Satu Sembilan Dua Empat
Oleh: Afiyah Rosyad (Aktivis Muslimah dari Probolinggo)
Ada apa dengan angka satu sembilan dua empat? Ini bukan password atau kata sandi atau pin. Bagi yang peka dengan kondisi kaum Muslimin dan melek sejarah, tentu akan mengetahui angka tersebut. Benar di tahun ini, tepatnya 3 Maret 1924 Turki Utsmani menjadi Republik Turki. Sudah 96 tahun kaum Muslim hiduo tanpa Khilafah.
Perjalanan sebelum menjadi Republik, Turki Utsmani adalah Kekhilafahan yang menjadi perisai ummat manusia. Dipimpin oleh seorang kholifah yang menerapkan syariat Islam, melanjutkan estafet risalah nubuwwah.
Runtuhnya Khilafah Islamiyah di tangan Mustofa Kemal menjadi sumber bencana berkepanjangan. Sedih yang sangat mendalam dirasakan dan tak berkesudahan. Hingga kini, penindasan demi penindasan ditujukan pada kaum Muslimin.
Musuh-musuh Islam berhasil menyingkirkan perisai di tengah ummat. Maka akses untuk menghancurkan Islam dan kaum Muslimin semakin mudah. Kafir la'natullah berbondong-bondong menindas kaum Muslim.
Palestina, Suriah, India, Xinjiang, Burma, Yaman, dan lainnya adalah potret real pembataian atas kaum Muslim. Sementara sekulerisme, semakin subur di negeri mayoritas Muslim seperti di Indonesia ini.
Sekulerisme alias pemisahan agama dengan kehidupan sangat akrab dengan kaum Muslim. Syariat Islam hanya dijadikan ibadah ritual saja, bukan sebagai aturan dalam kehidupan.
Terorisme, radikalisme, ekstrimisme dilekatkan pada sosok kaum Muslim. Dengan hina dan nista mereka mempersekusi ulama, bahkan menangkap dan memasukkannya ke dalam bui.
Satu sembilan dua empat adalah awal riwayat suburnya sekulerisme. Memeluk agama Islam boleh, tapi jangan menerapkan hukum-hukumnya. Tak heran jika muncul statement ngawur.dan ngelantur dari seorang Muslim, bahwa konstitusi di atas kitab suci. Tak heran juga bermunculan pelecehan atas Islam, simbol Islam, Al Qur'an dan baginda Nabi yang mulia.
Sungguh belum berakhir riwayat Islam meski Khilafah belum tegak berdiri. Satu sembilan dua empat memang pintu gerbang kesedihan demi kesedihan bagi kaum Muslim. Namun, tidak boleh meratapi terus menerus.
Bisyaroh nubuwwah adalah sepercik cahaya dan kebahagiaan yang harus diyakini. Bahwa Khilafah 'ala minhajin nubuwwah akan tegak kembali. Bahkan sudah menjadi keniscayaan akan tegak kembali.
Perlu perjuangan yang badilan juhdi untuk merealisasikan bisyaroh Baginda Nabi. Pengorbanan terbaik dari dalam diri, pikiran, perasaan, harta, dan nyawa harus siap dikorbankan, demi melanjutkan kembali kehidupan Islam dalam naungan Khilafah Islamiyah di semesta alam. []
Wallahu a'lam
Posting Komentar untuk "Satu Sembilan Dua Empat"