blok Natuna yang digarap Exxon Mobile, menurut buku Indonesia Melawan Amerika, Perusahaan Asing lainnya yakni Standard Oil Company of California (Socal) telah beroperasi di Sumatera sejak 1920an (jauh sebelum proklamasi), dengan ditemukannya ladang migas terbesar di Asia Tenggara di Desa Minas Sumatera Timur. 

Menurut buku itu lagi, pada perang kemerdekaan Indonesia Pemerintah AS melobi Presiden Soekarno agar melindungi ladang migas terbesar itu. Agar tidak jatuh ke pihak lain karena telah diolah oleh perusahaan raksasa AS. Sekarang perusahaan itu bernama Chevron. 

Indonesia telah digarap oleh Amerika sejak lama. Meninggalkan jejak-jejak kapitalisme. Mereka memperkaya AS dan memiskinkan Indonesia secara sistematis.

Di bidang emas, Freeport Mc Moran telah beraksi mengeruk emas di Tembagapura sejak tahun 1967 hingga sekarang. Bahkan kontrak kerjanya telah diperpanjang hingga 40 tahun kemudian. Cadangan emas yang dikeruk hingga ratusan milyar.

Indonesia dengan anugerah alam yang sangat besar ini selalu mendapatkan incaran para kapitalis Asing dan Aseng. Padahal jika mau menggunakan Islam sebagai sistem kehidupan, penjarahan SDA itu adalah dosa besar yang tidak boleh difasilitasi oleh negara untuk memperkaya para kapitalis entah itu dalam bentuk perusahaan atau negara.

Sesuai dengan hadis Rasulullah SAW bahwa Kaum Muslimin berkumpul dan berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air dan api (HR. Abu Dawud dan Ahmad). Pengelolaan SDA baik logam mulia, migas dan yang semacamnya adalah amanah dari Allah SWT kepada Para Pemimpin Kaum Muslimin. Tidak boleh diserahkan kepada Asing atau Aseng.

Dan Indonesia sebenarnya mampu untuk mengolah itu semua. Pertamina punya banyak ahli. Pernah menang proyek pengolahan minyak di lepas pantai Perancis. 

Jika aset kekayaan alam di Natuna, Tembagapura dan tempat tambang lainnya dimanfaatkan secara maksimal oleh negara, maka hutang luar negeri yang hampir Rp. 5.000 T itu bisa cepat lunas. Pendidikan dan kesehatan gratis bisa merata bagi semua warga negara. Dengan izin Allah. InsyaAllah. [visimuslim.org]

Posting Komentar untuk "Sebelum Cina, Natuna di Caplok Amerika?"

close