Menikmati Jalan Kebenaran


Oleh: Afiyah Rosyad (Pengajar SPB HSG Khoiru Ummah Paiton)

Sholahuddin Al Ayyubi karena cintanya yang meruah dan senantiasa merekah di jalan Islam, dalam kondisi jihad fisabilillah, dan nikmat yang dirasakannya ada dalam kematian, luka serta keletihan di jalan Allah.

*********

Sesungguhnya jalan kebenaran itu sangatlah sulit dan berat, penuh dengan onak dan duri yang siap menghentikan langkah kapan saja. Siapapun yang menikmati jalan kebenaran akan menyadarinya dan mengakuinya dengan pengakuan yang pasti.

Terlebih saat hidup dalam sistem kapitalis yang menjerat kehidupan di semua lini. Mulai masalah individu hinggan masalah politik pemerintahan. Tak ada ruang untuk bernafas dengan tenang dan nyaman. Semua serba mencekik dan membuat panik.

Setiap hari, pastilah terdengar hembusan teror dari algojo sistem kapitalis. Mereka merongrong dan menakut-nakuti rakyat dengan segala macam cara dalam kebijakannya. Harga yang melambung tinggi, tekanan administrasi jika tak membayar upeti kesehatan, persekusi pada ulama dan cendikiawan muslim.

Saat senopati turun gelanggang, tak kalah bengisnya. Fitnah yang terlontar semakin menjadi, ajaran Islam dimonsterisasi dan dikebiri. Ditudingnya Islam biang kerok yang abadi, padahal merekalah sejatinya para pengkhiat ajaran Ilahi.

Jalan kebenaran sungguh susah dititi. Banyak Muslim yang berjatuhan dan terperosok ke lembah kemaksiyatan. Karena sistem yang dijalankan penuh dengan pembangkangan, enggan menerapkan sistem Islam.

Seberat dan sesulit apapun jalan kebenaran itu, tentu seorang Mukmin akan menikmati dan mencintainya. Sepenuh hati berusaha menjalaninya meski tertatih dan jatuh bangun di jalan kebenaran ini.

Saat menempuh jalan kebenaran, maka seorang Mukmin akan merasakan kebahagiaan dan rasa senang yang tak dapat dilukiskan dengan kata, tak dapat digambarkan meski dengan tinta emas. Karena sudah merasakan betapa manisnya berjuang di jalan kebenaran.

Rasa manis ini yang akan memudahkan segala kesulitan yang membentang. Rasa manis ini yang akan mengokohkan langkah saat ujian menghadang. Rasa manis ini yang menjadikan setiap Mukmin ridlo melewati masa terpahit dalam proses menikmati jalan kebenaran.

Masyhurlah kisah Utsman bin Madz'un yang ridlo sebelah matanya menjadi buta saat  menolak perlindungan musyrik dan lebih memilih perlindungan Allah.

Atau kisah Bilal bin Robbah yang diikat kedua tangan dan kakinya dengan tubuh telentang di atas hamparan padang pasir. Lalu dadanya ditindih batu besar demi melepas keimanan dari jiwa Bilal. Namun tak mempan, karena Bilal senantiasa melafalkan "Ahad, ahad."

Tak kalah masyhurnya penuturan Kholid bin Walid , "Malam pengantin dengan wanita yang sangat aku cintai, lalu aku diberi kabar gembira akan lahirnya anak laki-laki, tidak lebih aku sukai daripada malam yang sangat dingin dan penuh salju, di mana aku berada di tengah-tengah pasukan untuk menyerang musuh Islam keesokan harinya."

Bahkan Baginda Nabi Muhammad yang mulia juga rela diboikot di luar Makkah demi mendakwahkan Islam. Tidak berinteraksi dengan penduduk Makkah dan benar-benar terisolir.

Tak hanya itu, Rosulullah SAW pun mengalami hinaan, fitnah, siksaan fisik dari kafir Quraisy, yang notabene masih keluarga besarnya. Namun beliau SAW tetap mendakwahkan Islam dengan benar.

Menikmati jalan kebenaran adalah sebuah pilihan. Ia merupakan konsekuensi dari ketaatan total pada  Allah dan Rosul-NYA. Mendakwahkan Islam saat ini tak mudah. Menyampaikan kebenaran seringkali dicegah bahkan digeledah. Layaknya penjahat yang melakukan kejahatan paling sadis.

Keridloan Mukmin dalam menikmati jalan kebenaran terletak pada keridloaan Allah Yang Maha Melindungi. Kecintaan Mukmin atas jalan kebenaran karena kecintaan kepada Allah SWT Yang Maha Suci.

Menikmati jalan kebenaran yakni dengan senantiasa bersegera menuju kecintaan dan keridloan Allah SWT, meskipun harus mempertaruhkan dunia dan seisinya.

Wallahu A'lam Bish Showab

Posting Komentar untuk "Menikmati Jalan Kebenaran"