Waspadai Status Negara Maju!
Oleh : Nusaibah Al Khanza (Pemerhati Masalah Global)
Ada udang di balik batu. Itulah ungkapan yang sesuai untuk disematkan pada negara adidaya Amerika Serikat (AS) yang telah merevisi kategori negara berkembang menjadi negara maju. Negara-negara tersebut seperti China, Brazil, India Afrika Selatan, dan juga termasuk Indonesia.
Revisi ini untuk mempermudah Amerika Serikat melakukan investigasi dan mencari tahu, apakah terdapat praktik ekspor yang tidak fair, seperti pemberian subsidi untuk komoditas tertentu.
China merupakan salah satu negara berkembang yang juga mendapat revisi menjadi negara maju. Namun, China justru keberatan dengan status itu.
Hal ini diungkapkan oleh Wakil Direktur Perwakilan China untuk WTO di Beijing, Xue Rongjiu, malah keberatan dengan pengumuman tersebut. Menurutnya, dengan status ini dan upaya investigasi yang akan dilakukan AS adalah bukti bahwa negara adidaya tersebut meremehkan sistem perdagangan multilateral negara-negara lain.
"Aksi uniliteralis dan proteksionis mereka justru akan mengganggu kepentingan China dan anggota WTO lainnya," kata Xue Rengjiu. (CNBC Indonesia, 23/02/2020)
Senada dengan itu, Ekonom Indef Bhima Yudhistira Adinegara menilai langkah AS mencabut status Indonesia dari daftar negara berkembang sebagai muslihat menekan defisit neraca perdagangannya dengan Indonesia. Maka, fasilitas yang umumnya diberikan kepada negara-negara berkembang, seperti pemotongan bea masuk, ikut dicoret.
"Barang ekspor Indonesia ke pasar AS nanti akan dikenakan bea masuk yang lebih mahal, ini akal liciknya Trump saja," terang Bhima kepada CNNIndonesia.com, Senin (24/2).
Pernyataan di atas semakin memperjelas bahwa revisi status Indonesia dan negara lain sebagai negara maju, justru merugikan dan menegaskan hegemoni AS atas perdagangan global.
Oleh karena itu, seharusnya negara ini waspada terhadap pemberian status negara maju tersebut. Mewaspadai bahwa di balik masing-masing kategori negara berkembang dan maju, ada muatan penjajahan politik dan ekonomi.
Apalagi, status tersebut tidak sesuai dengan fakta akan kondisi rakyat negeri ini. Karena, negara maju adalah negara yang menikmati standar hidup yang relatif tinggi melalui teknologi tinggi dan ekonomi yang merata. (Wikipedia)
Label negara maju tersebut memang merupakan sebuah prestise tersendiri bagi sebuah negara. Karena maju bermakna unggul, berada di garis depan. Namun, apalah artinya jika negara tersebut unggul hanya di bidang ekonomi dan teknologi, sedangkan di banyak sisi mempertontonkan kebobrokan yang nyata.
Sungguh, masih jauh panggang dari api. Sebab, faktanya bahwa ekonomi negara Indonesia masih belum merata. Bahkan, masih terjadi ketimpangan yang sangat besar lantaran adanya konsentrasi aset nasional yang dikuasai oleh kelompok kecil terkaya. Ada 10 persen orang yang justru menguasai 70 persen aset nasional. Artinya, 90 persen orang lainnya, hanya memperebutkan 30 persen aset nasional yang ada dan tersisa saja. (CNN Indonesia)
Begitulah ketika negara menerapkan sistem ekonomi kapitalis liberal, sehingga kebijakan negara berada di bawah kendali negara adidaya pemilik modal seperti (AS). Juga, kategori maju hanya dinilai dari sisi ekonomi (keuntungan materi) saja.
Pandangan tersebut berbeda dengan pandangan Islam yang memandang makna negara maju bukan cuma berhasil membangun infrastruktur dan memajukan perekonomian. Namun, juga mampu mencetak manusia-manusia beriman yang beradab/taat syariat, serta melahirkan generasi bertakwa yang unggul sehingga mampu menjadi pemimpin peradaban.
Ketika iman sebagai landasan, tentu juga akan berbeda ketika mengambil kebijakan terkait hubungan dengan negara lain. Dalam Islam, negara tidak boleh menjalin kerjasama dalam bentuk apapun dengan negara kafir harbi fi'lan (jelas memusuhi Islam) seperti Amerika Serikat. Dengan begitu, negara akan aman dari ancaman/muslihat negara kafir yang ingin menguasai negeri kaum Muslimin.
Bagi umat Islam, cukup beriman dan bertakwa dengan menerapkan seluruh perintah Allah yakni sistem Islam yang mengatur mulai dari ranah individu hingga negara. Sehingga, keberkahan akan diberikan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
"Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan."
(QS. Al-A'raf 7: Ayat 96). []
Posting Komentar untuk "Waspadai Status Negara Maju!"