Langkah KAI Akankah Jadi Solusi?
Oleh: Afiyah Rasyad (Aktivis Muslimah dari Probolinggo)
Romadlon dan Syawal adalah momentum untuk mudik bagi perantau, atau bagi siapa saja yang tinggal berjauhan dengan sanak sodara di kampung halaman. Momen ini ditunggu setiap tahunnya dengan hati berbunga-bunga.
Namun, sepertinya Romadlon dan Syawal kali ini akan sedikit berbeda karena kedatangan virus Corona. Lockdown yang parsial membuat Corona berpesta pora menyerang manusia. Korban jiwa semakin bertambah.
Untuk meminimalisir penyebaran ini, PT KAI Persero mengambil langkah membatalkan perjalanan KA jarak jauh. Untuk mencegah dan menekan penyebaran virus dari orang yang berada di zona merah menuju kampung halaman yang masih asri dan alami. Serta membatasi mobilisasi massa.
Dilansir dari Suara. Com bahwa PT Kereta Api Indonesia (Persero) mengambil langkah pembatalan jadwal perjalanan 28 KA jarak jauh mulai 1 April hingga 1 Mei 2020. Kebijakan tersebut diambil demi upaya menekan rantai penyebaran virus Corona atau Covid-19.
Tentu pembatalan ini membuat penumpang yang sudah memesan di tanggal tersebut sedikit kecewa. Namun, langkah yang telah diambil PT KAI cukup tepat agar mengurangi mobilisasi dan menekan rantai penyebaran virus Corona.
Pembatalan yang dilakukan PT KAI sedikit memberikan ruang untuk bernafas lega. Namun, sayang seribu sayang, langkah PT KAI tak serta merta didukung penuh oleh pemerintah dengan instruksi lenutupan stasiun, terminal, pelabuhan dan bandara agar tidak beroperasi sementara waktu hingga virus benar-benar reda.
Langkah pembatalan KA jarak jauh belum bisa menjadi solusi total penyebaran virus Corona. Karena bisa saja penumpang mencari alternatif rute KA jalur pendek. Atau bahkan mencari alternatif kendaraan lain untuk mudik dan bepergian.
Ketimpangan langkah yang diberikan pemerintah justru semakin mendorong virus terus berkeliaran di penjuru negeri. Lockdown total sangat diperlukan. Menjadi tugas dan tanggung jawab pemerintah memberi edukasi dan memenuhi kebutuhan pokok rakyat, hingga rakyat bisa hidup layak, terutama masa pandemi seperti saat ini.
Seharusnya informasi untuk menahan diri agar tidak berkerumun, tidak bersosialisasi dan tidak ada mobilisasi segera dilakukan sebagai tindakan pencegahan penyebaran virus. Apalah daya? Virus sudah merajalela, sementara yang mengambil langkah masih segelintir instansi pemerintah, belum terpusat.
Tindakan pemerintah saat ini adalah cerminan dari sifatnya yang menganut sistem kapitalis. Pengabaian atas memelihara urusan rakyat terus dilakukan, sekalipun di masa sulit.
Padahal penduduk negeri ini mayoritas Muslim, seharusnya pemerintah menjaga kemaslahatan dan keselamatan kaum Muslim dengan tuntutan agama Islam. Karena Islam bukan sekedar agama ritual, namun juga seperangkat aturan kehidupan.
Islam menjamin keamanan jiwa dan akal rakyatnya. Di masa Kholifah Umar bin Khoththob, pernah terjadi wabah di negeri Syam. Maka yang ada adalah lockdown total. Tidak ada yang keluar dari daerah wabah, dan tak ada yang boleh masuk.ke daetah wabah.
Masyarakat dipisah sementara waktu agar tidak bergerombol hingga wabah itu hilang. Aktivitas muamalah seperti kegiatan di pasar juga dihentikan sementara waktu. Untuk kebutuhan dasar rakyat dipeneuhi negara. Ada wabah atau tidak, tetap dijamin kebutuhan pokok rakyatnya. Apalagi di masa lockdown, kebutuhan pokok semakin dogencarkan. Benar saja, wabah itu cepat berlalu.
Maka, bukan suatu yang hina dan membuat negeri ini merana jika mengambil langkah lockdown total. Karena solusi dari pemutusan rantai penyebaran virus Corona adalah lockdown total.
Wallahu a'lam
Posting Komentar untuk "Langkah KAI Akankah Jadi Solusi?"