Mewujudkan Keluarga Islami sebagai Pilar Peradaban
Oleh: Siti Ningrum M.Pd. (Ibu Rumah Tangga, Pemerhati Remaja)
Setiap hari ada saja kejadian diluar akal sehat. Kejadian yang dipicu oleh si gepeng ajaib alias Handphone (HP) seram dengar beritanya. Belum selesai sesak dada mendengar berita suami bunuh istri gegara main game si istri meminta bantuan suami mengambilkan suatu barang. Ada lagi anak bunuh orang tua gegara sedang bermain game terganggu. Tiba-tiba beberapa hari yang lalu tepatnya didaerah Sawah Besar, Jakarta. Ditemukan anak remaja usia 15 tahun berinisial (NF) membunuh anak 5 tahun berinisial (APA) dan mirisnya remaja tersebut tidak menyesal bahkan merasa puas dengan apa yang dilakukannya. (Dilansir dari tribunnews.com 11/3/2020)
Sungguh diluar akal sehat. Bagaimana bisa seorang anak remaja bisa melakukan hal-hal diluar akal sehat. Setelah diteliti lebih jauh oleh pihak terkait ternyata anak tersebut melakukan pembunuhan dikarenakan kesal dan runtutan kejadiannya meniru dari film-film horor yang suka dia tonton di youtube.
Zaman serba canggih, dan maraknya handphone android bisa secepat kilat mengakses apapun. Jika kita ingin mendapatkan informasi dimana pun tidak harus menunggu lama. Aplikasi-aplikasi yang canggih telah memberikan kemudahan pada manusia. Bahkan ada mengatakan bahwa handphone ibaratnya nyawa kedua.
Kecanggihan Hasil Teknologi Bagai Dua Sisi Mata Pisau
Memang banyak manfaat dari si kecil gepeng ini. Semisal mau transfer uang tinggal klik aplikasi M-banking. Mau belanja online tinggal klik aplikasinya. Kita bisa melakukan apapun, kapanpun dan dimanapun.
Namun disisi yang lain bisa berdampak buruk bagi kehidupan manusia abad ini. Bayangkan saja ketika seseorang tanpa batas bisa mengakses apapun. Bahkan sampai bisa meretas akun-akun pribadi di sosial media untuk dijadikan alat penipuan. Ketika hal ini dibiarkan tanpa batasan maka akan merusak generasi muda. Usia belasan adalah usia labil sebab mereka bisa terbawa arus baik atau jelek. Menjadi suatu kebutuhan pendidikan dan pendampingan serta tuntunan yang bisa menanamkan pola pikir yang benar.
Sistem sekuler (pemisahan agama dari kehidupan) saat ini telah mengalihkan peran dan fungsi dari kecanggihan tekhnologi. Bahkan manusia menjadi budak dari teknologi itu sendiri. Manusia bukan lagi menghamba pada Tuhan-Nya tetapi lebih menghamba pada dunia. Manusia lupa akan hakikat tujuan dari diciptakannya didunia.
"Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. (QS. Adz Dzariyat: 56).
Islam tidak melarang manusia untuk mengembangkan teknologi dari zaman Rasulullah SAW. Kecanggihan itu telah diisyaratkan dengan peristiwa Isra dan Miraj.
Bahkan Allah Swt berfirman dalam surat Ar-Rahman (55) ayat 33:
“Wahai seantero jin dan manusia, jika kalian sanggup menembus penjuru langit dan bumi, maka lintasilah. Kamu tidak akan sanggup menembusnya, kecuali dengan kekuatan.”
Namun ketika kecanggihan teknologi tidak diimbangi dengan kecemerlangan taraf berfikir menjadi sebuah keniscayaan akan berdampak buruk bagi kehidupan manusia itu sendiri. Sistem kapitalisme sekuler menjembatani keburukan yang terjadi dalam kancah kehidupan.
Sistem sekuler telah merenggut kasih dan sayang dari hati nurani manusia dan menjadi gelap mata. Sikap individualistis dari paham ini sangat kentara dalam kancah kehidupan. Abai dan apatis terhadap orang lain. Saling sikut untuk urusan perut menjadi hal yang lumrah dan patut. Padahal Allah Yang Maha Rahman dan Rahim telah memberikan kita nurani dan akal sebagai penimbang antara yang haq dan yang batil.
Sistem sekuler telah menjadikan orangtua hanya memberikan kebutuhan finansial saja tanpa memperhatikan fisik dan psikologi buah hati. Orang tua sibuk diluar mengais rejeki untuk mencukupi nafkah keluarga yang kian hari kian terasa sulit.
Sistem sekuler telah menyerang ketahanan keluarga dengan alasan mencari uang. Bahkan tidak sedikit para orangtua keluar seharian dengan tidak mengindahkan buah hati yang di rumah entah dengan siapa mereka bergaul. Buah hati ketika pulang ke rumah mendapati k etiadaan orangtua mereka, akhirnya sisi kosong yang tidak diisi oleh kehangatan kasih sayang seorang ayah dan ibu, mereka lampiaskan dengan berbagai cara salah satunya adalah memainkan handphone sesuka mereka.
Ayah yang seyogiyanya menjadi qawam (pemimpin) yang telah diwajibkan untuk mencari nafkah bagi keluarga, begitu sulitnya mencari pekerjaan. Namun sebaliknya untuk para perempuan dipermudah. Para ibu suka tidak suka harus rela keluar rumah demi menyokong ekonomi keluarga. Tidak sedikit pergi pagi pulang sore bahkan hingga larut malam.
Para aktivis feminisme selalu mengembor-gemborkan kesetaraan gender dimana seorang perempuan harus punya posisi yang sama bahkan kalau bisa harus melebihi kaum pria. Mereka terus membuai kaum hawa dengan pemikiran ilusi belaka padahal mereka hanya memberikan harapan palsu kepada kaum hawa. Saat ini begitu luasnya peluang bagi kaum hawa untuk mendapatkan pundi-pundi rupiah. Pekerjaan menjadi TKW (Tenaga Kerja Wanita) ke luar negeri pun menjadi pilihan tak terelakan dan disematkanlah pahlawan devisa negara. Hal ini seolah-olah menjadi jalan keluar bagi terpuruknya keadaan ekonomi keluarga tetapi sejatinya sedang menghilangkan peran ibu yang sesungguhnya yaitu ummu warabbatul bait ( Ibu dan pengatur rumah tangga).
Sungguh standar ganda yang sedang diusung oleh para aktivis feminisme. Satu sisi bak memberikan secawan madu tetapi satu sisi racun berbisa yang akan mematikan secara perlahan-lahan namun pasti. Tujuannya adalah agar kaum muslimin hancur sehancur-hancurnya. Sebab saat ini yang paling fundamental menjaga para generasi hanyalah institusi terkecil yaitu keluarga. Namun ketika sisi ketahanan keluarga diserang melalui para ibu maka menjadi sebuah kepastian hancurnya sebuah generasi.
Inilah dampak bahaya dari diterapkannya sistem kapitalisme sekuler hasil buah karya kesombongan manusia. Alhasil ketahanan keluarga pun menjadi goyah tidak sedikit perceraian kedua orang tua dipicu keadaan ekonomi. Hingga pada akhirnya anak menjadi korban. Seperti halnya kasus remaja yang menjadi psikopat. Hati yang menjadi beku menjadikan akal tidak berfungsi dengan baik. Jiwa-jiwa bersih pun dengan mudahnya dikuasai oleh nafsu angkara murka.
Islam Solusi Tuntas Permasalahan Umat
Islam begitu sempurna telah menempatkan posisi yang ideal baik bagi laki-laki maupun wanita.
Dalam pandangan Islam hukum bekerja untuk wanita adalah mubah (boleh) sepanjang wanita mengindahkan segala ketentuan yang telah ditetapkan oleh syariat.
Islam tidak melarang para wanita untuk berperan aktif dalam masyarakat. Bahkan menjadi partner bagi kaum pria.
Allah Swt yang telah menciptakan manusia telah mengisyaratkan dalam kalam-Nya :
"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al Taubah [9]: 71).
Dalam Islam baik laki-laki ataupun wanita mempunyai hak yang sama dalam mendapatkan pahala dari-Nya.
"Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun.” (QS. An Nisâ [4]: 124)
Demikianlah Islam hadir untuk mengatur kaum muslimin agar tercipta sebuah tataran kehidupan yang ideal. Dari mulai ruang lingkup terkecil sampai ruang lingkup yang besar. Orang tua harus menciptakan kondisi yang harmonis dalam biduk rumah tangga serta menjadi pendamping terbaik bagi para putra dan putri tercinta agar tercipta generasi cerdas dan takwa untuk menyongsong kejayaan Islam menuju peradaban gemilang. Namun sejatinya lingkungan pun harus turut serta dalam mewujudkan cita - cita yang mulia ini. Peran masyarakat dan negara menjadi ujung tombak partner keluarga, agar tercipta masyarakat yang berakhlakul karimah.
Tiga pilar inilah yang harus dibangun dalam mewujudkan keluarga sakinah, mawadah dan warohmah. Pilar pertama adalah individu yang takwa dalam tataran keluarga yang islami, kedua adalah kontrol masyarakat agar terjadi amar ma'ruf nahi munkar serta yang ketiga adalah peran negara dalam membuat peraturan sesuai dengan aturan Islam.
Maka seandainya tiga pilar ini berjalan dengan baik serta merta tujuan dari diciptakannya manusia akan terwujud sehingga ketika kelak kita kembali pada-Nya Allah ridha kepada kita dan kita pun mendapatkan Surga-Nya kelak. Aamiin.
"Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku.” (QS. Al-Fajr: 27-30). []
Wallahu a’lam bishshawab .
Posting Komentar untuk "Mewujudkan Keluarga Islami sebagai Pilar Peradaban"